[2] District 9

830 177 117
                                    

"Kami dimana? Dan kami siapa? Rasanya seperti manusia yang baru dilahirkan."


Chan terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia melihat sebuah ruangan yang sangat luas dan dipenuhi oleh orang-orang berpakaian putih. Mereka semua tertidur, dan baru dirinya saja yang terbangun.

Chan bingung, ia menoleh ke kanan dan kiri. Ia merasa seperti ada yang hilang dari dirinya, tapi ia tidak tahu apa itu. Ketika berusaha mengingat, kepalanya jadi terasa sakit. Ingin meminta bantuan, tapi tidak ada seorang pun yang terbangun, akhirnya, ia hanya bisa menunggu hingga rasa sakit itu mereda dengan sendirinya.

Setelah lebih baik, pria itu turun dari ranjang, untuk menghampiri ranjang orang-orang berbaju putih itu. Di situ, ada papan nama yang terpasang dengan nama; Woojin, Minho, Changbin, Hyunjin, Jisung, Felix, Seungmin, dan Jeongin.

"Siapa mereka?" Chan mengernyitkan dahi, merasa tidak kenal dengan nama-nama tersebut. "Namaku juga siapa?" Jantungnya berdebar ketika ia juga lupa dengan identitasnya sendiri.

Ia pun menghampiri ranjangnya lagi, dan melihat papan nama yang tertera di bawah ranjang. "Bang Chan?"

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang, membuat Chan menoleh dengan spontan.

Ternyata itu Hyunjin. "Hai, kau juga terbangun?"

"I-iya, tapi aku merasa bingung sekarang." jawab Chan sedikit terkejut.

"Benarkah? Ku kira hanya aku yang merasakan itu." Hyunjin mendudukkan diri di atas ranjang Chan, sementara Chan masih tetap berdiri.

"Oya, namamu siapa?" tanya Chan membuka obrolan.

"Kalau tidak salah Hyunjin, aku melihatnya di papan nama." Hyunjin berhembus pelan, sambil menunduk. "Ini aneh, aku tidak ingat dengan namaku sendiri."

Chan berdehem canggung. "Aku Chan. Aku juga sama sekali tidak ingat siapa aku."

Keduanya larut dalam kebingungan masing-masing, memandangi orang-orang berpakaian putih yang bernasib sama dengan mereka.

Tak berselang lama, orang-orang berbaju putih itu bangun. Sama halnya dengan Chan dan Hyunjin yang melakukan gerakan tersesat dan melihat papan nama mereka masing-masing.

Perlu diketahui jika yang tertera di papan nama itu tidak hanya nama lengkap, tapi juga biodata lengkap tentang mereka. Tapi semua itu percuma karena mereka sama sekali tidak bisa mengingatnya.

Setelah sibuk mencari identitas diri, akhirnya mereka semua berkumpul di ranjang Chan, tempat Chan dan Hyunjin berada.

"Hey, kenapa aku bisa tidak ingat dengan namaku sendiri? Dari mana asalku? Dan dimana ini?" tanya Changbin panik, sambil berjalan ke arah Chan dan Hyunjin.

"Sudah, tenanglah, kita bernasib sama di sini. Jangan tambah memperkeruh suasana." jawab Chan pasrah. Yang lain, ikut putus asa mendengarnya. Bagaimana bisa mereka tidak ingat apapun, bahkan penyebab mereka bisa sampai di sini.

Oleh karena itu, untuk berinteraksi, mereka harus memperkenalkan diri masing-masing.

"Baik, namaku Bang Chan, umurku 23 tahun." tutur Chan menutup giliran.

Lelaki bernama lengkap Bang Chan itu berpikir sambil mengingat kembali umur mereka. "Kalau diurutkan dari yang tertua menjadi— Woojin, aku, Minho, Changbin, Hyunjin, Jisung, Felix, Seungmin, Jeongin. Benarkan?"

Semuanya mengangguk serentak. Setelah sesi perkenalan usai, tiba-tiba timbul ide di pikiran Chan. "Bagaimana kalau kita berkeliling bangunan ini saja? Mana tahu, kita bisa menemukan jalan keluarnya nanti."

Lagi-lagi, semuanya mengangguk lalu mengikuti kemana Chan pergi. Chan sendiri mendekati pintu besar yang terletak di ujung ruangan. Sejak tadi, ia memang penasaran dengan pintu itu karena tidak ada jendela atau pun pintu lain selain itu. Sepertinya, itu pintu utama.

Ceklek

Saat pintu terbuka, semua orang membelalakan mata serempak. Mereka terkejut melihat banyak sekali orang-orang berpakaian putih dan bertudung. Orang-orang itu hanya berkeliling, layaknya ada sebuah sistem yang tertanam di pikiran mereka.

"Apa kita juga akan seperti itu?" tanya Jeongin takut. Sepenglihatannya, tidak ada keceriaan di sana. Semuanya sunyi dan terasa hampa, seperti tidak ada rasa kemanusiaan atau pun kekeluargaan.

Chan menggertakkan giginya. Pandangannya menajam ke arah orang-orang itu. "Tidak. Secepatnya kita akan pergi dari sini. Tapi untuk sementara waktu, mau tidak mau kita harus mengikuti mereka, barulah setelah itu kita atur strateginya."

Jisung menggeleng tegas. "Aku tidak mau! Kehidupan macam apa itu? Tidak manusiawi!"

Minho melirik pria itu. "Sementara saja Jisung, kita pasti bisa keluar dari sini dalam waktu dekat." ucapan Minho membuat helaan napas Jisung terdengar berat.

Akhirnya mereka memakai tudung dan mulai mengikuti apa yang orang-orang itu lakukan. Mereka berkeliling tanpa tau apa yang sebenarnya mereka lakukan.

Tiba-tiba, suara sirine terdengar lagi, semua orang langsung bersujud kecuali Stray Kids. Mereka kebingungan, ditambah sirine yang terus terdengar membisingkan telinga.

Tak mau ambil risiko, Chan mengisyaratkan yang lain untuk juga bersujud dengan mengambil langkah pertama.

"Kenapa mereka semua bersujud? " tanya Felix bingung, diikuti kernyitan di dahinya.

"Sudah, jangan banyak tanya! Ikuti saja, daripada nanti mendapat masalah." Changbin menundukkan kepala Felix secara paksa hingga dahinya menempel ke tanah.

Setelah semuanya bersujud, bunyi derap kaki seseorang terdengar jelas dari pintu utama. Sosok itu tersenyum melihat semuanya bersujud menyambut kedatangannya.

Drap drap

Srak srak

Kira-kira seperti itu suara yang mereka dengar sekarang, semakin dekat dan dekat. Hingga tibalah sosok itu di depan mereka.

Karena terlalu penasaran, mereka pun diam-diam melirik orang itu. Mereka hanya ber-oh ria setelah berhasil melihatnya.

Mata bernuansa coklat, hidung mancung, tubuh gagah, alis tebal, sorot mata tajam, rahang tajam nan kokoh, dan senyum yang licik. Semua itu dapat mereka tangkap dengan jelas. Ia juga tampak memakai alat-alat aneh ditubuhnya, yang tentu belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Sosok itu mulai berbicara. "Selamat datang di District 9."

***















Cerita ini terinspirasi dari MV D-9 Stray Kids. Ingat! Hanya terinspirasi, jadi gak bakal sama persis ya. Dan aku harap, cerita ini dapet banyak perhatian dari kalian.

Lanjut enggaknya, berdasarkan banyaknya vote dan komen kalian.

#prosesrevisi

Wonderland || SKZ ✔️Where stories live. Discover now