[14] You Never Know

434 99 131
                                    

"Jika kehidupan adalah suatu teks yang berirama, aku hidup pada bait ketiga, dimana tak banyak orang yang bisa membacanya. Mereka hanya menerka tanpa tau apa aku sebenarnya. "Nom De Plume




"Jisung, kau baik-baik saja?"

Para member mendekati Jisung yang sedang bersedekap di sudut toilet. Nafasnya memburu, menandakan kalau pria itu memang habis mengalami sesuatu yang buruk.

"Jangan! Jangan bunuh aku!"

Bunuh?
Para member saling melempar tatapan bingung, tak menyangka kalau Jisung akan mengucap kata berbahaya seperti itu.

"Hyung, ini kami, teman-temanmu," tutur Felix.

"Tidak! Pergi! Tinggalkan aku sendiri! Tolong jangan bunuh aku!" pekik Jisung lagi semakin menelungkupkan kepalanya dibalik lutut.

Merasa aneh, Jeongin terpaksa mendekati Jisung dan berjongkok di depannya. "Hey, tidak ada siapapun yang akan membunuhmu, hyung. Coba lihat, ini kami,"

Jisung melawan ketakutannya dan mengangkat kepalanya pelan-pelan. Setelah yang dilihatnya benar-benar para member, ia bernapas lega.

"Jisung, sebenarnya ada apa ini?" tanya Woojin, lalu dengan pelan-pelan menyentuh bahu Jisung. Tapi Jisung malah menghempaskan tangan Woojin, seakan dirinya memang tidak mau disentuh.

Hyunjin menghela napas panjang. "Jisung, katakanlah apa yang terjadi, kalau kau diam saja, mana kita tahu."

Jisung menampilkan raut takut. Tapi dalam hati ia membenarkan perkataan Hyunjin. Ia pun mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk bercerita. Tapi apa yang sebenarnya terdengar di telinga para member hanyalah gumaman abstrak. Mereka menduga kalau Jisung masih kesulitan mengatur rasa takutnya.

"Baiklah, aku bawa Jisung ke ruang medis dulu saja, kalau sudah tenang, baru nanti suruh dia cerita," Woojin mengalungi tangan Jisung di pundaknya, kemudian berlalu ke ruang medis.

Selepas kepergiannya, Minho mengamati keadaan Toilet dengan teliti, setelah cukup pasti, ia ber-argumen dalam hati. 'Pasti ada sesuatu yang membuat Jisung sampai ketakutan seperti itu,'




Woojin membantu Jisung menaruh gelasnya diatas nakas. Setelah meneguk segelas air mineral, Woojin berharap Jisung bisa sedikit tenang.

"Jisung, bisa kamu cerita sekarang?" Woojin bertanya dengan nada lembut, sementara member lain tampak tenang menunggu Jisung bercerita.

Keadaan Jisung kini jauh lebih baik dari sebelumnya, jadi ia yakin kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk bercerita.

"Jadi sebenarnya, saat aku selesai mencuci tangan, tiba-tiba aku melihat Chan hyung datang kearahku sambil membawa pisau ditangannya. Aku sempat bertanya apa salahku hingga dia ingin membunuhku, tapi dia sama sekali tidak menggubrisnya. Dia langsung saja melayangkan pisaunya dengan nyalang kearahku, tapi untungnya kalian cepat datang." tutur Jisung menerka kembali apa yang dialaminya.

Semua member tampak terkejut mendengar cerita Jisung, termasuk Minho. Ia jadi teringat kejadian tadi siang, dimana Chan mengasah pisau secara diam-diam di dalam Gudang.

"Lalu Chan hyung kemana sekarang?" tanya Seungmin.

Jisung dengan cepat menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat itu aku menelungkupkan kepala dan menutup mata."

"Tapi apa kau yakin kalau itu benar-benar Chan hyung? Kurasa dia bukan orang yang seperti itu,"

"Aku percaya pada Jisung," Minho memotong ucapan Hyunjin. "Tadi siang aku melihatnya mengasah pisau di dalam gudang sendirian. Aku yakin dia pasti sedang mengatur rencananya."

Wonderland || SKZ ✔️Where stories live. Discover now