[10] Why?

475 107 88
                                    

"Dewasalah. Jadilah manusia yang tahu kapan harus meledakan emosi dan kapan harus memendam amarah."

Changbin dan Hyunjin sudah tiba di dorm. Ruang tengah ramai dan bising karena dipenuhi para member serta camilan ringan yang baru dibeli Jeongin dari supermarket. Seperti biasa, Chan tidak ada disana. Entah apa yang dilakukan pria itu seharian di dalam kamar, mereka tidak berani mengusiknya sedikitpun.

"Wahh ada makanan, bagi dong," Hyunjin langsung merebut snack dari tangan Jeongin. Dalam hati, Jeongin menagih maaf yang belum terdengar dari mulut Hyunjin.

Menyadari wajah Jeongin cemberut, Hyunjin dengan usil menyenggol lengannya.

"Hey, kau masih marah ya?" Hyunjin menahan tawa sambil menatap Jeongin lekat-lekat. Jeongin yang kesal langsung menyiku perutnya, hingga membuat Hyunjin merintih kesakitan.

"Ahk, kenapa kau melakukan itu?"

Jeongin menjulurkan lidah, kemudian memutar bola matanya tak peduli, tapi tingkah Jeongin tak juga membuat Hyunjin menyerah.

Ia terus mendekati Jeongin, namun yang kali ini ia mengerti Jeongin menginginkan apa.

Hyunjin menarik napas dalam-dalam dan menatapnya tulus. "Jadi kau masih marah karena aku tidak mengajakmu jalan-jalan bersama Changbin hyung? Kalau begitu, mianhae ...."

Akhir kalimat dari Hyunjin membuat Jeongin tersenyum. Ia pun dengan cepat mengangguk, tanda menerima maaf Hyunjin.

Hyunjin bergumam. 'Kalau tahu begini, lebih baik aku mengatakannya dari kemarin.'

"Jadi kita tidak lagi bertengkar, 'kan?" tanya Hyunjin memastikan, membuat Jeongin lagi-lagi mengulangi anggukannya.

"Adik manis ...." Hyunjin mencubit hidung Jeongin yang disambut kekehan tawa masing-masing. Setelah itu Jeongin menaruh kepalanya di pangkuan Hyunjin dan lanjut menonton televisi.

Tak terasa, camilan yang Hyunjin santap telah habis. Ia pun melempar bungkusnya ke sembarang tempat, tak sadar kalau Woojin sudah menatapnya kesal sejak tadi, lebih tepatnya seperti ingin menelan Hyunjin hidup-hidup.

"Hyunjin-ah, jangan buang sampah sembarangan! Aku sudah lelah membersihkannya tahu!"

Hyunjin melihat Woojin sekilas, lalu mengambil bungkusannya lagi. "Ah ya, maaf hyu—"

"Biar aku saja yang buang." potong Seungmin merebut sampah plastik dari genggaman Hyunjin.

"Seungmin, kembalikan!" Woojin menatap Seungmin tak suka. Sementara Seungmin hanya mengembalikan sampah itu pada Hyunjin dengan pasrah.

"Nanti kubuang," Hyunjin memasukkan sampah itu ke dalam kantungnya, lalu lanjut menonton.

Kini ruang tengah hanya diisi oleh suara televisi.

"Hm ... Membosankan sekali acara ini," Seungmin hendak mengganti ke channel lain, tapi tiba-tiba Minho menimpuknya memakai bantal dari arah belakang. Membuat Seungmin menoleh dengan kernyitan di dahinya.

"Aku sedang menonton, Seungmin! Enak saja main diganti."

Seungmin balas menimpuk Minho. "Yasudah biasa saja, hyung! Kalau begitu kan aku akan tetap menggantinya."

Seungmin dengan segala kepolosannya langsung mengganti channel televisi. Tak peduli dengan Minho yang sedang menatapnya dengan sulutan emosi dari belakang.

"Seungmin ... Kembalikan channelnya, atau kucubit ginjalmu ...?" tekan Minho di setiap katanya.

Mendadak semua member berbisik-bisik dan mengisyaratkan Seungmin agar mau menuruti permintaan Minho. Tapi Seungmin tak juga menyerah, ia memang ingin memancing emosi Minho.

Wonderland || SKZ ✔️Where stories live. Discover now