2.1

5.6K 1.6K 396
                                    

Chan meringkuk dipojok kamarnya sambil menangis memeluk dengkulnya. Sungguh ia menyesal dan sangat merasa bersalah. Ingin sekali rasanya ia bunuh diri saja agar bisa bertemu dengan Lino untuk meminta maaf padanya.

Dia merasa dirinya kejam pada temannya itu. Terbayang-bayang sudah penyiksaan yang dilakukannya tanpa memberikan sedikit rasa tega untuknya. Saat di mana Chan menyeret paksa Lino untuk masuk ke kamarnya, lalu mengunci pintu kamarnya. Juga saat dimana Chan tidak membukakan pintunya selama hampir dua hari, hingga Lino nampak pucat dan kurus. Kesehatannya menurun, dan seringkali Chan memergoki Lino yang terjatuh saat berjalan karena pusing di kepalanya akibat dehidrasi.

Dan dengan teganya dirinya memukul Lino, bahkan sampai memukul kepalanya dengan kaca hingga kaca itu hancur berserakan di lantai. Chan hilang akal, dan ia menyadarinya sekarang.

Penyesalan memang selalu datang belakangan.

Dan Chan merasakannya sekarang.

Seandainya ia bisa memutar waktu, dia akan meminta maaf pada Lino sebelum ia berakhir menyedihkan dengan seperti itu.

Sementara di ruang tengah, semua orang berkumpul namun hanyut dalam pikirannya masing-masing.

"Kayaknya lidah sama bibirnya dipotong hidup-hidup." ujar Jeongin setelah sebelumnya ia melihat bagian dalam mulut Lino yang lidahnya hanya tinggal setengah bagian.

"Mungkin dipotong gara-gara dia ngasih clue ke kita waktu itu." sahut Seungmin.

Hyunjin melirik Seungmin sinis. "Sok tau."

"Apaan sih? Ga suka, bilang!" balasnya, emosi.

"Iya, gue gak suka. Kenapa?"

"Ssst.." Yeonjun menaruh telunjuknya di bibirnya, menyuruh mereka berdua untuk berhenti. "Udah deh jangan ributin hal yang gak penting."

Beomgyu menundukkan kepalanya. Ia orang pertama yang melihat darah di knop pintu, dan saat itu perasaannya memang tidak enak. Namun Beomgyu dikalahkan rasa takutnya karena Seungmin yang bilang jika ada orang yang masuk ke dalam kamar itu.

Beomgyu jadi kesal terhadap lelaki Kim pecinta kopi itu. Kenapa ia membiarkan orang itu masuk ke kamar Lino?

"Itu karena gue ngiranya emang kak Lino." Seungmin berbisik di telinga Beomgyu hingga membuatnya kaget.

"L-lo cenayang ya?!" seru Beomgyu hingga mengundang seluruh pandangan ke arah mereka berdua.

Seungmin mendengus. Beomgyu congornya subhanallah sekali.

Yeonjun bangkit dari duduknya. "Kita bikin perahu sekarang."

"Ngapain?" tanya Hyunjin.

"Kalian semua mau bertahan di sini sampe kapal kita dateng? Mau jadi mayat di sini? Gue sih gak mau." jawab Yeonjun.

"Eh btw," Beomgyu menggantung ucapannya. "Kenapa kita gak minta tolong kak Woojin aja?"

Setelah itu, Beomgyu mendapat pukulan di pundaknya dengan cukup keras dari Seungmin. "Gak ada sinyal, Oguuuu!!!"

"Maap, sipuuut." balas Beomgyu sambil merengut sebal.

"Lagian kak Woojin kan kuliah di Singapura." sambar Hyunjin.

"Tapi dia emang beneran punya indra keenam?" tanya Felix.

Changbin mendelik. "Apaan sih? Indra keenam dari mana? Ngawur lo."

"Di mimpinya Taehyun, kak Woojin punya indra keenam tuh."

"Itu di mimpinya Taehyun doang, piliks! Kak Woojin cuma human biasa kayak kita doang." jawab Changbin, lalu berdiri menghampiri Yeonjun.

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang