2.8

5.2K 1.5K 650
                                    

"J-jeongin? JEONGIN, ANJIR!!" panik Beomgyu sambil merangkak menghampiri tubuh Jeongin yang sudah kaku.

Pisau itu, masih menancap dan Beomgyu sama sekali tidak berani mencabutnya. Feelingnya benar, jika si pembunuh memang akan melakukan aksi besar-besarannya sekarang.

Beomgyu menepuk pelan lengan Jeongin. "Jeongin, bangun dong. Hiks, maaf gue terlambat."

Cairan bening itu mengalir di pipinya. Beomgyu merasa bodoh karena memisahkan diri dari teman-temannya.

"Sialan. Psikopat sialan." umpat Beomgyu dan menghapus air matanya kasar.

Beomgyu berdiri, dan menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, lalu membuangnya kasar. Maniknya melirik sekilas mayat Jeongin.

"Gue pergi dulu nyusul yang lain. Doain gue ya, semoga berhasil. Maaf." Beomgyu berlari menjauh menyusul Changbin dan Yeonjun.

Dan tanpa ia sadari jika ada yang mengikutinya dari belakang.















































"Lah, orangnya kemana ini?" Hyunjin celingukan mencari Beomgyu yang tidak ada di tempatnya semula.

Bukannya duduk menunggu, Hyunjin justru melepas tasnya dan kembali berlari masuk ke dalam untuk menyusul Seungmin dan Jeongin.

Namun sayangnya setelah ia berputar kesana kemari, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan dua orang itu.

Hyunjin mengacak rambutnya gusar. "Ck, bahaya ini. Kim Seungmin sialan."

"AAAA!!! TOLONG!! GUE DIKEJAR PSIKOPAT GILA! TOLOOONG!!!"

Hyunjin menoleh ke asal suara. Samar-samar ia melihat Beomgyu yang tengah berlari, dan di belakangnya ada Seungmin yang mengejarnya dengan membawa gunting rumput.

Hyunjin tak tinggal diam. Ia ikut berlari dengan mengendap-ngendap agar Seungmin tidak menyadarinya.

Sedangkan Beomgyu masih terus berteriak, dan sesekali melempari Seungmin entah dengan batu ataupun ranting kayu. Sayangnya, lemparannya selalu saja meleset.

"Bangsat! Meleset terus. Pantesan aja nilai olahraga gue 60 mulu." kesalnya sambil terus berlari, namun ia langsung tersenyum sumringah begitu teringat sesuatu.

"Oh iya gue kan bawa pisau!!" maniknya melirik tangan kanannya, namun ia terbelalak ketika tangannya tidak menggenggam pisau yang dimaksud.

Beomgyu meringis. "Astaga, kayaknya jatuh deket mayatnya Jeongin."

"Pst, Beomgyu."

"EH AYAM!! SIAPA ITU?!" teriaknya ketika mendengar suara tepat disampingnya, tapi tidak ada siapa-siapa.

"Ini gue, Jisung."

Beomgyu spontan berhenti berlari saking terkejutnya. "K-kak Jisung?"

"Beomgyu, awas!" teriak Jisung saat Seungmin mengayunkan guntingnya, hendak menusuk pundak Beomgyu.

Beomgyu langsung menghindar dengan gemetaran. "Kak Seungmin, kalem dikit dong. Gue mau ngompol aja nih jadinya, huhu."

Seungmin masih terus menyerangnya dengan gunting, dan Beomgyu dengan gesitnya menghindar.

"Akh! Sakit banget woi!! Coba sini lo gue tusuk, biar tau gimana rasanya!" sengitnya ketika tangannya tergores ujung gunting yang tajam.

"Gyu, kabur ke arah belakang lo." suruh Jisung.

Beomgyu langsung menuruti perkataan Jisung. Ia pun berlari ke belakangnya di mana jalan itu dipenuhi semak-semak.

"Kak Jisung, lo dari kapan ada di sini?" tanya Beomgyu, pelan.

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Where stories live. Discover now