Part 1 : Oktober (1)

4.5K 319 8
                                    

Beberapa orang petugas medis menurunkan sebuah brankar dari ambulan dengan hati-hati. Sesaat kemudian mereka mendorong emergency bed agak tergesa-gesa. Di atasnya terbaring seorang pemuda yang terkulai tidak sadarkan diri. Darah mengalir dari pelipisnya, bercak-bercak darah juga menodai celana panjangnya yang sudah terkoyak.

"Pasien memerlukan intervasi medis dalam satu menit!"

"Ada pendarahan ringan di bagian kepala, beberapa serpihan kaca menembus pelipisnya."

"Bahunya sepertinya terkilir, posisi tulang berubah."

"Ada lebam parah di kaki kiri, kemungkinan tulang retak."

Para petugas medis mendorong emergency bed tersebut ke ruang gawat darurat.

Wang Yibo menghambur ke arah kerumunan petugas itu dengan wajah panik dan ketakutan.
"Zhan ge! Zhan ge! Apa yang terjadi dengan Zhan ge?!"

Pemuda itu dengan kalap mencoba mendorong seorang perawat yang sedang membersihkan luka-luka berdarah di tubuh pasien.

"Biarkan aku melihat Zhan ge!"

Sepasang tangan mencengkeram bahunya dan menahannya.

"Yibo, tenangkan dirimu!"

Wang Yibo menggerakan bahunya dengan kasar berusaha melepas cengkeraman itu.

"Kondisi pasien memburuk dokter!"
seru seorang perawat.
"Kita harus mengeluarkan pecahan-pecahan kaca itu."

"Bawa pasien ke ruang operasi!"

Wang Yibo nyaris berlari mengikuti para petugas yang mendorong emergency bed itu. Beberapa petugas menghalanginya. Mata pemuda itu berkaca-kaca saat pintu ruangan operasi ditutup.

Dia melangkah lunglai, terduduk lemas di sebuah bangku tunggu pasien. Kedua tangan mencengkeram kepalanya, dalam keheningan tangisnya pecah. Kembali sepasang tangan menepuk-nepuk bahunya, berusaha menghibur dengan sia-sia.
Wang Yibo mendongak. Di dekatnya berdiri seorang pria dengan tinggi sedang, usia awal tiga puluhan, dengan wajah yang ramah, memancarkan ketulusan dan juga ketegaran. Pria itu tersenyum samar. Ada keprihatinan yang ia coba sembunyikan.

"Paul, apa yang terjadi? Mengapa Zhan ge bisa pergi sendirian dalam kondisi seperti itu? Mengapa dia bisa lepas dari pengawasanmu?!"

Wang Yibo menunduk lagi.

"Mengapa harus Zhan ge??"

Pria itu termenung sesaat.

"Maafkan aku..." bisiknya sambil menghela nafas.
"Kupikir dia baik-baik saja. Dia baru menyelesaikan terapinya."

"Terapi??!" seru Wang Yibo.

"Apa maksudmu??"

Paul memejamkan mata, merasa mengatakan suatu hal yang salah.
"Dia berkonsultasi dengan psikiater."

".........."

"Aku akan menjelaskannya nanti," lanjut Paul.

Mereka berdua tidak bisa duduk dengan tenang. Mustahil untuk tenang dalam situasi seperti itu. Lampu indikator ruang operasi menyala, pertanda tindakan bedah sudah dimulai. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain pasrah dan menanti. Setengah jam kemudian lampu indikator padam, pertanda tindakan bedah sudah selesai.
Seorang dokter keluar dari ruangan, seketika Wang Yibo terburu-buru menghampirinya.

"Semua berjalan lancar. Tinggal menunggu masa penyembuhan. Pasien dituntut untuk mengurangi aktivitas. Jangan banyak bergerak dulu khususnya berdiri atau berjalan."

"Terima kasih dokter, " ujar Paul.

Sang dokter mengangguk samar.

"Pasien akan dipindahkan ke ruangan pemulihan. Saya akan menugaskan seorang perawat untuk mengawasinya secara penuh selama 24 jam."

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Where stories live. Discover now