Part 4 : July (3)

1.3K 213 1
                                    

29 Juli 2020

Waktu terus berjalan, kadang terasa sangat cepat kadang terasa sangat lambat. Tapi waktu terus berjalan walau nampaknya sulit dan mustahil. Mendengar detak jarum jam dalam keheningan terasa sangat menyakitkan. Aku sangat merindukan Wang Yibo. Bahkan satu tidur yang singkat bisa membawa ribuan mimpi tentangnya. Kadang kupikir kehadirannya seperti pelangi setelah hujan, menghilang dengan cepat.

*  *  *

Xiao Zhan tidur dan bangun bergantian sepanjang siang dan malam. Mendengarkan lagu-lagu sedih, memperhatikan bulan menyeret dirinya melintasi jendela kecil. Satu pekan terasa tak berujung.

Suatu malam, saat matanya mulai berat, Xiao Zhan merasa seseorang memandang ke dalam lewat pintu. Saat itu dia terbaring di atas permadani tebal di lantai kamarnya dengan kedua tangan sebagai bantal kepala. Bagi matanya yang kabur dan sedang merindukan Wang Yibo, wajah yang muncul sekilas itu kelihatan seperti dia meskipun itu mustahil.

Pasti bukan Yibo, dia akan langsung marah jika melihatku terbaring di lantai. Xiao Zhan mengendurkan Otot-ototnya, nalurinya memberitahukan suatu hal yang tidak beres akan terjadi. Dia bangun dan duduk di lantai, mengerjap-ngerjapkan mata.

Kemudian ia mendengar suara gaduh dari belakang rumahnya. Dia tersentak kaget. Khawatir salah dengar, tapi suara itu sangat jelas terdengar di tengah kesunyian. Xiao Zhan bangun dan berjalan mengendap-ngendap keluar kamar. Lalu terdengar lagi suara benda jatuh yang hingar bingar.

Xiao Zhan berlari ke sumber suara gaduh itu. Dia menuju halaman belakang yang menyatu dengan semacam garasi yang tidak terpakai tempat ia menaruh beberapa koleksi sepedanya. Sesosok bayangan hitam bergerak cepat menuju pintu yang  menembus ke halaman samping dan bisa langsung keluar ke pintu gerbang.

"Berhenti! Siapa di sana?" teriak Xiao Zhan. Dia berlari mengejar.

Sosok hitam itu sudah menghilang.
Bagaimana mungkin seseorang bisa menerobos pintu gerbang dan pintu rumahnya saat malam hari begini.
Dia berdiri tegang dengan nafas tak teratur. Telapak tangannya mulai berkeringat dingin.

Xiao Zhan kembali ke halaman belakang. Sesaat kemudian matanya terbelalak. Ada tulisan besar di dinding yang ditulis cat merah.

AKU AKAN MENGHANCURKANMU

Xiao Zhan mundur selangkah. Kepalanya mulai pusing.
Dia memandang sekeliling dengan shock. Mulai curiga pada diri sendiri jangan-jangan sedang berhalusinasi. Beberapa detik berlalu sementara Xiao Zhan menyortir pikirannya. Ditatapnya tulisan besar di dinding, menebak-nebak orang sinting seperti apa yang nekad melakukan hal konyol ini pada tengah malam.

Dia kira aku akan takut, pikir Xiao Zhan.

Hal pertama yang terlintas di pikirannya adalah menelepon Wang Yibo. Tapi pada tengah malam begini, ada perasaan tidak nyaman jika mengganggunya, siapa tahu dia sedang beristirahat.

Dia menelepon Paul.
"Ada orang sinting yang masuk ke halaman belakang rumahku, dia menulis pesan ancaman di dinding, " Xiao Zhan sangat berhati-hati agar tidak terdengar panik.

Paul yang baru saja akan beristirahat nyaris melompat dari tempat tidurnya.

"Kau melihat orangnya?"

"Sayang sekali tidak, larinya sangat cepat."

"Kau sudah lapor polisi?"

"Belum sempat."

Paul menarik nafas.
"Aku akan kesana sekarang juga," suaranya waswas.

Xiao Zhan sudah membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu saat Paul memutus sambungan telepon.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Where stories live. Discover now