Part 16 : November (1)

1K 160 13
                                    

Dari jendela rumah sakit, Xiao Zhan dapat melihat sebuah taman yang ditumbuhi semak-semak bunga dan barisan pohon cemara. Dirawat cukup lama di dalam sebuah kamar, membuat pemandangan di luar kamar menjadi sesuatu yang sangat penting dan tidak ternilai. Demikian pula yang dialami Xiao Zhan. Dia sangat merindukan rumah. Namun dia tidak tahu kapan akan diizinkan pulang. Meskipun luka-luka di kepala dan bagian lain tubuhnya sudah membaik, kaki kirinya masih di gips dan dia duduk di atas kursi roda untuk sementara waktu, dokter tidak mengizinkannya untuk keluar masuk ruangan, padahal ia ingin sekali berjalan-jalan di taman.

Satu pekan berlalu. Wang Yibo selalu menyempatkan diri untuk menengoknya, terkadang menjelang malam atau bahkan malam sekali. Meloloskan diri dari jadwal kerja yang gila dan menyelusup ke dalam ruangannya, hanya untuk menemaninya tidur.

Paul berkunjung sekali dalam pekan itu, memastikan bahwa ia tidak usah pulang ke rumah untuk sementara sebelum polisi menangkap penguntit itu.

Satu-satunya teman yang setia menemaninya adalah Liu Enji. Perawat itu muncul setiap pagi dan membawakan kabar-kabar terbaru tentang berbagai hal. Menyiapkan semua keperluannya, sesekali membantunya memesan makanan favoritnya yang lebih baik dan lebih lezat dari yang biasa disiapkan pihak rumah sakit.

Sekitar pukul sembilan pagi, Liu Enji muncul di ruangannya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Dia menebar senyum ramah.

"Makin baik."

Xiao Zhan masih menoleh ke arah jendela,"Kau sendiri, apa kabar?"

Liu Enji tertawa samar.
"Kau pasien yang unik sekali. Aku baru kali ini menjumpai pasien yang selalu tersenyum, alih-alih memikirkan kesehatanmu, kau malah menanyakan kabar perawatmu."

Xiao Zhan tersenyum. Dia mengawasi burung-burung di luar sana yang beterbangan dari pucuk cemara melintasi kabel-kabel yang bersilangan di atasnya.

"Bisakah kau membawaku jalan-jalan di taman?" tanya Xiao Zhan.

"Yang terbaik jika kita masuk rumah sakit adalah berbaring di tempat tidur," sahut Liu Enji.

"Berdiam diri di kamar sepanjang hari membuatku semakin merasa sakit."

Xiao Zhan beralih menatap Liu Enji.

Perawat cantik itu meliriknya.

"Aku bisa mati karena bosan."

Dia melemparkan senyum ke arah perawat itu, yang walaupun sedikit lesu, senyumannya masih bisa membuat perawat itu termangu beberapa saat.

"Baiklah."

Liu Enji menggeser kursi roda. Perlahan mendorongnya dengan hati-hati keluar dari kamar dan mulai menyusuri koridor rumah sakit.

Xiao Zhan menikmati cuaca sepanjang pagi itu dengan sebaik-baiknya. Sinar matahari yang baru lahir, angin semilir yang mulai terasa dingin menandakan musim dingin sebentar lagi akan tiba.
Rumput-rumput hijau dan bunga-bunga yang dikelilingi serangga.

"Aku ingin kopi Starbuck," katanya sambil tersenyum ke arah matahari.
"Aku ingin makan Szechuan food."
Dia menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.
"Aku juga ingin makan sashimi, ramen, dumpling, dan keripik kentang."

Liu Enji tersenyum lebar.
"Kau ingin aku menyiapkannya untuk makan siangmu nanti?"

"Ah tentu saja. Kau baik sekali, " sahut Xiao Zhan bersemangat.

Wang Yibo membuka pintu ruangan perlahan dan cukup hati-hati. Dengan tangan dipenuhi kantong makanan, dia melongokkan kepalanya dan bibirnya siap menebar senyum.

"Zhan ge," panggilnya.

Kamar itu kosong. Wang Yibo memutar pandang sedikit terheran-heran. Dia melangkah masuk. Kamar itu rapi. Ranjangnya juga rapi. Dia duduk di sebuah kursi, kantong makanan yang berjumlah empat macam dan sekantong minuman favorit Xiao Zhan ditaruhnya di sebuah meja kecil di sudut ruangan.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Where stories live. Discover now