Part 23 : Desember (2)

1K 160 49
                                    

5 Desember 2020

Hati manusia adalah sesuatu yang halus dan tak bisa diprediksi. Di dalamnya akan selalu ada kejutan. Kita tidak pernah tahu siapa yang benar-benar baik dan siapa yang berpura-pura baik. 

Kadangkala kita merasa takut jika menghadapi anjing pemangsa atau singa lapar, tapi binatang hanya akan menyerang jika mereka lapar atau merasa terusik. Kadang hati manusia lebih kejam. Mereka tidak memerlukan sebuah alasan untuk menyakiti sesamanya. Saat kita waspada terhadap binatang buas, lalu mengapa kadang kita tidak waspada pada manusia?

Saat anjing menggigit, lukanya akan berdarah, tapi  hanya membutuhkan waktu beberapa hari untuk sembuh.
Saat seseorang menyakiti orang lain, lukanya tidak berdarah, tapi mungkin tidak bisa disembuhkan. Semua orang di sekeliling kita memakai topeng untuk menutupi wajah asli mereka, dan mungkin aku juga. Pertanyaannya adalah topeng siapakah yang lebih tebal..?

*  *  *

Kantor pusat River Inc terletak di Capital Place, pusat industri kreatif di Beijing. Kapten Shenwei memarkir mobilnya di areal parkir luas yang berkonsep seperti taman. Mengenakan setelan hitam dan mantel panjang berwarna coklat terang, dia berjalan mantap memasuki lobby. Dia menghampiri seorang gadis di belakang meja resepsionis dan menunjukkan Id.
"Kapten Shenwei dari kepolisian Beijing. Aku ingin menemui direktur junior."

"Lantai 49, anda bisa menemui sekretarisnya untuk membuat janji temu terlebih dahulu."

Kapten Shenwei dibimbing seorang karyawan memasuki lift, lantas setelah melewati ruang-ruang pertemuan dan ruang workshop yang dihiasi karya-karya seniman terkenal, ia melewati River Wall, yaitu salah satu dekorasi khas perusahaan berupa dinding yang memuat tulisan-tulisan inspiratif dan tanda tangan dari para tamu terkenal yang pernah berkunjung.

Kapten Shenwei tiba di sebuah ruangan dengan seorang gadis duduk di belakang meja panjang di salah satu sisi ruangan.

"Anda sudah membuat janji temu?" tanya gadis itu.

"Aku hanya memerlukan waktu lima menit. Ini penting."

"Maaf tapi pak direktur tidak bisa ditemui."

"Biarkan dia masuk!"

Sebuah suara yang tegas dan berwibawa terdengar dari sisi seberang meja sekretaris. Berjarak sekitar dua puluh meter, di balik sebuah pintu yang terbuka setengahnya, berdiri seorang pria dengan setelan mahal serba hitam. Tinggi tegap, usianya sekitar akhir empat puluh, menjelang lima puluh. Wajahnya cukup tampan di usia yang sudah tidak muda lagi.

"Pak direktur, tapi anda.. " gadis itu memprotes.

"Tidak boleh mempersulit pekerjaan polisi."

Pria itu masuk kembali ke dalam ruangannya.

Gadis itu mengangguk pada kapten Shenwei yang bergegas masuk ke ruangan sang direktur. Kemudian menutup pintu di belakangnya.

"Tuan Yan," suaranya datar dan formal. "Kami membawa surat panggilan resmi untuk anda."
Kapten Shenwei mengeluarkan selembar kertas dengan cap kepolisian.

Direktur junior Yan Yikuan melirik sepintas lalu dengan wajah tidak berubah. Tak lama sebuah ponsel di atas meja nampak bergetar.
Yan Yikuan mengangkat ponselnya dan berbicara sepatah dua patah kata dengan nada-nada tegas. Telepon itu rupanya cukup pribadi karena ia menjauh dari kapten Shenwei.

"Baik pak!" ujar Yan Yikuan di akhir pembicaraannya sebelum menutup telepon.

"Anda harus ikut kami ke kantor polisi," ujar kapten Shenwei, ia bersiap mendengar penolakan.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang