Part 7 : Agustus (2)

1K 181 16
                                    

18 Agustus 2020

Dear Yibo...

Aku duduk sendiri di bawah langit senja yang indah, merasakan angin sejuk berhembus, aku tahu aku seharusnya menikmati hidup yang baik di sekitarku. Udara yang jernih. Sinar matahari.

Tak pernah satu hari pun terlewatkan tanpa aku memikirkanmu. Beberapa teman artis yang pernah dekat atau bekerja sama denganku mulai menjaga jarak dan jarang berkomunikasi. Perlahan tapi pasti mereka menjauhiku. Di saat buruk seperti ini aku baru bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang palsu. Aku memiliki kepercayaan penuh padamu bahwa kau tidak akan menjauhiku seperti orang-orang itu. Aku yakin mereka tidak membenciku hanya karena berita-berita sampah yang menyebar dan menjerat seperti jaring laba-laba. Sebagian orang melakukannya demi reputasi mereka sendiri di hadapan media dan masyarakat.

Kadang-kadang aku berpikir apakah media yang rusak gara-gara masyarakat, atau masyarakat yang rusak gara-gara media?
Bagaimana menurutmu?

* * *

Studio itu sangat ramai dan para penonton bersorak. Wang Yibo bersiap menunjukkan kepiawaiannya dalam menari hiphop. Para gadis di sana menjerit-jerit kacau balau. Menyaksikan idola mereka yang tampan menari dengan lentur dan energik.

Tiba-tiba Wang Yibo meringis kesakitan. Tapi dia mencoba menampilkan beberapa gerakan lagi sehingga penampilannya sempurna.
Tepuk tangan penonton bergemuruh.
Wang Yibo berjalan menepi ke sudut studio dan menggelosor duduk. Ia memijat-mijat paha kirinya.
Rekan kerjanya, Li Wenhan, duduk di sampingnya, menawarkan air minum. Dengan sopan Wang Yibo menolak.

"Kenapa kakimu?" tanya Li Wenhan.

"Mungkin terkilir, aku terlalu bertumpu pada satu kaki, Otot-ototku agak terkejut."

"Keseimbanganmu biasanya yang terbaik diantara semua. Kau sedang tidak fokus."

Wang Yibo menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya dengan tissue.

Wajahnya yang berkilauan karena keringat membuatnya terlihat makin seksi dan menawan.

"Cedera adalah hal yang wajar. Ini resiko pekerjaan kita. "

Li Wenhan menepuk lengan rekan kerjanya itu.

"Kau benar. Kau memang selalu profesional."

Wang Yibo membuang nafasnya. Dia menekan tulang hidungnya yang bangir. Merasakan sedikit flu.

"Beruntung ini bagian terakhir, kau tidak perlu menari lagi. Sebentar lagi akan berakhir."

"Oya, apakah aku bisa mengambil cuti beberapa hari?" tanya Wang Yibo.

Li Wenhan mengangkat bahu.

"Aku tidak yakin, tapi cobalah bertanya pada manager."

Wang Yibo mendesah berat.

"Kau sakit?"

"Tidak!" ia menggeleng.

"Aku akan bicara pada boss."

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja."

Li Wenhan berdiri dan bersiap melanjutkan acara.

"Kau istirahat dulu." katanya pada Wang Yibo.

Wang Yibo mengurut-urut kaki kirinya yang terasa berdenyut-denyut. Lututnya aman karena ia selalu memakai kneelpad. Tapi kali ini seperti ada urat yang bergeser. Dia meringis lagi.

Pemuda itu bersandar pada dinding. Kaki masih diluruskan. Sebentar lagi akan ada acara makan-makan. Biasanya dia dan rekan-rekannya selalu menyantap makanan-makanan pilihan yang semuanya enak. Mereka semua akan makan dengan gembira.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬Where stories live. Discover now