2 | Universitas Pulau Buru

1.4K 182 7
                                    

Buru Island University

          Nama yang terdiri dari sembilan suku kata itu terpampang besar-besar, membelah tubuh menara setinggi 200 meter menjadi dua bagian simetris. Permukaan logamnya seringkali memantulkan cahaya tiap sang surya menyapa bentala. Dan karenanya, lingkungan BIU—akronim dari Buru Island University—bagai dilingkupi cahaya surgawi kala saat-saat itu tiba.

          Benda berukuran jauh lebih kecil melintang membentuk jalur, selayaknya pusaran atom yang bergerak mengeliling huruf U dari kata 'Buru' hingga I dari kata 'University' secara diagonal. Kemudian beberapa meter di depannya, terdapat lorong transparan sebagai lintasan mobil elektrik tanpa roda, spion, dan atap yang disebut otoli³), dilengkapi pemicu listrik yang sanggup menggerakkan beberapa otoli sekaligus dalam satu lorong. Wahana ini bisa digunakan sebagai lift untuk mencapai puncak menara, sehingga lintasannya memutar mengitari menara. Lebar lintasan yang tidak terlalu besar tak menutupi plang nama universitas yang memang terbilang raksasa.

          Di menara inilah ruang kerja para petinggi BIU berada. Juga berbagai laboratorium krusial, auditorium khusus, serta ruang rapat istimewa yang kesemuanya hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang penting di BIU.

          Tak jauh dari menara itu, bangunan megah berarsitektur modern yang diberi nama Gedung I berdiri dengan gagah. Jauh lebih besar dan luas meski tingginya hanya mencapai seperdua menara. Atapnya membentuk kubah. Pada posisi puncak tertancap bendera merah putih. Seluruh bangunan ini dilapisi logam, kaca, serta beberapa bahan metalik yang tak hanya menyelimuti bagian luar, tetapi juga bagian dalamnya. Perbedaan terletak hanya pada sentuhan warna, di mana pada wilayah indoor diberikan variasi sehingga tidak terlihat monoton. Bangunan inilah tempat para mahasiswa berjuang memperoleh ilmu.

          Buru Island University merupakan tonggak pencapaian Pulau Buru. Dengan adanya BIU, Buru yang dulu punya sejarah kelam, dijadikan tempat pengasingan, kini berubah total menjadi tempat yang paling diinginkan untuk ditinggali. Berkat BIU, Buru perlahan-lahan menjadi kota yang maju tanpa merusak habitat alam, dan menjadi salah satu penyumbang teknologi terbesar dari Indonesia. 

          Meski banyak yang berbondong-bondong ingin datang, pemerintah setempat konsisten membuat kebijakan kuota untuk setiap pendatang dan pengunjung. Hal ini dilakukan agar tidak merusak keselarasan antara alam dan teknologi di sana. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi para anak muda yang ingin mengenyam pendidikan di BIU.

          BIU menyaring dengan amat ketat melalui serangkaian tes untuk menjadi mahasiswa. Dari jutaan orang yang mendaftar, BIU hanya menerima delapan ratus orang setiap tahun. Namun, sejak lima belas tahun lalu, pasca terjadinya ledakan di pusat Distrik Namlea yang kemudian merambah ke wilayah-wilayah lain di Indonesia, kuota tersebut terus ditambahkan. Indonesia semakin membutuhkan orang-orang potensial untuk menghadapi patogen⁴) yang berasal dari ledakan itu. 

          Dengan ditambahkannya kuota, ternyata tidak serta merta membuat jumlah mahasiswa semakin banyak. Justru jumlah pendaftar menipis bahkan menurun drastis dari tahun-tahun sebelum terjadi epidemi. Mereka sudah terlalu disibukkan dengan kesembuhan keluarga serta kerabat tercinta. Banyak orang terjangkit.  Virus bernama kinetoksis itu membuat tubuh si penderita mengkristal serta menguarkan bau timah. Jika virus sudah menggerogoti seluruh tubuh, si penderita akan lumpuh, saraf motorik mati, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain berbaring di tempat tidur selayaknya mayat. Berbicara pun tak bisa. Hanya pergerakan mata yang menjadi pertanda bahwa masih ada nyawa mendiami raga.

          Hingga saat ini belum juga ditemukan asal-muasal ledakan misterius yang membawa virus itu. Meski para profesor serta dokter terbaik dunia dikerahkan, meski para ahli kesehatan diturunkan ... semuanya nihil. Tidak ada yang bisa mendeteksi ataupun memberikan solusi.

KATASTROFEWhere stories live. Discover now