4. DIJEBAK

5.8K 926 455
                                    

"Dunia menyakitiku.

Kebencianmu membunuhku.

Perasaanku mengkhianatiku.

Lalu apa lagi yang kupunya?"



Selama satu minggu setelah kepulangannya kembali dari pekerjaan di luar kota, gadis itu benar-benar harus berusaha untuk tetap hidup. Berada satu ruangan dengan Dazai adalah hal paling buruk yang terjadi dalam hidupnya.

Bagaimana tidak, baru masuk di pintu malam itu, Dazai sudah melemparkan pisau ke arah [Name]—yang untungnya bisa dihindari—dengan alasan kalau Dazai tak sengaja. Bisa [Name] rasakan aura kebencian yang menguar dari diri Dazai, membuat [Name] harus terus waspada sepanjang waktu.

Dazai tidak ingin berada satu ruangan. Jadilah [Name] hanya mendapatkan tempat di dalam lemari futon [kasur lantai]. Dan hanya menempatkan barang miliknya di pojok ruangan samping pintu geser lemari futon. Setidaknya lemari tersebut cukup besar hingga ketika ia duduk kepalanya tak terbentur kayu penyekat lemari bagian atas.

Tapi bagi [Name] itu lebih baik. Ia tidak harus melihat tatapan penuh kebencian yang selalu Dazai keluarkan . Dan [Name] punya tempat sendiri untuk bermain dengan pikirannya.

Hari ini seperti kebiasaannya selama bertahun-tahun ia pergi ke pemakaman Yokohama, rutinitas yang ia lakukan seminggu sekali bahkan bisa beberapa kali. Kecuali selama beberapa bulan di luar kota, ia tidak bisa mengunjungi makam tersebut. Dan ini pertama kalinya setelah hampir enam bulan [Name] datang ke sini.

"Apa kabarmu?" tanya [Name] pada sebuah nisan di hadapannya.

Raut sendu sekaligus senang terpancar jelas di wajah sang gadis. Ada perasaan rindu yang teramat besar ketika matanya melihat nama yang tertulis di nisan tersebut. Tangannya yang memegang buket bunga mengerat, menahan segala perasaan yang bergemuruh di dada.

Oda Sakunosuke.

"Maaf aku baru mengunjungimu, aku berada di luar kota karena pekerjaan. Aku baik-baik saja seperti biasa. Aku sekarang memiliki dua Junior di Agensi Detektif Bersenjata, mereka berdua orang yang baik dan menyenangkan. Ranpo-san lagi-lagi berbuat curang dengan mengambil semua cemilanku. Kunikida suka sekali memarahiku, tapi dia orang yang menyenangkan. Dan kabar mereka semua baik. Termasuk Dazai," ucap [Name] yang langsung terhenti ketika ia mengucap nama tersebut.

"Sepertinya dia masih membenciku, entah kapan aku bisa melihatnya tersenyum kepadaku. Berita buruknya aku harus bekerja sama dengannya dan menjadi teman satu kamar. Kukira kau pasti akan marah besar jika tahu aku sekamar dengannya," [Name] terkekeh dengan ucapannya sendiri, seolah ia benar-benar bicara dengan orang yang masih hidup. "Mungkin akan menyenangkan jika kau masih hidup sampai sekarang. Kita bertiga berada di organisasi yang sama. Kau dan Dazai pasti akan menjadi partner yang hebat, dan kita bisa tertawa seperti dulu. Dan... dan..."

Ucapan [Name] terhenti saat sesuatu menohok dadanya dengan kuat, tenggorokannya terasa tercekat. Hingga bisa ia rasakan cairan hangat meluncur turun dari pipinya tanpa ia mau.

"Aku merindukanmu. Aku sungguh merindukanmu, aku...."

[Name] tak sanggup melanjutkan ucapannya. Rasa sakit yang menusuki dadanya tak mengizinkan sang gadis untuk berkata lebih.

Oda Sakunosuke adalah orang paling penting bagi [Name], bisa dibilang pria itu adalah sebagian dari jiwa sang gadis. Kematian Oda Saku benar-benar menjadi tamparan yang luar biasa keras untuk [Name], orang yang paling merasa hancur bukanlah Dazai kala itu, melainkan [Name]. Jika bukan karena Akutagawa dan Chuuya saat itu, mungkin [Name] sudah menyusul Oda Saku.

REFRAIN (DAZAI X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang