9. DIA YANG SEBENARNYA

6.5K 889 394
                                    

"Amarahku menghilang.

Dendamku memudar.

Simpatiku tergugah.

Ketika aku melihat kau menangis

Pada hal yang tak bisa kutangisi."


Masa Sekarang...

Dazai kini berada di Bar Lupin, duduk seorang diri dengan segelas wiski yang belum pria itu tengguk sejak setengah jam lalu. Ia terus berdiam diri, tenggelam dalam pikiran tak berujungnya mengenai seseorang. Begitu banyak kemungkinan yang Dazai pikirkan, namun tak ada satu pun yang bisa ia simpulkan. Belum pernah Dazai seperti ini sebelumnya, tidak bisa menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan.

Suara lonceng di atas pintu masuk berbunyi, menandakan kalau ada orang yang datang ke bar. Dazai pun langsung keluar dari lamunan kecilnya.

"Yo Ango?" sapa Dazai dengan senyum tipis, namun bukan senyum yang ramah.

"Sudah berapa lama kau datang?" tanya Ango, duduk di samping Dazai.

Wajah Ango masih terlihat kaku. Ada ketakutan dalam matanya saat ia melihat Dazai, seolah takut kalau-kalau pria hazel itu menghunuskan pisau ke leher Ango. Bahkan Ango pun tidak akan pernah menurunkan waspadanya terhadap Dazai, dialah yang paling tahu seberbahaya apa seornag Dazai Osamu.

"Belum lama," jawab Dazai. "Dibandingkan menanyakanku, kuharap kau membawa hal bagus tentang yang kuminta kali ini, Ango," lanjutnya dengan nada dingin.

"Kau terus menghubungiku bahkan mengancamku karena hal ini, kupikir kau tidak akan pernah peduli tentang dirinya," kata Ango.

"Kau tahu Ango, aku belum memaafkanmu dan tidak akan pernah memaafkanmu, kau tahu itu dengan jelas. Bahkan tanpa mengancammu, aku bisa langsung membuatmu tak bernyawa saat ini juga." Tatapan dan senyum Dazai berubah, terlihat dingin dan tak bercanda sama sekali. Kebencian menguar bebas dari diri pria itu.

"Aku tahu."

Ya, Ango sangat tahu seperti apa sikap Dazai padanya sekarang. Dazai tidak menyalahkan pria itu atas kebencian tak berujungnya, selain karena Dazai adalah orang yang pendendam, kebencian Dazai hingga saat ini adalah memang salah Ango.

Karena Ango, salah satu teman baiknya dan Dazai harus meregang nyawa. Jika saja ia tidak masuk ke dalam Port Mafia dan juga Mimic sebagai mata-mata, dan memancing kehadiran Odasaku, pastilah ikatan dirinya dengan teman-temanya masih tetap terjalin.

Dazai mungkin tidak tahu bahwa Ango setiap saatnya selama empat tahun ini terus dihantui rasa bersalah. Ia terus berusaha mendukung setiap kehendak Dazai walau itu akan mempertaruhkan hidupnya di Pemerintahan, karena ia ingin Dazai memaafkannya. Begitu ingin Ango kembali seperti dulu, duduk di Bar Lupin ini dan bercerita banyak hal sambil menenguk minuman. Sayangnya, semua tidak mungkin terjadi.

"Kebencianmu ini belum ada apa-apanya dibandingkan kebencian-nya. Aku bahkan tidak berani hanya sekedar menyebut namanya," ucap Ango serius, terlihat ada frustrasi di pancaran matanya ketika ia mengatakan hal itu.

"Memang siapa yang lebih membencimu dibandingkan aku?" tukas Dazai.

"Orang yang ingin kau ketahui informasinya. [Name], kebenciannya padaku melebihi kebencianmu," kata Ango.

Dazai hanya diam, pikirannya kembali mengingat satu orang yang terus bersarang di kepalanya. Entah kenapa setiap kali nama gadis itu disebut, ada sesuatu dalam diri Dazai yang bergejolak tak nyaman.

REFRAIN (DAZAI X READER)Where stories live. Discover now