5. PORT MAFIA

5.6K 882 243
                                    

"Jika saja waktu bisa kuputar,

Mungkin lebih baik kita tidak bertemu.

Bukan karena aku tidak mau

Tapi lebih karena aku tidak ingin menyakitimu."



Mata [Name] terbuka perlahan, pandangannya untuk beberapa saat kosong sebelum akhirnya mendapati dirinya berbaring di atas tempat tidur. Langit-langit putih menjadi hal pertama yang gadis itu tangkap. Hidungnya mencium aroma antiseptik yang begitu menyengat, aroma ruangan yang terasa familiar untuknya.

"Ara? Kau sudah bangun rupanya, [Name]-kun," suara seseorang tertangkap telinga [Name], membuat gadis itu mencari sumber suara.

Matanya membelalak ketika melihat siapa pemilik suara yang kini berdiri si samping tempat tidur, tersenyum penuh arti.

Dengan cepat tubuh [Name] merespon untuk menyerang orang tersebut. Namun ketika ia bangkit, tubuhnya langsung ambruk kembali sebelum sempat menyentuh orang yang sepertinya tak terkejut dengan sikap gadis itu barusan.

"Mori-san," geram [Name] saat tahu siapa orang yang berada di dekatnya itu.

"Sebaiknya kau jangan bergerak dulu, [Name]-kun. Lihatlah lukamu terbuka lagi," kata Mori Ougai sang Ketua dari Port Mafia. Ia berusaha membantu [Name] untuk kembali berbaring, tapi langsung di tepis oleh gadis itu.

"Jangan sentuh aku. Bagaimana aku bisa berada di sini?" tanya [Name] dengan nada tak ada kata ramah sama sekali.

"Chuuya yang membawamu ke sini semalam. Kau luka parah dan aku harus merawatmu karena permintaan Chuuya. Lagipula dengan identitasmu itu kau tidak akan bisa pergi ke rumah sakit tanpa mengatakan siapa kau sebenarnya," jawab Mori seraya mengambil kapas, antiseptik, dan peralatan lainnya untuk menutup kembali luka [Name] yang sedang mengalirkan darah lagi karena pergerakan tiba-tiba yang gadis itu lakukan.

"Apa yang mau kau lakukan?" [Name] menghindari Mori, tak ingin sampai ia lengah hingga membiarkan Mori berbuat sesuatu yang buruk padanya.

"Tenanglah, aku hanya ingin mengganti perbanmu dan mengolesi lukamu dengan obat lagi. Karena kau bergerak tiba-tiba lukamu kembali terbuka. Jadi izinkan aku mengobatinya," urai Mori tanpa ada maksud lain.

Karena rasa sakit yang berdenyut kuat, [Name] menuruti apa kata mantan atasannya itu.

[Name] mengangkat pakaian atasnya hingga cukup untuk Mori menggantikan perban sang gadis.

"Ini mengingatkanku akan masa lalu. Kau adalah orang yang paling sering datang ke sini karena mudah sekali terluka saat bertugas. Bagaimana jika kau kembali ke Port Mafia, Alice pasti akan senang jika bertemu denganmu," kata Mori seraya mengobati [Name].

"Jangan bermimpi. Kau tahu dengan jelas kalau aku sangat membencimu. Bahkan saat ini aku ingin membunuhmu dan menggantung mayatmu di aula," sahut [Name].

Mori tertawa mendengar penuturan [Name] barusan, menduga kalau gadis itu tidak mungkin melunak begitu saja setelah apa yang pria itu lakukan empat tahun lalu. Ada saat-saat dimana Mori menyesal telah melakukan hal tersebut, khususnya ketika ia teringat hari-harinya dengan [Name].

Berbeda dengan yang lain, [Name] begitu hangat seperti matahari. Gadis itu begitu ceria, baik, dan rapuh. Sosok yang sangat tidak cocok di organisasi gelap seperti Port Mafia. Namun karena Mori menyukai kemampuan yang dimiliki oleh gadis itu, Mori membiarkannya berada di Port Mafia yang penuh dengan kekerasaan. Dan juga karena Natsume-sensei—pendiri Port Mafia dan Agensi Detektif Bersenjata—yang memberitahu tentang [Name]. Gadis kecil yang bisa memperbaiki segala hal yang rusak dan hancur.

REFRAIN (DAZAI X READER)Место, где живут истории. Откройте их для себя