7. LUKA

6.1K 870 174
                                    

"Begitu ingin aku memanggil namamu.

Begitu ingin aku memgang tanganmu.

Sayang, aku tidak bisa melakukannya.

Bukan karena tidak sanggup,

Namun karena kau tidak mengizinkan."



[Name] benar-benar tidak nyaman dengan situasi saat ini, seolah ia sedang diawasi oleh malaikat maut setiap detiknya. Mungkin lebih tepatnya Dazai yang mengawasinya sejak tadi. Pria itu berjalan di belakang [Name] tanpa mengatakan apa pun, namun gadis itu bisa dengan jelas merasakan tatapan tajam Dazai.

[Name] terus bertanya-tanya alasan Dazai ingin ikut pergi dalam pekerjaan yang hanya diperuntukan buat gadis itu. Jangan salahkan [Name] jika gadis itu sampai heran karena Dazai yang mengekor di belakang. Bukankah selama bertahun-tahun ini Dazai-lah yang paling enggan berada di dekat gadis itu bahkan dalam radius tiga meter sekalipun.

"[Name]-san? Bagaimana setelah pekerjaan ini selesai kita makan, aku menemukan tempat yang bagus dan murah untuk makan. Di sana enak, loh," ajak Kenji yang berjalan di samping [Name], terus mengajak gadis itu mengobrol banyak hal.

"Boleh, kebetulan aku belum makan," [Name] setuju.

Tak lama, Kenji berhenti berjalan, membuat [Name] melihat ke depan untuk mencari penyebab Kenji berhenti.

"Kita sudah sampai," kata Kenji seraya menunjukan bangunan yang rusak dan berbentuk, begitu pula sekitarnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi sampai ada kerusakan seperti ini?" tanya [Name], kepalanya berdenyut ketika melihat bahwa ia memiliki pekerjaan besar di saat tubuhnya sedang tidak memadai untuk melakukan pekerjaan seperti ini.

"Seseorang memasang bom di bangunan itu karena alasan dendam. Ada sekitar lima orang yang terluka tapi tidak ada yang meninggal, selebihnya bisa diungsikan karena kabar bom ada di dalam sudah menyebar terlebih dahulu," jela Kenji.

Benar-benar kelakukan orang yang kurang waras, pikir [Name].

[Name] menunjukan kartu pengenalnya kepada polisi yang ada di sana. Mengerti siapa [Name], polisi cepat-cepat meminta semua orang meninggalkan tempat tersebut.

"Tidak ada orang di radius lima puluh meter kecuali anggota polisi dan tim Anda," lapor salah satu polisi yang sudah mengenal [Name] sebagai sosok yang memperbaiki kota.

"Terima kasih. Tolong untuk kalian semua juga jaga jarak dari sekitar kerusakan untuk mengurasi resiko terkena barang berat," pinta [Name] sopan.

"Baik," jawab polisi tersebut yang kemudian memberikan perintah kepada rekan-rekannya perihal permintaan [Name] barusan.

Gadis itu langsung berdiri di depan bangunan yang rusak, berkonsentrasi dan mengambil napas panjang.

"Inoryouku:Kaizein [Kemampuan; Perbaikan]!" seru [Name], kemudian kemampuannya aktif.

Seperti waktu mundur, satu demi satu bangunan yang rusak dan berserakan kembali ke tempatnya semula. Bagian yang hangus, bekas terbakar, semua perlahan membaik. Bangunan yang semula hampir rata dengan tanah perlahan kembali berdiri, seolah tidak pernah hancur sebelumnya. Tak hanya bangunan, jalanan, pagar dinding, trotoar, tumbuhan, bahkan kerikil sekali pun di perbaiki oleh kemampuan [Name].

"Akh!" [Name] merasakan luka di perutnya terbuka, cairan merah merembes di pakaian. Gadis itu pun terbatuk sekali dengan darah mencuat keluar dari mulut.

REFRAIN (DAZAI X READER)Where stories live. Discover now