13. Tiket

42 10 8
                                    

Hidup nggak selamanya haha hihi sebagai Arvellyn di Avatar. Walau kemarin aku dan Budi berpikir keras untuk memecahkan permasalahan mengenai anggota dengan berkeliling di forum baru bernama "Pencarian Tim Kompetisi Bulanan"---sampai stres karena tidak menemukan orang yang cocok---paginya aku selalu akan kembali sebagai Siti, pelajar kuper yang tak berdaya di dunia nyata.

Hari ini masih biasa-biasa saja, masuk kelas, tertekan saat jalan, kemudian mendarat di tempat dudukku. Jaq, Lyc, dan Donne lagi-lagi masih mengobrol mengenai apa pun. Heran, tidak habis-habis persediaan topik mereka.

"Kita nggak bisa daftar bertiga doang, keles," tukas Lyc. "Kalau nggak dapat orang keempat, kita nggak akan pernah dapat tiketnya. Kata si Yve, yang sudah party-an berempat sejak awal dapat tiket emas yang bisa langsung ke babak eliminasi, sementara yang dapat tiket biasa, perlu berjuang dari audisi. Dia dapat ketentuan lengkapnya setelah dikasih tiket."

"Iya, benar, benar," timpal Donne. "Kita harus cari orang keempat."

"Jadi memang harus party-an berempat dulu baru dapat tiketnya, ya ...." Jaq merenung sejenak, tangan kanannya di ujung dagu, sementara tanngan kiri memainkan pulpen. Tiba-tiba saja, dia menatap ke arahku tanpa bicara. Lyc dan Donne yang tadinya fokus jadi melihat juga.

"Ke-kenapa?"

"Kau kan main Avatar juga!" seru Jaq. "Bagaimana kalau kau ikut kami di kompetisi!"

Jelas aku nggak akan bisa menerima, sih. Satu, akan jadi aneh saat bermain bersama mereka, tidak bisa seekspresif ketika main sendiri, pasti ada tekanannya. Kedua, aku sudah janji bersama si Budi. Jhazone pun bakal mencibir kalau aku muncul tanpa Budi.

Tapi kalau aku menolak, kan nggak enak, ya, apalagi mereka kelihatannya sangat kebingungan mencari anggota, aku mengerti rasanya. Pasti semakin sakit kalau sudah ketemu orang yang seharusnya benar-benar cocok dan potensial, tapi ditolak.

"Eh, tapi ...," Lyc memotong, "Siti masih aktif main nggak, sih? Kelihatannya sudah lama tidak online, aku bahkan curiga dia tidak tahu sama sekali mengenai kompetisi ini."

Ah, walau harus berbohong, sepertinya aku harus mengiyakan apa yang dikatakan Lyc. "Ah, akhir-akhir ini aku memang jarang punya waktu untuk main." Bullshit. "Soalnya ... aku mulai sering belajar." Semakin bullshit.

"Oh, oke ...." Jaq mengangguk. "Jadi, kita harus cari satu lagi di forum, nih? Gimana kalau sekalian di 'Cari Jodoh', sekalian bikin harem!" Dia tertawa setelah melempar gurauan itu.

Kukira hanya bercanda, aku saat itu tak tahu kalau mereka benar-benar membuat komposisi tim harem, dengan satu cowok yang tidak pernah kuduga.

***

Sore-sore, setelah semua tugas selesai dan menerima pesan dari Budi, aku masuk ke aplikasi Avatar. Kami rencananya mau hunting lagi, tapi nggak di forum kemarin lagi, deh. Mau coba suasana baru.

"Bagaimana kalau di forum asal kita saja, mungkin saja ada yang mau bersimpati dan bergabung dengan kita karena benci dengan Jhazone," usul Budi.

"Boleh juga," balasku.

Memasuki forum, rasanya aneh sekali. Padahal baru sehari kami tidak datang ke sini, tapi suasanya sudah berbeda sangaaaaaat jauh. Tempat ini begitu sepi seperti cerita-cerita bagus di Wattpad, tidak seperti dulu yang seramai pembaca cerita Mariperkosa---meski cerita bertahun-tahun lalu, kalau tidak salah, terakhir dicek jumlah vote rata-rata perbabnya berjumlah sejuta.

"Ke mana mereka semua, ya?" Aku bertanya-tanya.

"Mereka semua mempersiapkan diri pergi ke kompetisi," sahut seseorang. Ketika aku melihat siapa yang berbicara, seperti ada palu yang jatuh ke kepalaku. "Kau sendiri, kenapa tidak bersiap, Lyn? Bukankah kau ikut?"

Sungguh laknatnya aku, terlalu asik berkonflik dengan Jhazone dan mengurusi Budi, sampai lupa dengan dua teman yang menemani sejak masuk ke aplikasi ini, si tompel dan si botak. "Rhy ... Zhy ...."

"Hai, Lyn!" ujar Zhy. "Lama tidak berjumpa, ya."

Aku masih susah berkata-kata. "Ma-maaf, ya, akhir-akhir ini aku seperti melupakan kalian, mulai jarang bergaul dengan kalian lagi. Dulu pun, aku suka semena-mena meninggalkan kalian ketika tiba-tiba diajak mengobrol sama cowok ...."

"Hahaha, kamu ngomong apa, sih?" ujar Rhy. "Nggak apa, pun, kalau memang sedang ada urusan dengan orang lain. Aku mengerti, kalau punya pacar, pasti teman dilupakan sejenak."

Aku nge-blank. "Hah?"

"Kamu ini," sekarang Zhy yang berbicara, "kenalin dulu dong, pacarmu itu. Kasihan dia dari tadi diam ngelihat kita ngobrol."

"Siapa, sih?" Jujur, aku masih belum mengerti. Tidak mungkin Jhazone, kan?

Mereka berdua hanya lanjut tertawa, tanpa memberikan jawaban lagi.

Sedetik kemudian aku baru mengerti. "Bu-budi bukan pacarku!" seruku cepat. "Ya, kan, Bud?"

"Iya, benar, kami belum pacaran," dia menjawab dengan tenang, tidak sepertiku yang panik sendiri. Rhy dan Zhy makin tertawa, aku makin malu. Untungnya wajahku yang kini memerah malu tidak diperlihatkan dalam wajah Arvellyn.

"Belum artinya akan terjadi suatu saat nanti!" seru Rhy. "Cepat atau lambat, kalian akan menyusul kami!"

"Tunggu, tunggu, kami?" tanyaku. "Kalian ...."

"Tepat sekali," sahut Rhy. "Karena sering ditinggal berdua, kami makin lama makin akrab dan terbangun chemistry-nya. Ya ... jadi, deh."

"Selamat!" seruku. "Semoga langgeng!"

"Iya, iya, makasih. Semoga kalian cepat jadi juga!" Mereka tak selesai-selesai meledek, aku semakin malu.

"Eh, Si ... sori, Lyn, bagaiamana kalau kita ajak mereka?" ujar Budi dengan suara berbisik. Benar juga!

"Ngomong-ngomong, Rhy, Zhy, kira-kira kalian mau bergabung dengan kami di kompetisi nanti, nggak? Kebetulan kurang anggota lagi dua, sih ...."

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Sepertinya sedang bisik-bisik kecil karena mulut mereka bergerak, tapi tidak terdengar apa-apa di sini. Aku jadi takut, kalau mereka tidak mau, sama siapa lagi? Tentunya agak susah menyatukan chemistry lagi dengan orang baru, akan sangat enak kalau mereka menerima tawaran ini.

Beberapa saat kemudian dengan entengnya mereka berkata, "Nungguin, ya?"

Ingin kutampol.

"Tentu saja kami mau! Masa teman sendiri kami tolak, mumpung dari awal belum dapat kelompok juga."

Aku refleks tersenyum. "Makasih, kawan-kawan."

Ah, ternyata tidak perlu ribet-ribet membangun chemistry dengan orang lain lagi. Setelah ini, aku langsung memasukkan dua sejoli itu ke party, dan mendapatkan tiket masuk setelah dua puluh empat jam bersama, sebagai tanda bermulainya perjalanan kelompok yang nantinya---semoga---akan membantai kelompok Jhazone.

Name ShammingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang