18. Berubah

32 6 0
                                    

"Kenapa kamu setiap masuk kelas menunduk terus, sih?" suara Kyle mengejutkanku di depan pintu kelas. "Masih takut dihina? Bukannya kita sudah diskusi tentang ini kemarin?"

Ah, benar juga. Aku terbiasa menundukkan kepala tiap masuk kelas karena takut menghadapi orang-orang, yang seakan-akan hendak mengataiku. "Kau benar."

Aku mulai mencoba menatap ke depan. Sekarang, setelah aku sadar dan mendongak, semuanya tampak berbeda. Bayangan-bayangan jahat yang kupikirkan selama ini lari begitu saja, yang ada hanya potret kelas biasa yang hangat.

Kini aku tak lagi menunduk, mulai berjalan mantap sambil tersenyum ke orang-orang yang sedang piket.

"Eh, Siti? Kok senyum-senyum?" tanya Lyc. 

Ahaha, pasti kau bingung kenapa auraku tiba-tiba positif begini, kan? "Jadi aku---"

"Bukannya bantu nyapu, malah senyum-senyum kayak orang gila. Nih!" Dia menyerahkan sapu. "Aku udah piket, ya, mau ke kantin sekarang. Dah!"

Dan dia kabur meninggalkanku dengan sapu dan muka melongo.

***

"Bapak mengabsen dulu, ya." Pak Harianto mengambil daftar absensi. Aku refleks menunduk lagi.

Namun, mengingat hasil pikiranku kemarin, aku mencoba menatap ke depan. Saat nama Siti Jubaedah dipanggil, nyatanya tak pernah ada yang tiba-tiba menatap dengan aneh atau semacamnya. Semua skenario negatif yang selama ini bersarang di benakku, seakan-akan lari dan hilang.

Kini pandanganku ke dunia betul-betul berbeda, tekanan yang menerjang dari sana sini lari entah ke mana, aku tak lagi merasa seperti kertas yang diremas sampai menjadi bola. Orang-orang, yang dulunya terlihat mengerikan di mataku, kini seakan-akan berubah wujud jadi orang biasa. Akhirnya aku bisa menikmati dunia seperti orang lain, tak lagi dikekang pikiran dan imajinasi sendiri.

Tanpa sadar, aku mulai sering tersenyum sendiri hari ini. Aku bukan lagi Siti si pemalu yang selalu diam dan tak bersosialisasi, aku sekarang Siti yang kembali periang.

"Hei?" Jaq melambaikan tanngannya di depan mukaku yang sedang melamun. "Kenapa dari pagi sering banget bengong sambil senyum-senyum sendiri, sih? Kerasukan Joker?"

Aku yang masih melamun memikirkan mengenai perubahan pada diriku saat ini tidak langsung menjawab, malah makin senyum-senyum.

"Lyc, Donne!" Jaq berbisik sembari mencolek punggu dua orang di depan. "Kayaknya si Siti betulan lagi kerasukan Joker, deh."

"Joker apaan?" bisik Donne.

"Itu, film lawas yang dulu populer banget! Ah, kau nontoninnya film-film yang bisa mode VR doang, sih, nggak pernah nonton film lawas," sahut Jaq.

"Eh, eh, balik cepet, Donne. Kayaknya Pak Harianto mulai sadar gerak-gerik kita!" Lyc memperingatkan. Tiga orang itu kembali fokus, sementara aku masih senyum-senyum seperti kerasukan Joker betulan.

Name ShammingOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz