19. Avatar (lagi)

26 6 0
                                    

Aku terlalu sibuk dengan perkembangan diriku sendiri, sampai-sampai lupa mengenai Rhy dan Zhy yang kutinggalkan begitu saja tanpa konfirmasi. Maka dari itu, hari ini, di jam-jam mereka biasa online, aku muncul lagi di Avatar.

Karena sudah pacaran, aku sangsi mereka bakal sering-sering bertemu di forum---dan juga menghindari Jhazone yang bisa mengintai kapan saja di dalam forum. Jadi, aku langsung mengirimi Rhy pesan untuk bertemu, dan dibalas dengan invitasi untuk masuk ke ruangan yang mereka buat.

"Arvellyn!" seru mereka, ketika aku baru saja sampai.

"Err ... hai."

"Berhari-hari kita tak bertemu, ya. Gimana masalahmu? Sudah beres?" tanya Rhy dengan tenang.

"Eh?" Bukannya menanyakan aku sedang apa beberapa hari lalu sampai-sampai membuat tim didiskualifikasi dengan nada marah, mereka seakan-akan malah sudah tahu kenapa aku sampai tidak aktif berhari-hari. "Su ... dah."

"Baguslah. Kyle hari Jumat dengan panik langsung menghubungi kami, katanya kamu bilang ingin mengundurkan diri dengan muka sedih. Setelah mengabari, dia langsung keluar lagi, katanya mau menemuimu secara langsung. Dia panik, takut kamu sedang tidak apa-apa," jelas Rhy. Ah, aku baru ingat Kyle sempat menghubungi mereka.

"Jadi, bagaimana sekarang?" tanyaku. "Pasti bakal malu banget kalau main ke forum, terus papasan sama Jhazone."

"Entahlah ...," kini Zhy yang menjawab. "Kupikir, aku mulai tak peduli dengan Jhazone dan antek-anteknya. Rasanya, kami juga mulai bosan dengan Avatar."

Kenapa aku memikirkan hal yang sama? Semenjak kembali mendapatkan kepercayaann terhadap nama asliku, aku sudah tak punya alasan lagi untuk main. "Jadi kita akan pensiun? Fyuh, padahal belum terlalu lama juga kita di sini. Mungkin aku akan merindukan kalian ...."

"Kita tetap bisa saling menghubungi kali," seru Rhy. "Pakai kontak pribadi."

Kalau aku diminta kontaknya beberapa hari yang lalu, mungkin bakal langsung tercucur keringat dingin, tangan tremor sampai ponsel tergelincir dari tangan mungil yang dipenuhi keringat berbentuk bulir. Tapi, sekarang rasa itu mulai hilang, bersamaan dengan hilangnya hubunganku dengan aplikasi Avatar yang dulu sangat kupuja-puja, dan dimulainya kehidupan baruku saat ini. Tanpa keinginan untuk menggunakan nama yang lain lagi.

Aku cuma tinggal menyimpan satu tanda tanya---atau mungkin dua?---di dalam benakku. Mungkin besok, atau kapan-kapan, akan kucari jawabannya. Akan kucari sampai ke ujung langit, kita ke sana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberani.

Name ShammingWhere stories live. Discover now