21. Asal Nama (lagi)

31 6 1
                                    

Ketika berjalan beriringan dengan Kyle, tiba-tiba aku memikirkan hal-hal yang kutempuh selama beberapa minggu di SMA sampai akhirnya aku jadi Siti yang percaya dengan namanya seperti ini.

Perjalanan hidupku memaknai nama dimulai dari SMP, kejadian namaku dimaki-maki Jhazone. Di titik itu, aku yang sebelumnya biasa-biasa saja dengan nama Siti Jubaedah mulai memikirkan mengenai namaku yang beda dari teman-teman lain. Imbasnya, selama SMP, aku perlahan-lahan mulai membatasi pertemanan karena takut duluan, setiap detik memikirkan hinaan tentang namaku.

Ketika SMA, masih jadi murid baru, aplikasi Avatar mulai booming di mana-mana. Mengetahui bahwa di sana aku bisa bersosialisasi pakai nama buatan, diriku langsung bersemangat membuat akun dengan nama masa kini, Arvellyn Erythiya Tynettha tercipta.

Bermain di Avatar, aku kembali bertemu dengan orang dari masa laluku yang menyebabkan semua ini, Jhazone---sekarang aku bahkan tidak tahu bagaimana nasibnya, bodo amat, sih. Jhazone kembali mengulang hal yang pernah dia lakukan padaku, kali ini ke salah satu pengguna bernama Budi Susanto, yang pada akhirnya menjadi teman baikku di dunia nyata karena kami satu sekolah.

Banyak yang terjadi seterusnya. Mulai dari kekesalanku terhadap Kyle alias Budi, hingga berbaikan dan akhirnya berteman. Kemudian kami dapat tantangan dari Jhazone, di tengah-tengah aku kabur dari tantangan, sampai kembalinya kepercayaanku berkat Kyle. Semua hampir selesai, aku tinggal menemukan potongan pecahan terakhir, dan semua masalahku mengenai nama akan tuntas.

***

Hari ini, sore-sore, ketika ibu sedang menyetrika, aku diam-diam duduk di sampingnya.

"Napa, Nak? Mau minta uang buat kerja kelompok?" tanya ibu sewot.

"Ish, bukan. Bukan lagi mau minta uang ini."

Ibu menekuk alis. "Terus? Mau bantuin? Tumben."

Aku menggeleng. "Bukan juga. Cuma mau nanya, Bu."

"Tanya apa?" Ibu masih fokus memegang setrikaan, menggosok baju kaus warna merah milikku.

"Bukannya kenapa-kenapa, sih, cuma penasaran aja. Kenapa aku dikasih nama Siti Jubaedah, nama yang jadul gini? Kenapa nggak dinamain kayak anak zaman sekarang, kayak Tante Dhia?" tanyaku.

Ibu diam dari kegiatan menyetrika, tertegun untuk sejenak. "Ibu juga agak lupa, deh .... Coba ingat-ingat dulu." Beliau menaruh setrikanya, kemudian memasang pose berpikir.

Yah, aku harus menunggu beberapa saat lagi agar sampai di akhir cerita. Sabar ya penonton, salahkan ibu yang lupa.

Name ShammingWhere stories live. Discover now