22. Asal Nama (iya, masih sama judulnya)

47 6 1
                                    

Aku mengetuk-ngetukkan jemariku ke sembarang tempat, menunggu jawaban dari ibu dengan bosan. Bisa-bisanya ibu lupa kenapa menamaiku Siti Jubaedah.

"Ah, ibu ingat!" Akhirnya beliau berseru setelah beberapa lama merenung.

"Gimana, gimana?"

"Saat itu ibu sudah menyiapkan nama keren setelah didiskusikan dengan Tante Dhia. Cuma, tiba-tiba ayah bersikeras mengusulkan nama Siti Jubaedah saat tahu bahwa kamu perempuan. Tanya ayah saja kalau penasaran sama asal namanya." Ibu mengambil kembali setrika yang tergeletak, kemudian lanjut menyetrika.

Yah, sudah menunggu lama-lama, malah zonk. Sabar lagi ya penonton.

***

Kali ini kami bertiga sudah duduk bersamaan di meja makan. Ayah baru pulang beberapa menit yang lalu, aku baru turun setelah mandi, dan ibu baru selesai masak. Aku memberanikan diri membuka percakapan, "Ayah, mau tanya, dong."

Ayah yang bersiap mengambil lauk menghentikan aktivitasnya. "Tanya apa?"

"Kenapa aku dinamain Siti Jubaedah, yang notabene nama jadul gitu. Kenapa aku nggak dikasih nama keren yang udah disiapin ibu?"

"Oh, tanya itu." Ayah lanjut mengambil ayam dengan santainya. "Bukan ayah yang mau, sih. Awalnya ayah setuju-setuju saja sama ibumu, kami awalnya siapin nama Veenchent Nyno kalau cowok, Niena Moona kalau cewek. Atau mirip-mirip gitu, lah, lupa pastinya."

Ih, keren juga namaku waktu itu. "Kenapa nggak jadi pakai itu?"

"Tiba-tiba neneknya ayah, yang lagi sakit-sakitan, langsung ngusulin nama waktu denger ibumu hamil. Katanya dia udah nyiapin nama untuk anak cewek sejak hamil, cuma nggak pernah kesampaian punya anak cewek. Anaknya dua, cowok semua. Cucunya tiga, cowok semua juga. Nah, mumpung ada kamu yang cewek, jadi kamu yang dinamai Siti Jubaedah."

Aku speechless, tak bisa berkata-kata untuk beberapa detik.

"Kamu bangga sekali, kan, bisa memenuhi keinginan nenek buyutmu yang sekarat. Kamu pasti sampai kehabisan kata saking bangganya. Ayah juga ikut bangga, Nak." Ayah menepuk punggungku pelan dari seberang meja. Mejanya masih berminyak, sekadar info.

Dih, bukan karena itu!

Kupikir alasannya bakal filosofis seperti "kita harus melestarikan nama-nama Indonesia" atau mungkin "Siti Jubaedah punya makna yang dalam, tidak seperti nama-nama sebelumnya yang hanya keren-kerenan". Oalah, alasan aku diberi nama Siti Jubaedah cuma karena request dari nenek buyut, toh.

Perjalanan memaknai namaku antiklimaks sekali. Mau tidak mau dititip sampai di sini. Dadah, penonton!

TAMAT.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ngapain masih di sini?

Oh, iya, mau review pasti. Semangat kakakh.

Name ShammingOnde histórias criam vida. Descubra agora