01. It All Started

4.8K 723 68
                                    

UNO

Sebuah rangkaian balon berbentuk tulisan WELCOME HOME sudah terpasang di dinding rumah sederhana ini. Roseanne Belle dan beberapa sepupu serta sang Nenek telah menyiapkan kejutan meriah, untuk menyambut kepulangan kedua orang tuanya dari Paris.

Rose meniup beberapa balon kemudian merangkainya menjadi satu.

"Udah selesai belum balon-balonnya?" tanya Nenek seraya mendudukan bokongnya pada sofa di depan Rose.

Keenan--sepupu Rose mendelik. "Bantuin dong Nek, Rose beli balonnya kebanyakan nih. Keenan niupnya cuma dibantuin Jeno sama Ryu."

"Heh, aku kan bantuin juga kak Keenan!" protes Rose tak terima. Ia merebut beberapa balon yang belum ditiup dari tangan pria jangkung tersebut.

"Udah, biar aku aja yang niup sendiri kalau kakak gak ihklas."

Keenan tertawa kecil, ia mengelus rambut Rose pelan. "Nek liat nih cucu kesayangan nenek, baperan banget." ledek Keenan.

"Haduh beginilah kalau jadi anak tunggal." tawa Nenek.

"Yaudah kak Rose duduk manis aja, biar kita aja yang siapin semua." kata Jeno yang diangguki oleh Ryu.

"Gak mau, ini kan ideku, Jeno. Lagipula ini kejutan buat Papa dan Mama tercinta." kata Rose.

"Duh, anak kecil ini."

Rose memajukan bibirnya. Beginilah kalau menjadi anak tunggal dan sering dianggap sebagai anak kecil. Bahkan Jeno dan Ryu saja yang lebih muda dari Rose suka memperlakukan Rose layaknya anak kecil. Rose benar-benar anak yang paling manja di antara sepupu-sepupunya.

"Tadi Mama kamu bilang sampai bandara kira-kira jam berapa?" tanya Nenek lagi.

"Sore Nek, sekitar jam 4." jawab Rose.

Nenek mengangguk, ini baru pukul 2 siang. Masih ada waktu sekitar dua jam lagi untuk menyiapkan semuanya. Nenek beranjak bangun untuk menelepon anak-anaknya yang lain. Mereka juga ingin datang untuk menyambut kedatangan orang tua Rose yang sudah dua tahun tak pulang karena mengurus bisnis di Paris.

Sedangkan Rose, Keenan serta si kakak beradik berbeda kelamin, Jeno dan Ryu masih menyiapkan dekorasi.

Tak terasa sudah pukul 16:30, tinggal tersisa tiga puluh menit lagi. Rose menunggu dengan harap-harap cemas, rasanya sudah rindu sekali dengan Papa dan Mama. Dua tahun ini ia hanya bisa berbicara lewat telepon dan video call. Rose meremas tangannya sendiri, gugup bercampur bahagia menghinggapi dirinya.

Telepon rumah berdering, dengan sigap tante Devika mengangkat telepon. Rose hanya bisa memperhatikan dengan dahi mengernyit. Ada yang aneh dengan reaksi tantenya. Bisa ia lihat Tante Devika menutup mulut, matanya membulat namun berkaca-kaca. Setelah Tante Devika menutup telepon. Tante langsung saja berjalan ke depan televisi, menyalakan televisi dan mencari acara berita harian.

"Pesawat Tiger Air tipe Boeing 2211, yang terbang dari Paris ke Jakarta mengalami kecelakaan. Pesawat yang mengangkut 210 orang beserta awak tersebut jatuh di daratan Iran setelah sebelumnya sempat meledak di udara. Diperkirakan bahwa tidak ada orang yang selamat dari musibah tersebut."

Rose menggelengkan kepalanya. Mama bilang ditelepon tadi, tipe pesawatnya adalah yang seperti ada di berita tersebut. Namun apakah benar? Tidak mungkin! Rose berusaha untuk tidak mempercayainya. Namun saat melihat sang Nenek serta Tante dan Omnya, lalu para sepupu menangis ngilu. Ia tak bisa lagi memungkirinya, ini nyata. Papa dan Mama nya sudah tiada?

Juliet's House Donde viven las historias. Descúbrelo ahora