27. More Than Broken Heart

1.7K 399 61
                                    

VENTISETTE

Jeffrey merapatkan jaket tebal berwarna hitam pada tubuhnya. Udara benar-benar sangat dingin karena akan memasuki musim dingin. Rasanya ingin merasakan salju pertama turun terlebih dahulu sebelum ia pulang ke Indonesia. Minimal bulan desember ini ia bisa melihat salju turun di Verona.

Oh iya, apakabar dengan bayi marshmallow ya? Apakah ia akan merayakan Natal di Verona atau di Jakarta?

"Huh~ gue harap salju pertama muncul hari ini," monolog Jeffrey. Besok ia akan pulang ke Indonesia, merayakan Natal dan tahun baru sekaligus Imlek bersama keluarga besarnya di Surabaya. Juga merayakan ulang tahun ke 25 nya nanti. Ya sekitar tiga bulan di Indonesia, mungkin ia akan sangat merindukan si bayi polos itu.

Jeffrey menghembuskan nafas. Berjalan-jalan sendirian di sekitaran pusat kota tidaklah buruk, namun ia merasa kesepian, coba saja ada Rose. Mungkin Rose sudah berhasil berkali-kali membuat tawa atau senyum gemas Jeffrey muncul.

Di lain tempat, Rose baru saja sampai di depan flat Maxi. Ia membawa dua buah kantung plastik berisi bahan-bahan makanan. Rencananya mau membuat beberapa makanan Indonesia. Lalu melakukan panggilan video bersama keluarga Maxi di Venice, sedikit menyapa mereka dengan ramah dan memberitahu bahwa ia akan ikut Maxi ke Venice untuk merayakan Natal bersama disana.

Dengan senyum sumringahnya, Rose berdiri di depan pintu kamar flat Maxi. Menaruh dua kantung plastik itu di lantai lalu mulai memencet bell.

Beberapa saat menunggu, namun tak juga ada tanggapan. Rose memencet bell lagi hingga beberapa kali. Kali ini seseorang membukakan pintu tersebut.

Senyum Rose menghilang begitu yang keluar adalah seorang wanita berpakaian kurang bahan. Wanita itu menyambut Rose dengan tampang malas, meneliti penampilan Rose dari atas hingga bawah.

"Siapa?" tanyanya dingin.

Rose tersenyum kaku. "Roseanne Belle, Maxi ada?" tanya Rose.

Wanita itu mengangkat satu alisnya. "Hubungan kamu dengan Maxi apa?"

Rose mengernyit bingung, harusnya ia yang bertanya pada wanita di hadapannya. Hubungannya dan Maxi apa? hingga wanita itu bisa berada di flat Maxi dengan pakaian kurang bahan, setengah telanjang itu.

"Aku... pacarnya."

Wajah wanita itu langsung mengeras, dengan jengkel ia mendekat pada Rose. Lalu mendorong bahu kanan Rose dengan telunjuknya.

"Jauhi Maxi!"

Rose mengernyit heran.

"Aku ini pacarnya, kamu hanya jadi selingkuhannya. Kami bahkan udah tidur bersama, aku harap kamu tahu diri dan pergi dari hidup Maxi!"

Rose menggeleng, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan wanita tadi.

"Alesia ini baju kamu, pakai sekarang dan pu--" Mata Rose melebar begitu melihat Maxi yang baru saja keluar dari pintu kamarnya dengan bertelanjang dada. Wanita di hadapannya menatap Rose mengejek. "See," kata wanita itu.

"--lang, Rose... baby?!" kaget Maxi saat melihat Rose berdiri di depan pintu sedang berhadapan dengan Alesia--mantan pacarnya. Gawat, Rose pasti akan salah paham karena penampilannya dan Alesia sekarang.

Rose mengerjapkan matanya, dengan apa yang ia lihat sekarang. Ia sudah cukup mengerti dengan segala situasi yang terjadi. Rose mengangkat bibirnya, membentuk sebuah senyuman palsu. "Maaf ganggu kalian, aku pergi." kata Rose sebelum akhirnya berlari keluar dari flat.

Juliet's House Where stories live. Discover now