15. Mr. Soft drink & Bayi Marshmallow

2.4K 469 74
                                    

QUINDICI

Rose memekik gembira setelah membaca e-mail balasan dari perusahaan yang ia kirimi surat lamaran. Jeffrey benar! Perusahaan cepat tanggap dan mereka langsung mengirimi Rose e-mail balasan yang berisi bahwa mereka ingin melihat Rose untuk interview.

Jeffrey ikut gembira melihat Rose yang sesenang itu. Sudah ia bilang bukan, Rose pasti akan bekerja di tempatnya.

"Gue bilang juga apa? Benar kan tanggapan perusahaan bakalan cepat."

Rose mengiyakan, ia tak pernah menyangka bahwa akan secepat ini.

"Jeffrey, mereka bilang mau liat aku untuk interview besok. Secepat ini, aku deg-degan banget."

"Gak usah deg-degan, mendingan sekarang persiapin diri lo buat besok. Interview besok bahasa Italia lo harus bagus, dan jangan grogi."

Rose meremas tangannya. "Mana bisa? aku udah grogi dari sekarang."

Jeffrey terkekeh kecil, bagaimana bisa gadis itu segrogi ini. Padahal kan jabatannya dulu adalah HRD recruitment, yang dulu menginterview sekarang yang diinterview. "Pokoknya fighting, lo pasti bisa." kata Jeffrey sambil mengepalkan tangannya ke udara.

Rose tersenyum dan melakukan hal yang sama seperti Jeffrey. "Fighting!" kata Rose penuh semangat.

Jeffrey tersenyum kemudian mengacak rambut Rose gemas. "Nah gitu dong, itu baru bayi polos gue."

"I'm not a baby."

"Ya ya ya, terserah."

"Jeff?"

"Ya?"

"Kalau besok aku keterima kerja, aku janji bakalan traktir kamu makan--"

"Oke"

"Dan setelah itu cari flat sendiri--" kata Rose yang membuat Jeffrey reflek menolehkan wajah ke arah gadis itu. "--aku gak mungkin terus-terusan tinggal sama kamu dan nyusahin kamu kayak gini terus. Janji deh, setelah itu aku akan angkat kaki sesuai dengan perjanjian kita." lanjutnya.

"Mm--oke, terserah lo aja." jawab Jeffrey yag entahlah--ada rasa tak rela saat Rose mengatakan akan pergi dari flatnya setelah mendapatkan pekerjaan. Ini baru satu bulan? Apakah secepat itu Rose akan pergi darinya?

"Makasih ya, Jeff. Aku gak bisa bayangin kalau aku gak ketemu kamu dan Vernon di Verona. Aku gak tau gimana nasip aku nantinya kalau tanpa kalian."

"Mmm... iya"

"Sekali lagi makasih, Jeff."

Yang terakhir, Jeffrey hanya bisa mengangguk. Padalah kesepakatan tersebut--tentang Rose yang harus segera pergi dari flatnya setelah mendapat pekerjaan--itu ia yang membuat. Tapi kenapa sekarang Jeffrey jadi berubah pikiran, lagipula apa bisa gadis polosnya itu tinggal sendirian?

Tapi Jeffrey juga tak bisa membuat gadis itu tetap tinggal. Ia harus memiliki alasan kuat dan lazim, dan saat ini ia tak memiliki alasan tersebut. Jeffrey hanya dapat memperhatikan Rose yang tengah bersenandung kecil dengan suara indahnya. Nanti gak akan ada lagi yang bakalan nyanyiin gue kalau lagi suntuk, batin Jeffrey. Rose memang gemar menyanyi, selama tinggal dengannya. Hampir setiap hari Jefftey dapat mendengar suara indah Rose yang gemar menyanyikan lagu Sania Twain, hingga lagu itu menjadi familiar di telinganya.

♥♥♥

Rose mengepalkan tangannya di atas paha. Rasa gugup menghampiri dirinya. Sebentar lagi gilirannya untuk diinterview, dan hal tersebut membuat jantung Rose berpacu sangat cepat tanpa bisa ia kendalikan.

Juliet's House Where stories live. Discover now