22. In My Dream

2K 393 94
                                    

VENTIDUE

Jeffrey masih cukup terkejut akan apa yang dilihat mata kepalanya sendiri. Bagaimana mungkin tiba-tiba Rose datang ke flatnya tengah malam begini? Apalagi penampilannya--Jeffrey mengamati penampilan Rose dari bawah ke atas, lalu sampai pada wajah Rose yang sembab. Hidung gadis itu merah, pipinya basah, matanya agak sembab, belum lagi air mata yang terus mengalir dari kedua matanya. Ada apa dengan bayi marshmallownya?

Jeffrey masih berdiri terpaku di depan pintu, tak tahu harus melakukan apa. Sampai akhirnya Rose menerjang tubuhnya dan memeluknya erat, Jeffrey dibuat makin terkejut dan bingung. Gadis itu menangis, suara isakan kecil itu terdengar jelas di telinga Jeffrey.

"Rose, kenapa?"

Rose tidak menjawab, ia malah makin mengencangkan pelukannya pada Jeffrey. Dan ketika itu pula Jeffrey membalas pelukan Rose tak kalah erat, lalu menuntun Rose yang masih terisak dalam pelukannya untuk masuk ke dalam flat. Sampai pada sofa panjang di ruang tengah, Rose melepas pelukan tersebut pada tubuhnya dan menatap dirinya dengan pandangan lirih.

Jeffrey makin dibuat bingung, ada apa dengan Rose?

"Rose, bilang ke gue... lo kenapa? Ada yang jahatin elo?" tanya Jeffrey lembut.

"A--aku..." Rose menghentikan ucapannya, ia terdiam sesaat.

"Jeff, aku putus sama Maxi."

Jeffrey membulatkan matanya tak percaya, baru kemarin Rose bilang bahwa ia resmi berpacaran dengan Maxi. Lalu sekarang malah sudah putus? Secepat itu kah? Namun ada sedikit rasa lega dalam dirinya, dan... rasa senang tentunya.

Jeffrey menatap Rose lembut, kembali membawa gadis itu ke dalam pelukan hangatnya seraya mengelus puncak kepala Rose.

"It's oke, mungkin dia bukan yang terbaik buat lo."

Rose mengangguk. Jeffrey menundukan kepalanya guna melihat wajah Rose lebih jelas. Namun saat itu ia dibuat menelan air liur kasar, karena tahu bahwa Rose tengah menatapnya juga.

Si bayi tersenyum memandangi wajah Jeffrey--tatapan mata tajam namun polos dan senyum itu--yang mampu membuat Jeffrey dilanda rasa gundah. Mata Jeffrey meneliti wajah tersebut dengan seksama. Wajah putih, pipi kemerahan, mata hazel nan indah, hidung yang mancung, dan bibir pink merona agak tebal dan sexy. Ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk melakukan sesuatu yang ahhh... entah dilarang atau tidak.

Lagi, mata Jeffrey meneliti agak ke bawah. Pada baju yang dipakai bayi marshmallownya: kemeja putih polos tembus pandang hingga memperlihatkan bra hitamnya dengan jelas, lalu dua kancing paling atas yang tak dikancingkan--hingga Jeffrey bisa melihat belahan dada itu dari atas--, turun lagi ke bawah pada rok span hitam polos sebatas paha yang super ketat. Penampilan Rose sekarang benar-benar mmm... sexy.

Disaat Jeffrey sedang berperang dengan pikirannya, Rose mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Jeffrey dengan sedikit gerakan sensual. Jeffrey dibuat makin bingung.

Cup~

Satu kecupan yang diberikan Rose membuat Jeffrey jadi makin buyar.

"Ros--"

Rose kembali mencium Jeffrey, kali ini bukan hanya sekedar ciuman. Tapi disertai dengan lumatan lembut. Shit! Ciuman Rose benar-benar sangat lembut, tak menuntut juga tak kasar. Namun Jeffrey tak tahan, ia tak bisa seperti ini terus. Dengan insting seorang prianya, ia akhirnya mengambil alih atas ciuman tersebut. Jeffrey mendekap tubuh Rose dengan tangan kananya, sedangkan tangan kirinya mendorong tengkuk Rose agar ciuman mereka semakin dalam.

Juliet's House Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang