Epilogue

5K 459 67
                                    

Tahun-tahun berlalu dengan cepat. Sangat tak terasa, padahal Jeffrey ingat... rasanya baru kemarin ia dan Rose menikah.

Jeffrey melonggarkan dasinya, ia tersenyum saat melihat sang istri tengah tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Pasti menunggunya pulang kerja.

Jeffrey mengecup dahi Rose lama dan lembut. Dapat Jeffrey lihat Rose mulai membuka matanya dan tersenyum saat melihat suaminya ada di hadapannya kini.

"Jeff, udah pulang?" tanya Rose.

Jeffrey mengangguk, "kamu sampe ketiduran di sofa gitu. Lain kali gak usah nunggu aku pulang deh, kamu tidur duluan aja di kamar." Jeffrey benar-benar tak tega saat melihat istri tersayangnya harus tertidur di sofa.

Semenjak naik pangkat menjadi ketua tim produksi, waktu pulang Jeffrey jadi lebih lama, karena harus memantau timnya. Syukurlah hal tersebut membuat keuangannya bagus dan stabil.

"Ini kan masih sore Jeff, tadi aku cuma ketiduran. Capek abis dari sekolah Jero."

Jero, anak laki-laki pertama mereka yang sudah beranjak dewasa, umurnya sudah menginjak 12 tahun. Dulu Jeffrey dan Rose memberikan nama Jero Elkan Daniswara karena nama Jero merupakan singkatan dari nama mereka berdua, Jeffrey dan Rose.

"Jero kenapa? buat ulah di sekolah?" tanya Jeffrey yang baru saja ingin marah. Namun perkataan Rose selanjutnya malah membuat senyum di bibir Jeffrey mengembang.

"Guru musik Jero minta ijin ke aku, buat masukin Jero ke grup paduan suara nasional untuk lomba di USA. Aku gak bisa nolak karena sangking bangganya, maaf aku gak minta izin ke kamu." jelas Rose.

Anak mereka yang satu itu benar-benar mewarisi bakat menyanyi Rose, suaranya bagus. Jero juga pintar bermain alat musik semacam gitar dan piano, sama seperti Rose.

"Kamu gak perlu minta maaf, aku pun akan ijinin Jero. Sumpah aku juga bangga banget sama Jero, sekarang dia dimana?"

"Di kamar Ethan, lagi ngejagain adiknya." jawab Rose.

Rose dan Jeffrey pergi ke kamar Ethan, anak kedua mereka yang masih berusia 3 tahunan. Dapat mereka lihat Jero sedang mengajak adik laki-lakinya itu bermain mobil-mobilan. Pada saat kedua orang tua mereka memasuki kamar, si kecil Ethan langsung berlari kecil dengan sempoyongan ke arah Jeffrey dan memeluknya.

"Dad.. Daddy Daddy! Dad..." teriak Ethan dengan tingkah lucunya.

"Ya ampun anak Daddy~" kata Jeffrey gemas.

Jero menghampiri Daddy nya, mencium punggung tangan Jeffrey. Meskipun lahir dan dibesarkan di negara barat. Jeffrey dan Rose selalu mendidik anaknya dengan budaya ketimuran, agar sang anak tidak akan lupa bagaimana budaya asalnya.

Jeffrey menepuk bahu Jero seraya tersenyum bangga. "Daddy bangga sama kamu yang bisa masuk tim paduan suara nasional."

Jero tersenyum. "Thanks, Dad." balasnya.

Malam harinya setelah kedua anak mereka telah tertidur pulas di kamarnya masing-masing. Rose bersandar pada dada bidang Jeffrey, membiarkan sang suami memeluknya dari samping.

"Rose."

"Ya, Jeff."

"Grazie mille and ti amo."

Rose tersenyum lembut, setiap hari saat mau tidur, Jeffrey tak pernah lupa untuk mengucapkan kata tersebut. Dan Rose sebenarnya senang-senang saja. Selama 13 tahun ia hidup berumah tangga bersama Jeffrey, tak pernah ada rasa bosan ketika Jeffrey mengucapkan dua hal tersebut.

"Prego and ti amo." balas Rose.

Jeffrey mengecup dahi Rose lama. Rose adalah salah satu dari kebahagiaan Jeffrey di dunia ini.

Juliet's House Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu