28. Kamu dan Kenangan

4.5K 942 245
                                    

"Ibuuu, Lana berangkat kerja kelompok sama Gerald dan yang lain dulu, ya," kataku sembari memakai sepatu. Hari ini aku ada tugas kelompok Kewirausahaan atau yang biasa dikenal sebagai PKWU. Tugasnya adalah membuat proposal usaha secara berkelompok sebagai tugas liburan akhir tahun. Ah, sejujurnya aku paling malas membuat proposal, tetapi tak apa deh. Toh, tugas ini dilakukan secara berkelompok, bukan individu.

"Iya, Lan. Pulang jangan malam-malam, kamu belum packing untuk mudik nanti, kan?" sahut ibuku dari dapur. Oh iya! Aku belum sempat menyiapkan barang yang akan aku bawa untuk mudik ke Malang nanti! Untung saja ibu mengingatkanku.

Aku mengangguk, kemudian membuka pintu rumah dan menghamburkan diri keluar. Ojek online yang kupesan sudah menunggu di halaman. Aku tak mau membuat sang driver menunggu terlalu lama, jadi, tanpa basa-basi aku langsung memakai helm yang diberikannya dan naik ke atas motor.

"Pak, nanti kita mampir ke Toko Bunga Akhry dulu ya, baru ke Stasiun Lenteng Agung," ucapku kepada sang driver.

"Siap! Arahin aja nanti," balasnya. Sebelum bertemu dengan teman-temanku untuk mengerjakan tugas kelompok di Kemang Village, aku ingin mengunjungi makam Mas Arif dahulu.

Setelah melewati pencarian yang sangat panjang, akhirnya aku berhasil menemukan makam Mas Arif. Dibantu oleh Gerald, kami mencari makam tersebut selama hampir dua bulan lamanya. Gerald sempat marah dan kesal karena merasa dipermainkan, ia bertanya-tanya tentang makam siapa yang tengah kami cari dan bagaimana bisa aku mencari makam tersebut tanpa mengetahui detail lokasinya? Karena ia menuntut penjelasan dariku, aku pun menjelaskan dari awal tentang aku yang tak sengaja terlempar ke tahun 1928 hingga kejadian menegangkan malam itu. Gerald awalnya tak percaya, tetapi kemudian ia mempercayainya. Butuh banyak sekali perjuangan untuk menemukan makam Mas Arif, sedangkan aku hanya mengandalkan daya ingatku tentang jalan dan tempat yang pernah aku lalui saat pergi ke makam Mas Arif dahulu. Sialnya, jalan dan tempat yang pernah kulewati tak lagi sama seperti dulu. Sudah banyak jalan dan tempat yang mengalami perubahan.

"Kak? Kita sudah sampai di toko bunganya." Sang driver menyadarkanku dari lamunanku.

"Eh? Oh, iya, tunggu sebentar ya, Pak. Saya beli bunga dulu."

Dengan hati-hati aku turun dari motor dan melangkah menuju Toko Bunga Akhry. Toko bunga ini adalah toko milik orang tua dari salah satu teman sekelasku, yaitu Linda. Seperti sebelumnya, aku membeli bunga untuk ziarah dan setangkai mawar biru. Aku sengaja membeli bunga mawar biru karena konon katanya, bunga mawar biru melambangkan ungkapan pengharapan terwujudnya suatu ketidakmungkinan. Setelah membelinya, aku pun kembali menaiki motor dan melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Lenteng Agung.

Selama di perjalanan, aku mendengarkan lagu yang akhir-akhir ini sering kudengarkan, yaitu "Kamu dan Kenangan". Lirik lagu ini bisa dibilang sangat tepat untuk menggambarkan perasaanku kepada Mas Arif. Intro lagu perlahan terdengar, aku memejamkan mata dan hanyut ke dalam lirik lagu yang tengah terputar.

Seusai itu senja jadi sendu, awan pun mengabu
Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku ...
Ku memintal rindu menyesali waktu, mengapa dahulu
Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari ...

Walau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepian ...

Kamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan ...

Tak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu ...
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu ...

Tanah Airku [SUMPAH PEMUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang