MARK: 1

70.4K 3.1K 382
                                    

Kerajaan besar Aludra dipimpin oleh penerusnya, putra mahkota Rigel Markala Ludra.

Putra mahkota yang memang sudah dipersiapkan sedari kecil untuk menduduki tahta selanjutnya.

Sikap kejam, bengis, licik juga cerdik, mencerminkan bagaimana didikan kerajaan kepada calon penerus mereka.

Setelah kematian ayahnya, raja terdahulu, Markala yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kerajaan dibawah kekuasaannya.

Meski masih sangat muda tidak ada yang berani meremehkannya. Buktinya, dalam beberapa tahun saja kerajaan Aludra semakin meluas.

Peperangan untuk merebut kerajaan lawan selalu dimenangkan oleh pihak Aludra.

Strategi yang matang, kekuatan pasukan yang tidak diragukan juga pemimpin yang berani membuat Aludra ditakuti dan disegani.

Rigel Markala Ludra dengan segala ambisinya. Ia berencana menaklukkan wilayah barat setelah kini wilayah timur ada digenggamnya.

Markala dan ambisi, satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Namun rupanya rencana itu sudah lebih dulu terdengar sampai ke telinga raja-raja di daerah barat. Mereka berkumpul melakukan diskusi untuk membicarakan masalah ini.

Sayangnya, pertemuan itu berakhir alot. Pertanyaan berujung perdebatan. Tidak ada titik terang.

Hal itu tentu membuat raja Gemma Johnny Altair khawatir. Kerajaan Altair bukanlah kerajaan yang besar. Jika melawan pasukan kerajaan Aludra tentu saja kekuatan mereka tidak akan sebanding.

Satu-satunya yang bisa dilakukan raja Johnny adalah mencari sekutu sebanyak-banyaknya. Setidaknya, saat nanti peperangan tiba kerajaan mereka tidak akan langsung dikalahkan tanpa perlawanan berarti apa-apa.

Tapi tentu rencana itu kini harus pupus. Pembicara tadi tidak membantu sama sekali.

Raja Johnny harus kembali memutar otaknya. Jika mungkin ada jalan damai tentu akan dia lakukan. Demi kerajaan dan rakyatnya, akan ia lakukan.

Sebenarnya, takdir kerajaan mereka sudah ada ditangan putranya, hanya saja ia belum menyadari hal itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ayolah ibu, hanya satu hari, aku berjanji..."

"Tidak sayang. Ibu tidak bisa mengizinkan tanpa seizin ayahmu."

"Kalau begitu aku akan meminta izin langsung pada ayah."

"Yak! Pangeran jangan berlari!"

Bahkan belum sempat ibunya membalas ia dengan segera berlari sambil tertawa. Total abai dengan peringatan yang diteriakkan ibunya.

Para pelayan dan pengawal yang sedang berlalu lalang hanya dilewati begitu saja.

Dibelakangnya beberapa orang ikut mengejar. Ia tidak kesal, justru semakin senang. Semakin banyak yang mengejarnya, akan semakin seru.

MARK✓Where stories live. Discover now