1. Pertemuan Tengah Hari

11.6K 568 105
                                    

Pertengahan musim panas di Valley Hills sedikit berbeda dari biasanya. Hangat matahari menghujani tiap sudut kota yang terbuka. Beberapa orang memilih untuk pergi berlibur keluar kota atau bahkan keluar negeri untuk menikmati musim panas tahun ini. Itu sebabnya Valley Hills terlihat lebih sunyi dari tahun-tahun sebelumnya. Lagipula, tidak ada yang menarik di kota kecil itu. Meski terbilang cukup maju, tidak banyak orang yang berminat pada kota di pinggiran Korea Selatan itu, kecuali orang-orang yang ingin hidup jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Terlebih tidak ada hal menarik seperti taman bermain ataupun pusat wisata. Hanya ada gedung-gedung pencakar langit yang terdiri dari perusahaan, apartemen, dan sebagainya. Kendati demikian, tak sedikit orang-orang dari Seoul, Incheon, Gimpo, atau yang berasal dari kota padat lain memilih berpindah ke Valley Hills untuk mencari ketenangan.

Bisa dibilang, seperempat penduduk Valley Hills pergi meninggalkan kampung halamannya. Menyisakan kota yang sedikit lebih sunyi dan tenang. Beberapa diantaranya merupakan orang-orang berada yang gemar menghabiskan waktu di meja kerja seharian demi cuan dan dihabiskan untuk berlibur. Seperti saat ini misalnya. Berbeda dari orang lain yang memilih berlibur meninggalkan Valley Hills dan segala kebosanan kota, seorang wanita memilih untuk pulang ke tempat kelahiran. Bukan sekadar untuk berlibur ataupun mengunjungi sanak saudara—sebab dia tidak memiliki, perempuan di awal usia dua puluhan itu pulang untuk melancarkan sebuah rencana.

Sebulan lamanya menata kerangka buram untuk melancarkan aksi. Song Da In, berdiri melipat kedua tangan ke depan dada. Memberi tatapan pongah pada dua bodyguard, sama sekali tak memiliki rasa gentar seakan memiliki sembilan nyawa. Terlebih, mengingat tempat dimana dia berada sekarang. Sebuah wastu mewah milik seseorang yang terkenal berbahaya.

Da In tahu, dia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan dua orang yang bertubuh dua kali lipat lebih besar darinya, maka satu-satunya bantuan adalah suara. Getaran yang melengking dari tenggorokannya, dikeluarkan begitu saja dalam bentuk teriakan. Tak henti-hentinya meneriaki sang pemilik rumah. Membuat dua bodyguard disana kewalahan sendiri dengan sikapnya. Berhasil. Pada akhirnya pemilik mansion megah itu turun tangan dan menengok sendiri pembuat keributan di siang hari yang terik.

Song Da In,  wanita berusia dua puluh empat tahun yang kembali ke kota kelahiran untuk sebuah pembalasan dendam, berhasil memasuki pintu wastu paling krusial di Valley Hills. Hampir tidak ada orang awam yang mengetahui bagaimana kondisi dan bentuk wastu yang terletak di tempat yang jauh dari tengah kota itu. Jika tidak ada yang berkepentingan, tidak ada seorangpun yang coba-coba untuk meniliknya. Pun letak wastu berada di tengah lahan luas yang memerlukan beberapa menit perjalanan dari jalan raya menuju pintu gerbang. Hanya orang-orang yang membutuhkan bantuan—dan jasa—pada pemilik rumah besar itu yang berani untuk melangkah pada kandang singa.

Salah satunya adalah Da In. Sama sekali tidak merasa takut atau sekadar bergidik, gadis itu berjalan mengekor pada pria jakung dihadapannya. Bergantian menatap punggung dan keadaan di dalam wastu itu. Tidak ada yang terlalu spesial. Layaknya rumah mewah pada umumnya. Kecuali aura mencekam yang menyelimuti. Terlalu kelam. Aroma kematian seakan menari-menari pada pucuk hidung. Pantas saja, menurut rumor yang Da In dengar, tidak ada yang berani menginjakkan kaki dirumah ini sembarangan. Sebab jika terjadi demikian, mungkin hanya tinggal nama yang tersisa saat kembali.

Duduk melipat kaki pada sofa di tengah ruangan, Da In memberi tatapan jumawa pada dua pria dihadapannya. Bersikap setenang mungkin. Salah satu diantaranya, ada seseorang yang menarik perhatian Da In. Satu-satunya yang menjadi pusat netra Da In mengarah. Seseorang yang menjadi tujuannya berada di tempat mematikan ini.

Mengulas senyum tipis, Da In membuka mulut, "kau—Kim Taehyung?" tembak Da In langsung. Jelas sekali wajah seseorang yang dimaksud nampak terusik. Sejemang, kedua pria disana saling melempar tatap. Kemudian kembali menaruh pandang pada satu-satunya wanita disana.

Dangerous ChoiceOù les histoires vivent. Découvrez maintenant