🌼 TW chapter 1

369K 23.8K 1K
                                    

Happy Reading ◜‿◝
Typo? Silahkan komentar!

Additional Chapter dan Extra Chapter tersedia di Karyakarsa!

ENJOY!

"Gaada makanan astaga, mana gue laper banget lagi," keluh Reina saat melihat tidak ada makanan di dapurnya.

Lalu Reina memutuskan untuk pergi ke minimarket di depan komplek perumahannya. Karena jarak rumahnya dengan minimarket tidak terlalu jauh jadi dia memilih untuk berjalan kaki. Reina kembali ke kamar untuk mengambil dompet dan mengenakan hoodie.

Sampai di minimarket ia mengambil beberapa mi instan dan camilan, tak lupa ia membeli beberapa minuman. Setelah membayar ia keluar dan duduk di depan minimarket untuk memakan camilannya. Setelah selesai ia langsung berjalan kembali pulang.

Namun, saat ia hampir sampai di salah satu perempatan komplek perumahannya ia seperti mendengar suara tangisan anak kecil.

"Buset suara anak siapa tuh," kata Reina sambil mempercepat langkahnya.

"Hiks mama hiks ma-ma"

"Masa setan sih eh tapi kayanya bukan setan deh,"

"Tapi tadi kayanya gaada orang deh pas gue lewat sini,"

"Tapi anak siapa njir jam segini nangis di jalan," monolog Reina melihat jam tangannya sembari menajamkan pendengarannya.

Saat Reina melewati tiang lampu ia melihat seorang balita duduk menekuk lutut sambil membenamkan kepalanya. Reina berjalan mendekati anak kecil itu.

"Hei dek, kamu ngapain disini?" tanya Reina sembari jongkok menyamakan tinggi nya dengan anak itu.

"Mamaaa" anak laki-laki itu mendongak langsung memeluk Reina.

"Hei hei aku bukan Mama, nama kamu siapa?" tanya Reina sambil mengusap kepala anak itu.

Anak itu mendongak di pelukan Reina
"Davin," jawab anak itu sedikit cadel.

"Mama kamu dimana?" tanya Reina lagi. Kali ini ia bertanya sembari memutar pandangannya mencari ada orang lain di sana. Tetapi nihil tidak ada siapapun yang ia lihat bahkan jalanan juga begitu sepi.

"Mama hiks Mama nyi Mama Davin," (Ini Mama Davin) kata Davin.

"Ah iya ini Mama cup cup cup udah ya jangan nangis" ujar Reina menepuk punggung Davin pelan.

"Papaaaa!" Davin berteriak.

"Papa? Dimana Papa kamu?" kata Reina menengok ke belakang.

Ternyata Davin meneriaki seorang laki-laki yang sedang mengendarai motor. Reina yang bingung karena Davin semakin menangis ia melepas sendalnya lalu melemparkan tepat pada punggung laki-laki itu. Motor itu pun berhenti, laki-laki itu berjalan ke arahnya. Davin meronta dari gendongan Reina. Davin berlari tertatih ke arah laki-laki itu. Dengan sigap laki-laki itu menangkap Davin lalu menggendongnya dan berjalan kearah Reina.

Laki-laki itu melemparkan sendal Reina di depan kaki Reina, "Woy ngapain lo lempar sendal ke gue? Nih adek lo jagain," kata laki-laki itu hendak menyerahkan Davin, tapi Davin malah semakin mengeratkan pelukannya ke lehernya.

"Sorry soalnya tadi dia neriakin lo tapi lo ga berhenti. Dia juga bukan adek gue, gue ga punya adek," ucap Reina memakai sendalnya kembali.

"Papaa," gumam Davin.

"Tuh dia manggil lo aja papa berarti lo bapaknya."

"Gue belom punya anak."

"Lah terus anak siapa dong?"

"Ya mana gue tau diakan sama lo tadi berarti dia adek lo atau malah anak lo lagi."

"Gila ya lo gue belom married kali, muka gue masih muda gini kok."

"Ya terus kenapa dia bisa sama lo?"

"Tadi gu-" belum sempat Reina menceritakannya Davin sudah memandangnya dan bergumam
"Mama yang," (Mama pulang)

"Yaudah deh sekarang kerumah gue dulu ntar gue ceritain. Itu kayanya Davin udah ngantuk."

"Ga bisa, gue sibuk."

"Yaudah siniin Davin!" kata Reina hendak mengambil Davin tetapi Davin tetap memeluk laki-laki itu erat.

"Tuhkan dia ga mau, udah deh anterin gue pulang dulu itu Davin udah ngantuk kasian. "

"Ngrepotin." Reina yang mendengar itu hanya mendendikkan bahu toh dia hanya ingin Davin tidur dengan nyaman.

"Naik!" titah laki-laki itu pada Reina.

"Davin biar gue pangku, emang lo bisa bawa motor kalo gitu?" tanya Reina yang melihat laki-laki itu sedikit kesusahan dengan menggendong Davin depannya. Reina mengambil alih Davin saat Davin sudah mulai ngantuk.

Setelah beberapa kali Reina menunjukkan jalan rumahnya, mereka sampai di rumah minimalis berlantai dua cukup simpel namun juga mewah. Reina membuka gerbang dan berbalik.

"Mau mampir dulu?" tanya Reina.

"Nggak." jawab laki-laki itu tak acuh dan melajukan motornya.

Reina masuk dan menaruh belanjaannya di dapur. Ia berjalan ke kamarnya untuk menidurkan Davin. Ia kembali turun untuk memasak mie instan, selama memasak ia memikirkan tentang Davin. Mengapa Davin ada disana? Siapa yang meninggalkannya sendirian? dan masih banyak lagi yang dipikirkan Reina tentang Davin.

Setelah selesai makan Reina kembali ke kamarnya. Ia mendudukkan dirinya disamping Davin. Ia tak sengaja melihat sesuatu di baju yang dipakai Davin.

"Davin, 2 April 2018?" gumam Reina. Sekarang baru bulan September jadi Davin baru berusia tiga setengah tahun.

◜‿◝
To Be Continue

Makasih udah baca cerita aku, ini cerita pertama aku jadi maaf kalo banyak typo.

Mohon dukungannya.
Jangan lupa vote !

THE WAY [END]Where stories live. Discover now