05 Penyiksaan

229 34 3
                                    

Happy reading

Sungguh malangnya nasib Yayuk, Yayuk tenggelam dalam kesedihan. Yayuk sudah tidak bersemangat untuk hidup, ia mencoba mengakhiri dirinya di bak mandi. Yayuk sudah tergeletak di bawah bak mandi yang berisi air yang banyak itu. Namun, Delia datang mendobrak pintu kamar mandi dan menyelamatkan Yayuk dari sana. Delia membawa Yayuk ke kamar tamu untuk ia obati, tampaknya air sudah terhirup, dan terminum oleh Yayuk dengan sangat amat banyak. Delia menekan perut Yayuk, seketika air keluar, air itu sangat amat banyak. Badan Yayuk sangat panas, Yayuk demam tinggi! Delia tak tahu harus bagaimana, satu-satu cara yang ia buat kepada sahabatnya adalah dengan mengopresnya dengan air panas. Semoga saja di esok hari Yayuk bisa sembuh.

BYUUUUR!!

Pagi-pagi buta nenek Ageng menyiram Yayuk dengan satu ember yang berisi air dan gumpalan es batu, yang sangat amat dingin sampai Yayuk langsung bangun dan badannya sangat ngilu.

"Pembantu! Kamu harus bekerja! Hari ini anak dan cucu saya akan kembali ke desa Nagasari, dari kota! Kamu harus memasak 2 bakul opor!" tegas nenek Ageng, memerintah Yayuk.

"Saya kan menantu di rumah ini, Nyoya ..." Yayuk, tak terima dijadikan sebagai seorang pembantu.

"Saya mengigil, saya tidak mau bekerja!"

PLAAAKKKKK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Yayuk hingga memerah, "jangan berharap kamu ya! Di rumah ini, menantu adalah pembantu!" teriak nenek Ageng, tak berperasaan.

Yayuk terdiam, ia menikmati rasa sakit karena tamparan dari nenek Ageng, mertuanya sendiri.

"Ayo, cepat pergi ke dapur! Jangan malas-malasan, Bodoh!" nenek Ageng menarik tangan Yayuk, lalu mendorongnya sampai kening Yayuk terhentak ke tembok.

DUUUGG!

"Aduh!"

Seketika Yayuk berlari ke dapur, memasak dua opor di panci yang sangat amat besar. Para pembantu di rumah itu tak ada, hingga Yayuk yang harus mengerjakan semuanya. Di sela-sela memasak ia tersadar, kalau perbuatan yang tadi malam ia berbuat salah. Tak seharusnya Yayuk mengakhiri hidupnya, ia takut kalau ia mendapatkan siksaan begitupula dengan ibu dan ayahnya, pasti mereka ikut tersiksa karena perbuatan Yayuk yang buta agama.

Siang pun tiba, Yayuk terus selesai memasak opor ayam. Terlihat di dapur ada dua panci besar berisi opor ayam, asapnya menguap ke atas pertanda opor itu masih panas dan belum siap santap. Nenek Ageng datang ke sana, melihat apakah Yayuk telah mengerjakan perintahnya? Ataukah tidak.

"Bagus pembantu, sekarang kamu buat dua puluh teh panas untuk para anak dan cucu saya di depan. Jangan sampai lama, kalau lama kamu akan saya masukan ke dalam panci besar itu!" ancam nenek Ageng.

Yayuk hanya menunduk, seharusnya jam sekarang ia masih sekolah. Tapi sekarang ia malah menjadi pembantu rumah tangga, masa depannya benar-benar hancur!

Yayuk membawa puluhan teh ke ruang tamu yang megah, di sana ada satu orang perempuan paruh baya sedang duduk bersama anak laki-laki yang masih kecil, nampaknya itu adalah anak dari perempuan tersebut. Mereka adalah Tuti Mahesewari dan Bagus Maheswari, adik Darmayanto dan keponakan Darmayanto.

Saat Yayuk berjalan, tak sengaja ia terpleset karena terlalu memperhatikan Tuti dan Bagus.

GOMPRANGGGGG!!

Puluhan cangkir teh yang Yayuk pegang terjatuh di hadapan keluarga Maheswari, Yayuk dipukul dengan nampan oleh nenek Ageng. Lalu nenek Ageng menarik tangan Yayuk ke dapur yang sepi.

"Dasar pembantu! Kerja yang bener! Kamu bukan seorang putri raja di sini, hahh!!" tegas nenek Ageng, memukulinya.

"Sebagai hukuman akan saya siram wajah kamu dengan teh panas!! Untung kamu tidak terlambat, kalau terlambat saya masukan kamu juga ke dalam panci besar ini!" hardik nenek Ageng.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Where stories live. Discover now