31 Pertanda Buruk

108 25 0
                                    

Happy Reading

Sesudah sholat ashar, Zahra bersama Putri mengunci kamar kos-kossannya dan mereka berikan kunci itu ke ibu kos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesudah sholat ashar, Zahra bersama Putri mengunci kamar kos-kossannya dan mereka berikan kunci itu ke ibu kos. Mereka juga berpamitan dengan kos yang sangat amat ramah itu, ibu kos pun mendoakan mereka agar mereka selamat sampai tujuan.

"Oh ya, ini Ibu punya sesuatu untuk kalian, nih ..." ibu kos memberikan sebuah botol yang berisi air yang penuh kepada Zahra dan Putri.

"Ini air apa, Bu?" tanya Zahra, memperhatikan botol yang berisi air.

"Itu adalah air doa, tadi sudah ibu bacakan dengan doa-doa khusus. Ini berguna kalau ada makhluk ghaib, ataupun siluman yang menyerang kalian, kalian langsung siram saja, lalu makhluk itu akan gosong karena kepanasan." Jelas ibu kos, kepada Zahra dan Putri.

"Lagian di sana kan masih sakral daerahnya, ibu takut kalian kenapa-kenapa." Katanya, ibu kos ini memang sangat baik kepada para orang yang berkos dengannya. Kebayakan yang berkos di sana adalah kaum mahasiswa dan mahasiswi, jadi ia tak mau sampai masa depan mereka kenapa-kenapa, dan tak bisa menggapai impian mereka padahal sudah sejauh ini mereka melangkah.

"Iya, Bu. Terimakasih banyak ya, nanti insyaallah saya sama Putri bakalan balik lagi ke sini." Zahra, tersenyum kepada ibu kos.

"Aamiin, sehat-sehat ya, kalian berdua jangan lupa sholat sama makan. Oh ya, dzikir malam juga jangan lupa, itu penting banget lho."

"Siap, Bu!"

Mobil jeep Laras pun datang, Laras menjemput Putri dan Zahra. Akhirnya mereka bertiga mencium tangan ibu kos, lalu memberikan salam, mereka pun berangkat. Walaupun di dalam hati ibu kos memiliki firasat buruk, seakan-akan hanya salah satu dari mereka saja yang kembali ke kos-kossannya.

Di dalam mobil, mereka bertiga bercanda ria. Putri berada di jok depan bersama Laras, sementara Zahra duduk di jok belakang sendirian. Di mobil Putri terus saja murung, mungkin dirinya senantiasa memikirkan Zidan. Diam-diam Putri seperti mencintai Zidan, yang sudah mati.

"Hmm, Put. Lo kenapa sih dari tadi kok murung, karen Zidan lagi ya?" tanya Laras, yang menyetir mobil.

"I-iya, Ras. Gue keinget sama Zidan ..."

"Huft." Putri menghembuskan napasnya.

"Kalian tau gak? Diem-diem, gue punya perasaan ke dia." Tutur Putri, menunduk.

Sontak mereka berdua terkejut, saat Putri menuturkan perasaannya kepada Zidan.

"Hah? Seriusan lo?" Zahra, tak sangka.

"I-iya, sebenernya gue udah punya perasaan sama dia, sejak gue ketemu dia di kampus waktu hari pertama. T-tapi perasaan gue, gue pendam sampe sekarang." Papar Putri, yang mengejutkan Laras dan Zahra.

"Ya ampun, pantesan aja lo kaya tersiksa kaya gini pas Zidan udah nggak ada, Put. Duh, yang sabar ya, Put." Laras, menenangkan Putri.

"Iya, tuh, Put. Sabar, nanti juga ada lagi kok yang lo naksir. Mungkin ini takdir kalau lo gak berjodoh sama dia." Sambung Zahra.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang