32 Wujud Asli Laras!

111 27 0
                                    

Happy Reading

"Iya, Bu! Biasanya kalau sebuah piring yang berisi makanan untuk orang yang datang, tapi piring itu pecah karena terjatuh lalu mengeluarkan darah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Iya, Bu! Biasanya kalau sebuah piring yang berisi makanan untuk orang yang datang, tapi piring itu pecah karena terjatuh lalu mengeluarkan darah. Maka akan ada suatu malapetaka berdarah di dalam rumah ini dalam waktu yang cukup dekat!" jelas Naffisah, bergemetar hebat.

"Yang bener kamu, Naffisah?" Delia Maheswari, masih tak percaya dengan apa yang dikatakan Naffisah kepadanya.

"Benar, Bu! Sesuatu seperti ini biasa terjadi saat kedatangan seseorang." Cakap Naffisah, yang tahu ini dari neneknya yang masih menganut ajaran animisme dan dinamisme.

"Ini saya akui mitos, karena berasal dari nenek saya yang penganut ajaran animisme dan dinamisme, tapi saya lihat dari dulu kalau ada makanan yang jatuh apapun itu, tandanya akan ada petaka besar dalam jangka waktu dekat. Dulu sebelum pernikahan kakak saya dengan istrinya, ibu saya menjatuhkan piring yang berisi kue kering, dan kue itu juga sama mengeluarkan darah saat jatuh. Lalu lusanya, setelah menikah. Kakak saya mengalami kemalangan, dan ia mati seketika." Jelas Naffisah, memaparkan apa yang pernah ia saksikan dulu.

"Naffisah, jangan kamu ngomong seperti itu! Omongan itu doa! Jangan sembarangan!" Delia, merasa marah pada Naffisah.

"Astaghfirullah, maafkan saya ya, Bu. Ucapan saya memang terlalu blak-blakan, dan lupa dimana saya harus berhenti bicara. Maafkan ya, Bu." Naffisah, merasa tak enak karena ucapannya.

"Iya, sudah tidak apa-apa. Tapi jangan diulangi lagi ya." Kata Delia.

"Baik, Bu."

"Sekarang kamu pasang lampu-lampu hias itu ke dinding. Usahakan semuanya terang, jangan ada kegelapan di rumah ini." Suruh Delia, agak panik.

"Meskipun kau memiliki penerangan di dunia ini dan kamu bisa menghindari kegelapan di sini, tapi di alam kubur belum tentu kamu terang benerang." Mbok Murni datang dari luar, sekarang ia tampak cantik menggunakan jilbab berwarna putih.

"Mbok ..." Delia mencium tangan mbok Murni, karena telah menganggap mbok Murni sebagai orang tuanya.

"Cepatlah bertaubat, pelajari ilmu agama. Jika dinanti-nanti terus, kutukan itu akan terjadi kepadamu," perintah mbok Murni.

"Saya tak mau kehilangan kecantikan saya dan jabatan tinggi saya di dunia ini, Mbok. Andai saja jika saya bertaubat, wajah dan umur saya tak bertambah sebanyak 100 tahun, pasti saya akan langsung cepat-cepat bertaubat." Tutur Delia, takut untuk bertaubat karena jabatan tingginya di dunia.

"Jabatan dunia itu tak penting, dunia ini adalah fana! Kita tinggal di dunia bertugas untuk menjalani ibadah kepada Allah, bukan berlomba-lomba untuk mengejar duniawi. Ingat, dunia ini tak akan selamanya menjadi milikmu. Sewaktu-waktu ajalmu akan menjemputmu, jika kamu tidak memiliki bekal, akan jadi apa kamu di sana? Apa kau tega menyeret anakmu sendiri ke dalam neraka?"

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Where stories live. Discover now