23 Ritual Malam Satu Suro

126 28 0
                                    

Happy Reading

Dung! Dang! Dang! Dung!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dung! Dang! Dang! Dung!

Tabuhan itu semakin keras, rasanya tabuhan itu ditabuh di gudang rumah Laras.

"Put, gue serius nih ya! Lo denger suara tabuhan gendang kagak?" tanya Zahra, dengan serius kepada Putri yang selalu berguyon.

"Kagak, Ra! Kalo gue denger gendang ya gue langsung auto kabur lah! Coba lo pikir, mana ada orang yang nabuh gendang di jam segini. Yang ada dedemit yang nabuh gendang, keknya lagi ada nikahan dedemit deh, sono lo kalo mau jadi pengantinnya! Hahahaha." Kekeh Putri.

"Heh, jangan bercanda lagi lo! Atau mau gue tabok?" ancam Zahra, kesal.

"Eh, jangan! Tapi serius, Ra! Gue kagak denger suara gendang! Tau sendiri kan, kalo gue ini orangnya penakut!" kata Putri.

"Hmm, iya juga. Gak mungkin Putri biasa-biasa aja kaya gini. Kalo denger suara aneh-aneh di sini, pasti dia langsung teriak-teriak." Batin Zahra.

"Ra, kita duduk di kursi meja makan aja yuk, di sana keknya ada buah." Usul Putri, sepertinya dia kelaparan sekarang.

"Yaelah, mau ngambil buah lo ya!" Zahra, yang tahu dengan siasat Putri.

"Hehe, tau aja lo. Habisnya gue laper." Cakapnya.

Putri berjalan menuju ke meja makan, ia ingin memakan buah yang ada di sana.

"Kalo neneknya si Laras marah gimana? Nggak takut lo?" Zahra, mengikuti Putri.

"Kagaklah, sini tuh gue hadapin nenek lampir!" Putri, yang lagi-lagi membuat lelucon.

"Etdah, lo, Put!" Zahra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengam tingkah teman yang satunya ini. Cantik, namun selalu saja menjengkelkan.

Dreeg!

Putri menarik kursi yang ada di meja makan, untuk duduk di sana.

"Ayo, Ra! Duduk!" suruh Putri.

Zahra duduk.

"Mari makan!" Putri mengambil buah mangga segar yang ada di sana, tapi Zahra mencium sesuatu yang aneh di meja makan itu.

"Wait! Tunggu, Put!" Zahra, menghentikan Putri untuk memakan buah mangganya.

"Kenapa lagi? Gue laper!" keluh Putri, kesal kepada Zahra.

"Gue mencium bau amis deh di sini, kaya darah gitu." Katanya.

"Darah? Ah, itu perasaan lo doang!" Putri, tak percaya.

"Eh, beneran!" Zahra, sinis.

"Tapi gue kagak mencium bau apapun tuh, huh!" Putri, menganggap Zahra hanya menakut-nakutinya saja.

Zahra melihat bagian mata burung yang jatuh di sana.

"Tunggu! Lihat nih!"

"OMG! I-ini kan mata burung gagak, Ra!" ujar Putri, melotot.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Where stories live. Discover now