19 Teror Siluman Daayan

166 31 2
                                    

Happy Reading

Di sebuah pemakaman, seorang pocong wanita berdiri di depan pemakamanya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sebuah pemakaman, seorang pocong wanita berdiri di depan pemakamanya sendiri. Pemakaman yang bertuliskan nisan bernama Yayuk Maheswari binti Markani.

"Aku Yayuk, pernah hidup di dunia yang penuh dengan penghianatan seorang sahabat. Lahir pada 1940 dan mati pada 1959 ... aku adalah menantu di keluarga maheswari, tetapi aku sama sekali tidak menganggap nama itu. Meski keluarga itu adalah keluarga kaya raya dan bangsawan, tapi nama itu jutru menghancurkan kehidupanku. Terutama Delia, dia telah membuatku tidak bisa bertaubat kepada sang kuasa. Entah apa salahku, aku hanya membalas dendam atas perilaku keluarga maheswari kepadaku. Delia adalah manusia iblis, yang tak pernah ku lupakan penghianatannya. Seorang sahabat ternyata bisa menusuk dari belakang, seorang sahabat ternyata bisa menjadi musuh yang bisa menerkam kita kapanpun. Aku menyesal telah mempercayai Delia, aku menyesal telah berteman dengan Delia si nenek tua yang menyamar sebagai remaja itu! Dasar nenek tua! Penghianatanmu, dan jebakanmu akan anakku balas nanti! Lihat saja! Anakku akan membuatmu mati, secara menggenaskan! Kutukanku berpuluh-puluh tahun lalu, akan terjadi di saat anakku berumur 26 tahun nanti! Awas kau, Delia!! Penghianatan harus dibalas dengan penghianatan juga!"

Yayuk terus menyimpan dendam, dan terus menjadi arwah gentayangan yang pendendam. Arwahnya tak diterima di alam kubur, mengharuskannya menjadi seorang pocong hingga akhir zaman. Yang ada di hati Yayuk hanyalah pembalasan dendam, ya pembalasan dendam saja. Tak ada yang lain, ia mau melihat Delia mati menggenaskan lebih dari kematian dirinya. Perbuatan penghianatan Delia kepada Yayuk, tak akan pernah Yayuk lupakan untuk selama-lamanya.

***

Sepuluh tahun kemudian, kisah berlatarkan kota bandung.

Bandung, 4 desember 1979.

Suatu malam, angin semilir membuat kota bandung sangat sejuk. Apalagi di univeritas Insitut Teknologi Bandung.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki seorang remaja perempuan terhentak di lorong yang gelap, nan sepi. Perempuan itu rambutnya terurai, sebari membawa buku tebal di tangannya. Remaja itu menengak-nengok ke kiri dan kanan, mencari sebuah perpustakaan kampus yang megah itu. Di tengah lorong, ia lihat ada seorang mahasiswi dengan almamater berwarna hitam, dan berambut terurai juga sama seperti dirinya, ia lihat perempuan itu sedang menangis, menangisi sesuatu.

Karena iba, perempuan bernama Sherly itu memegang pundak perempuan yang tengah menangis.

"Mbak, Mbak kenapa?" tanyanya, dari belakang.

Tapi bukannya menjawab pertayaan Sherly, perempuan itu malah terus saja menangis tanpa henti.

"Mbaknya kenapa ya?"

"Gak apa-apa, Mbak! Hiks-hiks-hiks ..." tangisnya.

"Hmm, yasudahdeh. Saya mau nanya boleh?" Sherly tak enak, karena takutnya si perempuan itu sedang ditinggal oleh pacarnya.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Where stories live. Discover now