30 Tarian Setan Terakhir

127 26 4
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidakkkk!"

Delia Maheswari terbangun dari mimpi buruknya, mimpi dipenggal oleh anaknya Yayuk. Keringat dingin membasahi tubuhnya, badan Delia bergemetar hebat sama seperti di mimpi. Ditambah lagi di tangannya ada sebuah kalung, benangnya berwarna hitam dengan logam perak berwarna putih. Kalung itu diberikan roh Yayuk kepadanya saat di mimpi, mungkin saja tadi Yayuk datang dan masuk ke dalam mimpi Delia.

Mata Delia berkantung hitam meskipun sudah tidur, tapi seakan-akan dirinya tidak tidur sama sekali. Ia bagaikan hidup di dalam mimpinya yang sangat amat nyata. Sari Delia berantakan, rambutnya juga acak-acakan.

Cepat-cepat Delia membakar bantal yang ia tiduri tadi, lalu keluarlah api yang sangat amat besar. Si jago merah itu melelap bantal Delia, hingga apinya berkorbar besar. Kalung yang diberikan Yayuk di mimpinya, ia bakar habis-habisan hingga kalungnya itu hangus menjadi abu.

"Dasar kalung setann!" Delia, sangat kesal.

"Andai aku tidak menghianati sahabatku dulu, mungkin semua teror ini tidak akan terjadi! Yayuk, aku akan berusaha menyingkirkan kutukanmu itu dari keluargaku. Aku akan selalu menjaga diriku sendiri dan putriku, dari semua kutukanmu! Aku tak akan membiarkan kutukanmu itu terjadi, aku jamin itu!" Delia, menguatkan dirinya sendiri yang tengah panik.

Pranggg!

Jam besar yang ada di kamar Delia terjatuh dengan sedirinya, refleks Delia menjerit ketakutan. Delia berteriak-teriak gemetar, dia takut mimpinya menjadi kenyataan, ia takut dipenggal di sana. Karena mimpi di pagi hari biasanya akan menjadi kenyataan!

Delia terus berteriak bagaikan orang kesetanan. Syukurlah Naffisah Cahaya Fitria, yaitu asistennya sendiri datang ke kamar Delia. Bertanya ada apa gerangan, sampai Delia berjerit seperti ini.

"Ada apa ini, Bu? Kenapa Ibu malah membakar bantalnya??"

"Naf, cepat bawa saya pe-pergi dari sini! Cepatt! Saya takut, af! Saya takutt!" tutur Delia, mengenggam tangan Naffisah sebari bergemetar hebat.

"Oh, baik, Bu! Ayo!" Naffisah mengajak Delia ke mobil pribadi Delia, Naffisah menyetir mobil Delia hingga sampailah mereka di sebuah tebing, mereka berdua bisa melihat desa nagasari dari tebing itu.

"Ada apa, Bu? Kenapa Ibu berteriak-teriak seperti orang yang baru saja melihat setan, ada apa?" tanya Naffisah, mengkhawatirkan kondisi bossnya.

"Tadi saya mimpi buruk, saya bertemu dengan arwah Yayuk lagi." Jawabnya, sebari menatap ke bawah tebing.

"Astaga, bu Yayuk lagi? Bu, apa yang dia katakan sekarang?" Naffisah, yang sudah berkali-kali mendengar bossnya bercerita tentang Yayuk.

"Dia berkata bahwa anaknya akan datang sebentar lagi, mebalaskan dendamnya kepadaku dan juga kepada anak saya. Ia juga mengingatkan saya dengan kutukan yang pernah Yayuk berikan kepada saya, saya juga melihat anaknya itu memenggal kepala saya dan Putri, namun entah siapa anaknya. Mukanya masih samar-samar, tak terlihat." Jelasnya, kepada Naffisah sang asisten setia.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Where stories live. Discover now