┆cing┊

22.8K 6.7K 4K
                                    

Perhatikan baik-baik, maka kalian akan tahu sesuatu disini :)





"Makasih banyak ya, Kai."

Hueningkai mengangguk sambil tersenyum seraya menurunkan tangannya dari tangan Doyum yang semula hitam kini kembali normal. Iya, disembuhkan.

"Sekarang lo percaya kan gue orang baik?"

"Iya... maaf udah curiga."

Di dalam uks hanya mereka berdua saja, yang lain kembali ke kelas masing-masing karena waktu istirahat telah habis. Hueningkai menjaga Doyum sekaligus bolos, dia sudah bilang pada Yedam untuk berbohong pada guru kalau dia sakit perut.

Tak patut.

"Cuma lo sama Taehyun yang tau, jadi gue mohon jangan sampai keceplosan. Dari kita berlima belas, aura gak enak lebih dominan."

"Berarti lo tahu identitas kita?"

Hueningkai mengangguk. "Iya, percuma disembunyiin, gue udah tau identitas kalian semua. Bahkan gue tau identitas semua orang di sekolah. Tapi, gue belum tau dalangnya siapa, hati-hati dan jangan terlalu percaya sama orang lain. Gue curiga dalangnya penyihir."

"Oke... takut kejadiannya kayak Kak Mashiho yang dikhianatin sama temennya ya?"

"Iya..."

"Oh ya, gue mau tanya."

"Silahkan."

Doyum merubah posisinya dari berbaring ke duduk, bersandar ke bantal. "Gue baru tau lo boleh ngomong non baku begini, bukannya seharusnya formal?"

"Kan penyamaran, hehe," jawab Hueningkai terkekeh. "Lagipula, gue juga kurang suka ngomong formal, terlalu kaku. Anggap aja gue ini pembangkang karena gak taatin aturan."

Doyum ikut tertawa kecil. "Lo gak takut?"

"Takut? Gak sama sekali, lagian gue juga lagi jalanin tugas disini. Jadi suka-suka gue mau ngapain, kan yang kerja gue."

Sebagai manusia biasa, Doyum memilih diam karena tak tahu menahu apa yang dikerjakan pemuda blasteran itu. Dia hanyalah manusia, berbeda dengan Hueningkai.

Tapi, bolehkah ia curiga?

"Lo beneran baik kan? Dari cerita yang gue baca, bisa aja orang kayak lo berkhianat..."

Hueningkai tersenyum. "Gak kok, gak akan pernah."

Oke, Doyum merinding.
























































"Park Sunghoon ya?"

Tangan pemuda itu terhenti. Ia matikan keran wastafel dengan segera, mendongak ke cermin di depannya melihat siapa yang bertanya padanya.

Oh, bukankah itu Yedam?

"Kayaknya gue ganggu... gue cuma pingin ngobrol sebentar sama lo. Bahas tentang kutukan," kata Yedam merasa tak enak melihat ekspreksi datar Sunghoon.

"Hmm."

Begitulah Sunghoon, jika berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya, dia akan bersikap dingin dan kaku. Berbeda lagi jika berkumpul dengan orang terdekatnya, bisa-bisa kena serangan ambyar karena tawanya.

"Sebenernya gue mau bahas ini sama yang lain, tapi gue ragu. Keliatannya lo orang yang pas untuk tahu hal ini," lanjut Yedam berjalan mendekat.

Tidak terlalu dekat sih... masih dikasih jarak kok, jauhan malah.

"Gue?"

"Iya, lo. Gue dapet informasi dari salah satu peserta Cursed Game, permainan itu gak menentu alias korbannya bisa aja diubah atau diacak. Kenapa? Karena dalangnya belum tahu semua identitas asli pesertanya. Karena itu gue minta jangan bongkar identitas sendiri demi keselamatan, walaupun gak menjamin untuk tetap hidup sih..."

"Siapa yang bilang?" Tanya Sunghoon merasa tertarik dengan topik.

"Kak Jerome, iblis pertama yang sekolah disini. Gue juga yang bantu dia susun rencana untuk kalahin dalangnya, dengan imbalan gue tau informasi tentang Cursed Game. Siapa tau bisa membantu buat kita."

"Kalau identitas gak sengaja ketahuan?"

"Kalau lo demigod sih gak terlalu jadi masalah, karena demigod─ di permainan ini ─gak bisa kena kutukan. Tapi bahayanya, makhluk mitologi lain yang bakal serang kaum demigod."

"Cyclops, manticore, titan, empousa, dan lain-lain?"

"Iya─ eh, kok lo tau?"

Raut wajah Sunghoon berubah, senyum tipis mencurigakan terukir di bibirnya. "Menurut lo gimana?"

Nah loh, kenapa Sunghoon jadi aneh begini. Masa iya Yedam membocorkan rahasia ke orang jahat? Duh, bahaya dong?

"Lo dalangnya? Atau kerja sama?" Tanya Yedam menyipitkan matanya curiga.

"Bukan."

"Ada alasan atau bukti?"

"Gak ada."

"Terus lo ini apa?"

"Bisa dibilang masih manusia."

Otak Yedam pun bekerja. "Bisa dibilang masih manusia... berarti di antara lo memang manusia atau... setengah makhluk lain?"

Jentikkan jari pun terdengar, senyum Sunghoon berubah. "Opsi kedua."

Yedam mengernyit. "Lo setengah makhluk lain? Dan lo gak takut jujur tentang identitas lo di depan gue?"

"Buat apa takut?" Sunghoon balas bertanya, lalu mengeluarkan sebuah foto dari saku celananya. "Gue tau lo siapa, dan lo sama kayak orang-orang di foto ini."

Nafas Yedam tercekat. "L-lo dapet foto itu dari mana?"

Habis sudah, identitas Yedam langsung ketahuan jika orang lain melihat foto itu. Karena di foto itu terdapat sepuluh orang dengan peringkat teratas di masing-masing kelompok keturunan dewa atau dewi di camp, dan salah satunya adalah dirinya.

Sunghoon senyum lagi. "Gak penting foto ini dapet dari mana, gue juga gak bakal kasih tau siapapun. Lo keturunan Athena, iya kan? Oh ya, gue bukan demigod, gue half-vampire."

Cursed or Die | 02 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang