┆dix-huit┊

20.3K 6.2K 5K
                                    

Junho mengetuk tongkatnya, lalu dinding di depannya terbuka lebar membentuk sebuah jalan. Dia melangkah melewatinya, dan dindingnya kembali tertutup seperti semula.

Knockturn Alley, dia butuh sesuatu di tempat ini─ lebih jelasnya lagi, dia menuju Borgin & Burkes ─dan juga ingin bertemu seseorang.

Dia berjalan santai dengan wajah angkuh, seragam sekolahnya berubah menjadi pakaian formal serba hitam. Tongkat berjalannya tak ada lagi, berubah menjadi tongkat sihir.

Aku yakin banyak yang berhasil menebak kalau dia adalah penyihir, tapi apakah ada yang berhasil menebak kalau dia adalah anak buah nomor tiga dari dalangnya?

Maksudnya, dia bergabung ke kubu musuh urutan nomor tiga. Lalu, nomor satu dan duanya? Hayo siapa?

Tempat tujuannya sudah ada di depan mata. Tanpa membuang waktu lagi, ia masuk ke dalam, melangkah lebar menuju ruangan berpintu cokelat, ruangan tertutup yang pas untuk berdiskusi.

"Maaf terlambat," ucapnya membungkukkan badan sembilan puluh derajat.

Orang yang menunggunya datang kesal, meletakkan Cornelius fudgenya ke meja. "Udah tau gue gak bisa lama-lama disini, lo malah terlambat, ketahuan pula."

"Gue juga kaget si Taehyun tau gue siapa," balas Junho ikutan kesal.

"Dia tau dari Yedam, beruntung Yedam gue culik. Bukunya meresahkan."

"Jangan bilang petunjuk tentang gue muncul di bukunya?"

"Bukan cuma petunjuk, tapi nama lo muncul di buku. Makanya gue culik Yedam supaya kita gak ketahuan. Habis ini bawa si Hueningkai sama Woonggi, mereka tau banyak."

"Si Taehyun enggak? Dia keturunan Hades loh..."

Orang itu memukul meja. "Kita bawa dia sama aja bunuh diri. Anak demigod lain pasti langsung ngeh siapa kita karena Taehyun berkali-kali kasih kode. Merekanya aja yang gak peka."

Mohon maaf nih, kayaknya para readers tercinta merasa tersindir :")

"Minhee gak sekalian dibawa? Dia tau sesuatu dari si Taehyun, bahaya kalau dibiarin," kata Junho menyarankan.

"Kalau dia sih biar urusan si onoh."

Junho tak mengerti jalan pikiran ketuanya itu. Kenapa ide-idenya selalu membuat Junho tercengang saking kagumnya? Iya kagum, bukannya khawatir karena temannya mau dibunuh.

"Tapi, gue bingung deh," kata Junho. "Lo kan dalang permainan, kenapa lo mau beberapa siswa dari setiap angkatan mati? Gak lo doang sih, yang sebelumnya juga."

Orang itu menyeringai. "Karena ini giliran gue untuk berkuasa di dunia."













































































"Taehyun?"

Yang disebut namanya berhenti berjalan, mengernyitkan kening kebingungan. Ini pertama kalinya Jinsung memanggilnya, karena sebelumnya setiap mereka berpapasan si Jinsung putar balik arah.

Aneh, emangnya dia seram?

"Kenapa?"

Jinsung ingin sekali mengatakan kalau Taehyun menyeramkan, apalagi dia mengantongi pisau lipat. "I-itu, Jisung suruh ke rooftop... ka-katanya mau ngomong sesuatu."

"Dia mau nembak gue apa gimana?" Taehyun heran, tidak biasanya Jisung ke rooftop. "Dia udah disana?"

"I-iya..."

"Oh, makasih."

Jinsung mengangguk kaku lalu kabur ke kelasnya. Iya, setakut itu.

Taehyun berlari menaiki tangga menuju rooftop, tidak butuh waktu lama untuk tiba disana. Sebab sekolah sedang lengang sekarang. Sesampainya disana, dia melihat Jisung berdiri di dekat pagar pembatas.

Pintu rooftop dia tutup, mendekat ke pemuda itu sambil membuka kupluk jaketnya.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Taehyun tak mau berbasa-basi.

"Masalah Pak Siwon, kayaknya lo udah tau ya?" Jisung balas bertanya. "Gue gak tau Pak Siwon yang asli ada dimana, mungkin disembunyiin atau parahnya dibunuh, kayak kasusnya Bu Suzy."

"Bisa jadi." Taehyun pun berpikir keras. "Gue gak mau buang waktu, kita harus cari petunjuk lebih banyak, pecahin petunjuknya, dan cari Yedam."

"Yedam?"

"Dibawa penyihir, bukunya juga."

Jisung memijat keningnya. Buku itu kan penting, pemiliknya juga cerdas. Kalau dua-duanya hilang, petunjuk didapat dari mana?

"Inisial dalangnya huruf S. Menurut lo siapa?" Tanya Taehyun.

"Gue curiga ke Sunghoon. Tadi dia ngobrol sama orang disini, siapa tau itu anak buahnya," jawab Jisung.

"Woi anak Hades!" Seru seseorang dari pintu rooftop mengejutkan mereka. Oh, dia kan si keturunan Zeus.

"Kenapa, kak?"

Guanlin menggerakkan tangannya, menyuruhnya untuk mendekat. Dengan sigap dia berjalan kesana, dalam hati dia deg-degan. Kakak kelasnya ini mau mengajaknya ke Olympus atau gimana? Wajahnya serius sekali, dia kan tidak berbuat kesalahan.

"Nih buat lo," ujar Guanlin mengangkat tangan kanan Taehyun, memberikan sebuah buku usang bersampul cokelat. "Jaga baik-baik, ini buku punya ibu gue. Lo dan temen-temen lo butuh ini, gue jamin."

Jisung mengintip dari belakang, penasaran apa yang diberikan Guanlin kepada Taehyun. Tapi dia menjaga jarak, dia mana mau ikut campur urusan dua keturunan dewa tiga besar itu.

"Oh ya, tadi ada huruf N muncul di buku, lo coba pecahin petunjuknya sama si Yedam." Begitu kata Guanlin, sebelum pergi dengan kedua tangan di dalam kantong celana.

Taehyun diam, huruf N? Sebelumnya huruf N itu adalah huruf dari nama korban. Apa kali ini sama? Atau justru mengarah ke pelakunya?

Pusing weh.

"Taehyun, kayaknya gue tau siapa dalangnya," ucap Jisung tiba-tiba, membuat Taehyun menoleh cepat.

"Siapa?"

"Mungkin aja si S─ KEBAKARAN!!!"

"Hah?"

TRINGGGG!!!!

Alarm kebakaran berbunyi setelahnya. Mereka berdua berlari ke pagar pembatas untuk melihat dari mana sumber kebakaran tersebut.

Asap hitam mengebul di udara, sumbernya berasal dari kantin. Tunggu, kantin?

Woonggi... kamu ngapain nak?

Cursed or Die | 02 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang