┆sept┊

22.4K 6.4K 5.2K
                                    

Doyum yang ingin jajan di kantin dibuat heran karena banyak yang kerumun di depan sana. Bisik-bisik terdengar, ada yang gibah ada pula yang bertanya-tanya.

Rasa penasarannya tak terbendung, dia terobos saja kerumunan itu untuk melihat apa yang jadi pusat perhatian sekarang.

"Taehyun? Kai? Eunsang? Junho? Mereka berempat ngapain?" Batinnya bertanya-tanya.

Dia celingak-celinguk lalu tak sengaja menangkap sosok Yedam yang baru saja datang. Langsung saja dia tarik orang itu menghampiri empat teman barunya, siapa tahu bisa melerai.

"Lo..." Taehyun menjeda ucapannya, tak menurunkan pistolnya. "Gue tanya sekali lagi, kenapa lo mau racunin Hyuka?"

"Bukan gue! Tadi ada-"

"JAWAB YANG JUJUR!"

Suara bisik-bisik menghilang, suasana menjadi hening sekarang. Semua orang mulai menjauh dari lokasi, terkecuali lima orang yang merupakan peserta permainan seperti Taehyun.

Entah mengapa, Taehyun menjadi seram sekarang.

"Junho gak mungkin lakuin itu, dia orang baik-baik!" Bela Eunsang tak terima sahabat sejak kecilnya difitnah seperti itu.

"Awalnya gimana? Kenapa bisa tuduh-tuduhan begini?" Tanya Yedam seraya menarik Taehyun untuk mundur.

"Gue pesen es teh, pas di anter kesini si Junho lewat. Nah, pas gue mau minum si Taehyun tiba-tiba lempar gelasnya dan narik Junho. Dia bilang dia cium bau racun dari es teh dan kantong seragamnya Junho," jelas Hueningkai.

"Apa bener ada racun di saku lo, Junho?"

Junho menggeleng panik. "Gak ada! Lo bisa cek sendiri, cuma uang sama hp doang isinya."

"Tapi gue percaya Taehyun sih," kata Hueningkai kemudian, membuat satu kantin terkejut.

"Lo percaya sama tuduhan gak jelasnya itu?" Tanya Eunsang tak percaya. "Gak ada racun disini, lagian kenapa─ tunggu, tapi bisa aja sih..."

Sekarang Junho yang terkejut tak percaya. "Kenapa lo jadi ikutan juga?"

"Racunnya gak lo buang, kan?" Tanya Yedam penuh selidik.

Kalau menurut Doyum, bisa saja tuduhan Taehyun benar, namun bisa juga salah. Ada dua kemungkinan, Junho memang lewat saja, atau memang memasukkan racun ke es teh milik Hueningkai lalu membuangnya.

Tapi, tempat sampah lumayan jauh dari sini. Tidak mungkin Junho melemparnya asal, pasti langsung ketahuan karena ada yang lihat atau menemukan.

"Taehyun gak punya bukti yang cukup untuk buktiin kalau Junho memang salah, dan gue juga gak bisa bela Junho karena belum tentu dia gak bersalah. Sekarang ayo ke saung, yang lain tunggu disana. Kita bahas ini nanti," ujar Yedam menengahi, untungnya tidak ada yang protes.

"Tapi tunggu deh, kenapa Taehyun bisa cium bau racunnya?" Tanya Eunsang sadar akan sesuatu yang janggal.

Hueningkai tersenyum, merangkul Taehyun dengan bangga. "Karena dia istimewa."
















































































Woonggi loncat kanan loncat kiri disela perjalanannya menuju kelas Hyeongjun. Dia diminta kesana sama Jisung untuk membujuk si hantu imut itu.

Dia langsung mengiyakan karena Hyeongjun pasti mau, kan mereka satu spesies walaupun berbeda kasta. Astagfirullah, mainnya kasta...

"Mendaki gunung, lewati lembah~"

Orang-orang yang berlalu lalang disana hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala, sudah biasa melihat Woonggi seperti itu setiap harinya.

Jerome yang sedang lewat mengusap dadanya, menatap miris temannya itu. Kelakuannya bikin pusing kepala.

"Hai kakak! Gimana tugas dari pangeran? Udah ketemu permatanya?" Sapa Woonggi ceria lalu bertanya.

"Menurut lo?" Tanya Jerome kesal.

"Belum, kan lo mageran. Heran deh, kenapa Pangeran Yoshi mau aja kasih tugas ke makhluk macam lo. Seharusnya ke gue aja, kan gue gercep alias gerak cepat. Ya gak? Iya dong."

Jerome mengangkat kedua tangannya, greget ingin mencakar wajah Woonggi. "Untung lo adik sepupu gue, coba kalau enggak? Gue minta Kak Yoshi supaya kurung lo di penjara."

"Ihh, takut. Tapi boong."

Sepertinya mulai sekarang sisi lawak Woonggi akan keluar. Gimana ya... kan dia sebelas duabelas sama si Jerome T_T

"Eh, gue mau tanya sesuatu," bisik Jerome tiba-tiba, merangkul Woonggi dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Apaan?"

"Di angkatan lo ada itu ya?"

Paham arah pembicaraan mereka kemana, Woonggi mengangguk. "Iya, keren gak tuh ada dia disini. Hati-hati, lo berbuat hal yang diluar batas bisa langsung disidang."

Jerome bergidik. "Gue gak bisa isengin guru lagi dong? Yah, padahal seru tuh takut-takutin guru yang pulang malam. Seru loh, mau coba gak?"

Menyesatkan sekali oknum bernama Oh Sungmin ini. Eh tapi, dia kan iblis.

"Si keturunan Hades udah bertindak?" Tanya Jerome lagi.

"Kayaknya belum, perilakunya biasa aja. Oh ya, di antara kita berlima belas ada berapa demigod sih?"

"Setahu gue sih tiga. Gue baru tau Athena aja, dua lagi belum."

"Si Yedam kan?"

"Iya."

"Wah, rupanya ada keturunan Athena. Berarti dia harus dihabisi paling awal, dong."

Jerome dan Woonggi tersentak, refleks memasang posisi siaga begitu empat orang penyihir tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Salah satunya menyeringai, maju lima langkah dari rumah, gak. Maju lima langkah ke hadapan mereka, mengacungkan tongkat sihirnya.

"Jawab pertanyaan ini, jika berhasil maka-"

"Pak, bu, kalau mau jadi guru daftar kerja aja disini. Kan kalian jadi bisa tanya-tanya ke kita setiap hari," potong Jerome kesal karena gedek mendengar kata pertanyaan. Dia yakin pertanyaannya tidak jelas dan menambah beban pikiran.

"Saya gak peduli. Semangka itu buah atau sayur?"

Woongi mendelik. "Ih, itu kan pertanyaan waktu itu! Kalian sengaja ya bikin pertanyaan susah supaya korbannya cepet mati? Hayo ngaku! Kalau gak jujur nanti hidungnya hilang kayak Om Voldy."

Berdosa banget kamu Woonggi...

"Jawab saja, cepat!"

"Ck, jawabannya sayur kan?! Karena kemarin dijawab buah temen gue kena kutukan."

Empat penyihir itu tertawa, mengangkat tongkat sihirnya bersama-sama. Jerome mendelik begitu menyadari sesuatu, langsung saja dia tabok punggung Woonggi sambil berseru.

"Seharusnya lo pilih opsi pertama! Gue berpengalaman woi, lo salah pilih. Sukurin kena kutukan, durhaka sih!"

Sekarang Woonggi panik, dia cengkram tangan Jerome kuat-kuat. "Gak mau ah, kabur!!!"

Dalam sekejap mata, Woonggi dan Jerome menghilang dari sana. Teleportasi rupanya, pintar juga, begitu pikir empat penyihir itu.

"Kutuk yang lain, cari salah satu dari lima belas anak itu," perintah penyihir yang berdiri paling depan.

"Jangan dikutuk, bunuh saja."

Penyihir itu tertawa. "Haha, baiklah. Bunuh Jeon Doyum, usahakan ada orang lain di dekatnya supaya ada yang dicurigai."

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now