┆vingt huit┊

21.6K 6.3K 4.9K
                                    

Menurut kalian, malaikat sama guardian itu sama atau beda?

Btw, ini chapter terakhir sebelum
epilog mwehehe, sebentar banget kan gelutnya? Maaf gais :(





Sungchan mengumpat dalam hati, semua anak buahnya kalah dalam sekejap mata. Dia tak pernah menyangka ada malaikat yang diikutsertakan dalam permainan, dia pikir Hueningkai hanyalah manusia biasa yang berlindung di belakang nama Hades.

Namun dia salah besar, Hueningkai jauh lebih kuat dari apapun.

"Tugas gue udah selesai, semua anak buah lo udah dikalahkan. Gue gak bisa bunuh lo karena gak ada perintah dari Atas, karena itu gue mau lo berhenti lakuin ini semua sebelum temen gue dateng untuk cabut nyawa lo."

"Cabut, cabut, cabut!" Seru Woonggi memprovokasi.

Minhee tak tahu harus senang atau sedih, dia senang karena semuanya selesai, namun dia sedih karena dia kehilangan banyak temannya...

Jisung menghampiri Sungchan, menodongkan pistolnya. "Biar gue aja yang bunuh, naluri hunter gue naik."

"Gue juga," ucap Sunghoon diselimuti emosi.

Hueningkai mengangkat tangan kanannya, menggeleng mencegah. "Jangan, lo harus tahan diri supaya identitas lo gak diketahuin orang lain. Dan lo, Sung. Jangan bunuh Sungchan, emosi gak bakal hilang walaupun lo bunuh orang."

"Gak usah merasa kasihan," sinis Sungchan. "Bunuh tinggal bunuh, apa susahnya? Udah gue bilang sebelumnya, gue mati semuanya bakal lanjut. Percuma."

Hueningkai membulatkan mulutnya. "Oh~ begitu... kalau gitu gue harus balik ke Atas sekarang, makasih informasinya."

"Hyuka... lo serius mau balik sekarang?" Tanya Taehyun terdengar... tak rela.

"Iya, gue harus laporin semuanya. Kalau ada apa-apa, tanpa kalian cari pun gue bakal balik, tinggal tunggu kapan waktunya," jelas Hueningkai disertai sayap putih di punggungnya.

Jisung maju, menepuk pundak Hueningkai. "Makasih banyak bantuannya, tolong cepet datang ya..."

Yedam, Sunghoon, Minhee, Taehyun, dan Woonggi merasakan ada yang janggal dari perkataannya. Tolong cepat datang? Memangnya apa yang akan terjadi?

Apa mungkin...

"Gue tau ini gak dapat dicegah, tapi gue harap bisa berhenti sebelum merambat kemana-mana," lanjut Jisung teringat apa yang ia mimpikan satu bulan sebelumnya.

Sungchan mendecih, drama sekali, begitu pikirnya.

"Kekuatan kalian belum sepenuhnya dikeluarin, kan? Kalian siap-siap aja ya," ujar Hueningkai penuh arti. "Satu lagi, gue minta maaf karena gak bisa hidupin yang lain... nyawa gue tinggal satu."

Yedam mengangguk. "Makasih banyak bantuannya. Gue tunggu lo secepatnya."

Hueningkai mengangguk, lalu terbang ke atas sebelum menghilang dari pandangan mata. Tersisalah enam peserta minus Hueningkai yang selamat dan dalang permainan.

Mereka berenam menatap tajam Sungchan, seperti hewan buas yang telah menemukan mangsanya.

"Gue mau bunuh dia," kata Sunghoon berapi-api, menggulung lengan bajunya lalu berjalan maju.

"Serem banget kalau marah," bisik Minhee ke Woonggi. "Kayak Kak Ros."

Woonggi terkikik. "Hihi. Amboy amboy, macam tak betul budak ni."

"Lebih serem reaksi Ares kalau tau anaknya gugur disini," tambah Yedam menimbrung. "Semoga aja dia gak ajak kita perang, lo tau sendiri emosi dewa perang kayak gimana."

"Lebih serem bapak gue," dengus Taehyun, ayahmu sendiri lho...

"Bawa dia ke Hogwarts, biar diadilin sama kepala sekolah sana. Kita gak ada hak, walaupun kita gak terima atas apa yang dia lakuin," ucap Jisung menahan Sunghoon yang matanya merah menyala.

"Siapa yang mau bawa dia? Gak ada penyihir disini," heran Yedam.

Sungchan tertawa remeh, rupanya mereka belum sadar akan sesuatu ya.

"Gue bawa ke kerajaan gue aja deh, ngopi santuy dulu." Woonggi malah bercanda, alhasil kepalanya ditakol sama Taehyun.

"Di situasi berduka kayak gini masih bisa bercanda?" Dingin Sunghoon melirik tajam Woonggi, sampai ciut orangnya.

Takut digigit, astaga...

"Gue bakal minta tolong sama temen gue, kebetulan dia anak Hogwarts," kata Minhee pada akhirnya.

"Wih, asrama mana tuh?"

"Gryffindor, nanti lo bakal tau. Tenang aja, dia gak jahat kok."

Maaf aja nih, sepertinya para readers sedikit trauma dengan penyihir :')

Minhee sampai lupa.

Tapi serius kok, temannya Minhee ini baik.

"Ayo balik ke sekolah, kita lengserin jabatan Pak Siwon!" Seru Woonggi heboh. "Gue aja deh yang gantiin, gue jamin sekolah bakal maju!"

"Gak semudah itu." Jisung berujar serius. "Pak Siwon kenalannya banyak, kita juga gak punya bukti."

"Tuh tau," kata si Sungchan. "Ini kapan perginya? Gue pegel berdiri, gak tega juga gue liat mayat adik gue."

"Dih, sinting nih orang," cibir Minhee hendak menggorok leher Sungchan.

Yedam menghembuskan nafas panjang, dia tahu semuanya sudah selesai. Namun, hanya permainan lah yang selesai.

Dia tidak tenang mendengar ucapan Hueningkai tadi, ucapannya terdengar seperti akan terjadi... perang besar?
















































Tanpa Yedam pikirkan pun, perang besar memang akan terjadi.














Tinggal epilog ya, maaf
endingnya gak seru kayak
sebelumnya...

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now