┆onze┊

21.9K 6.3K 4.2K
                                    

Minhee celingukan, mengendap-ngendap masuk ke gudang sekolah dan menutup pintunya rapat-rapat. Dia memang tidak masuk sekolah, tapi seseorang menelponnya dan berkata kalau dia punya informasi penting. Makanya dia ke sekolah di jam istirahat kedua siang ini.

Kebetulan dia baru saja tiba di rumah setelah membeli obat yang sangat penting untuk tubuhnya. Langsung saja dia berangkat ke sekolah, dia juga membawa senjata untuk berjaga-jaga.

"Apa informasi yang lo punya?" Tanya Minhee to the point seraya menghadap seseorang yang duduk di kursi lapuk.

Orang itu menyeringai kecil. "Informasi yang mana dulu? Informasi tentang lo, atau informasi yang lain?"

Minhee membeku. "M-maksud lo?"

"Gue tau lo bukan manusia. Tenang aja, gue gak bakal kasih tau siapa-siapa."

"Lo beneran gak bakal bocor kan?"

"Gue bukan orang yang suka bocorin identitas orang, walaupun gue tau banyak."

Minhee menelan salivanya, dia mendadak takut dengan orang di depannya. "Langsung ke intinya, informasi penting apa yang mau lo kasih tau ke gue?"

Orang itu berdiri dari duduknya, mengeluarkan selembar kertas hasil coret-coretannya dengan rekannya. "Korban kedua dimajuin jadi hari ini, korban dengan nama yang ada huruf N nya. Petunjuk di buku Yedam berubah, korbannya... orang dengan kepintaran melebihi rata-rata."

"Lo gak bohong kan?" Minhee menyipitkan matanya curiga. "Kenapa lo kasih tau ini ke gue? Aneh, seharusnya itu rahasia."

"Lo gak perlu tau."

"Oh, oke..."

Sejujurnya, Minhee ingin lari dari gudang secepatnya. Hawanya tidak enak, terasa mencekam. Orang di depannya... mendadak mengeluarkan aura mengerikan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Lo boleh curigain gue, tapi lo harus tau satu hal ini. Sisanya, gue kasih tau secara berangsur-angsur. Gue gak mau lo diincar lebih awal karena tau banyak, lo berguna."

Minhee mendengus. "Bahasanya gak ada yang lebih bagus lagi? Gue agak sakit hati dengernya."

"Iya maaf, lo mau tau gak?"

"Ya mau lah!"

Orang itu maju lebih dekat lagi, menyeringai tipis kemudian berbisik, "di antara kita berlima belas ada keturunan Hades, seseorang dengan huruf N di namanya."

Kedua mata Minhee membola, mundur perlahan-lahan menjauhi orang itu dengan syok. Orang itu... tidak main-main dengan ucapannya.



























































Jinsung mendesis, memasang posisi bersiap menyerang kepada dua orang penyihir di depannya. Di belakang Jinsung ada Eunsang. Mereka tak sengaja bertemu di toilet, lalu tak lama kemudian ada penyihir yang datang.

Awalnya Eunsang sedang mengikuti Sunghoon yang tiba-tiba pergi, namun dia kehilangan jejak. Ya sudah dia ke toilet saja untuk mencuci tangan, tak taunya malah ada masalah.

Eunsang sudah mengangkat tongkat sihirnya ke depan, bersiap menyihir dua penyihir itu.

"Kalian mau apa?" Tanya Jinsung memberanikan diri.

Penyihir berambut gondrong terkekeh. "Tentu saja memberi pertanyaan. Setelah ini, permainan akan ditambah. Siapapun yang berhasil menebak pelakunya, maka kalian akan dapat hadiah. Mudah sekali, bukan?"

"Saya tahu kamu bohong, gak ada kejujuran di ucapan kamu," balas Jinsung sinis.

Eunsang meringis. "Shh, jangan jujur gitu dong, Sung. Nanti marah penyihirnya."

"Orang seperti kamu memang harus dimusnahkan... semangka itu buah atau sayur?"

"Pertanyaan apa itu?" Jinsung kebingungan. "Semangka itu kan buah."

"Bukan! Jangan dijawab dulu, biar gue yang jawab!" Seru Eunsang panik karena takut dua penyihir itu langsung mengeluarkan mantra kutukan.

"Ya sudah, sok atuh dijawab," kata penyihir yang satu lagi, mempersilahkan untuk bicara.

"Semangka itu buah dan sayur. Kenapa? Semangka termasuk buah karena tumbuh dari biji, dan semangka mengandung banyak air. Lalu, semangka termasuk sayur karena dia tumbuh seperti sayuran. Gue tau pertanyaan ini bakal diulang, jadi ya... gue cari tau jawabannya," ujar Eunsang menjelaskan jawabannya dengan tenang.

Dua penyihir itu mematung. Sial, kalau begini ceritanya mereka harus mengganti pertanyaan untuk korban selanjutnya.

Eunsang menjawab pertanyaan itu dengan sempurna, e m e j i n g .

Jinsung bertepuk tangan, dia terlihat kagum dengan Eunsang. "Eunsang pinter banget, kapan-kapan belajar bareng yuk!"

"Hehe, bukan apa-apa kok," kata Eunsang malu-malu.

"Ekhem!"

Dehaman penyihir berambut gondrong itu mengejutkan mereka, mengembalikan situasi tegang seperti sebelumnya.

"Cursed or Die. Saya pilih die, siapa orang yang akan mati kali ini?" Tanya penyihir itu menyeringai lebar.

"Apa-apaan... tadi kan pertanyaannya ke jawab!" Protes Eunsang marah.

"Pilih sekarang."

"Gue lebih pilih gue yang mati daripada-"

"Avada kedavra!"

"AAAAAAA!!!"

Teriakan Jinsung tak tertahankan, dia jatuh duduk ke lantai. Badannya gemetar hebat, wajahnya memucat. Kedua penyihir itu tertawa, melambaikan tangannya kepada Jinsung.

"Sampai jumpa lagi~"

Drap drap drap





BRAK!





Si pembuka pintu terkejut bukan main melihat apa yang terjadi, dua orang di belakangnya juga sama terkejutnya.

"Eunsang..." lirih Junho tak percaya.

"WOI! AYO SINI BERANTEM SAMA GUE, BERANINYA PAS SEPI DOANG!" Teriak Jay menantang sampai wajahnya merah karena marah.

"Temannya datang, ayo pergi. Obliviate!"

Penyihir itu menggunakan mantranya kepada Jinsung, menyebabkan pemuda itu jatuh pingsan. Setelah itu, keduanya menghilang, menggunakan apparate.

"Dalangnya penyihir, pegang omongan gue," ujar Yedam memandang tubuh Eunsang yang terbujur kaku di depan matanya dengan perasaan marah yang akan meledak.

"Yedam!"

Hueningkai datang dengan nafas tersengal-sengal, ekspreksinya menunjukkan penyesalan dan rasa bersalah.

"Maaf gue terlambat, ada urusan penting yang harus gue selesaiin."

Yedam diam saja, lain halnya dengan Jay dan Junho. Apakah mereka harus percaya?

"Urusan... apa?" Tanya Jay tak mengerti.

Raut wajah Hueningkai berubah dingin. "Urusan yang gak bakal bisa lo lakuin."

Ketiganya menegang, aura pemuda blasteran itu... membuat siapapun yang merasakannya ciut seketika.

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now