┆dix┊

22.4K 6.4K 3.8K
                                    

Jake melahap popcornnya, duduk di bangku di pinggir lapangan. Matanya memandang adegan debat di depan sana. Dongpyo dengan Hyeongjun, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba bertengkar di tengah lapangan. Jelas jadi bahan tontonan, tapi tidak ada yang berani mendekat.

Hyeongjun seram, tubuhnya berlumuran darah dengan mulut dan hidung mengeluarkan darah serta kepala retak. Iya, itu kondisi saat ia mati dulu. Sementara Dongpyo memegang tongkat sihirnya, tak ada yang melerai, daripada kena sihir mending menonton dari jauh. Termasuk si Jake ini.

Tadinya Jake ingin melerai, tapi dilihat-lihat seru juga. Apalagi dia memiliki popcorn, berasa nonton bioskop.

"Minhee kemana? Dia gak mungkin sekedar beli obat kan? Kalaupun iya, itu pasti obat penting!" Tanya Dongpyo mendesak.

"Minhee itu punya maag, obat maagnya habis makanya dia gak masuk. Lo gak percaya banget sih!" Jawab Hyeongjun geram karena Dongpyo terus bertanya.

Dongpyo berkacak pinggang. "Awalnya percaya, tapi dipikir-pikir alasan dia aneh. Masa beli obat maag bikin dia dua hari gak masuk sekolah? Lo kenapa bohong? Lo sembunyiin apaan? Oh, apa Minhee bukan manusia?"

Hyeongjun mengepalkan tangannya marah. "Heh Dongpyo, kenapa sih lo mau tau identitas semua orang? Lo mau ngapain?"

"Gue harus tau supaya gue tau siapa dalangnya!"

"Untuk tau siapa dalangnya atau untuk kepentingan lo sendiri?"

"Apaan sih! Kok nuduh?!"

Jake tertawa melihatnya. "Di antara mereka ada yang jahat gak ya... Di uks waktu itu si Kai bilang aura gak enak lebih dominan. Tapi, aura gak enak bukan berarti jahat sih... bisa aja karena identitasnya."

Bukan, dia bukan diberi tahu langsung, dia menguping pembicaraan Hueningkai dengan Doyum saat itu. Dia kebetulan lewat dan tak sengaja melihat ke arah uks, ya sudah dia menguping saja. Lumayan dapat informasi penting.

"TUAN-TUAN HARAP TENANG! SELESAIKAN SECARA BAIK-BAIK ATAU SAYA BAWA KALIAN BERDUA KE DUNIA BAWAH, MAU?!" Teriak Woonggi berjalan ke tengah lapangan lalu mendorong Hyeongjun dan Dongpyo bersamaan.

Emang gak ada akhlak iblis yang satu ini.

"Lo minggir, gue gak ada urusan sama lo," usir Dongpyo.

"Dih, emang ini lapangan punya bapak lo?"

"Woonggi-"

"Ganteng, makasih loh."

"Lo bisa pergi?" Hyeongjun ikut mengusir, merasa terganggu akan kehadiran Woonggi yang membuat emosinya meningkat.

"Pst, lo gak takut?" Bisik Woonggi. "Inget, disini ada dia. Jangan bikin masalah, lo bisa disidang."

"Dia siapa? Dia yang itu ada dia yang satunya?"

"Yang satunya lah, pikun lo?"

Beruntung pendengaran Jake sangat tajam, dia bia mendengar bisikan kedua orang itu dari jarak jauh. Dia tak mengerti apa maksudnya.

Dia yang itu atau dia yang satunya? Siapa mereka sampai nama saja tak disebut? Sepertinya mereka orang yang memiliki sesuatu, Jake harus mencari tahu itu secepatnya.

"Kalian berdua ngomongin gue ya?!" Seru Dongpyo menuduh.

"Enak aja, kita lagi ngomongin Pak Siwon. Tapi boong," kata Woonggi. "Gue pinjem Hyeongjun ya, ada yang mau gue omongin."

"Eh eh eh! Enak aja main pergi!"

Woonggi yang tadinya sudah berjalan meninggalkan lapangan bersama Hyeongjun berhenti sejenak di pinggir. Dia berbalik menatap Dongpyo, terlihat khawatir.

"Aura lo gelap... lebih gelap dari biasanya."



















































Eunsang tersenyum ramah membalas sapaan orang-orang yang berpapasan dengannya. Senyumnya adem dilihat, membuat siapapun ikut tersenyum juga.

Wajahnya memang terlihat ceria, namun pikirannya tidak. Dia khawatir, Junho kenapa tidak terlihat dimana-mana? Padahal tadi Junho beralasan ingin ke toilet, tapi sudah satu jam tidak kembali juga.

Junho kemana?

"Petunjuk dari Yedam bikin khawatir, semoga bukan lo ya, Junho..."

Dia cemas dan takut. Tapi, di sisi lain dia ingin membuktikan sesuatu. Junho ada di kubunya atau kubu musuh, itu yang sedang dia selidiki.

Sejak kejadian di kantin, Eunsang menaruh curiga kepada sahabatnya itu. Habisnya semenjak saat itu sikap Junho berubah, lebih tepatnya terlihat menyembunyikan sesuatu.

Dan juga... takut?

Menurut Eunsang, wajar sih kalau Junho takut. Karena Taehyun sempat mengancamnya, kalau Junho macam-macam nanti apa gitu, Eunsang tidak mendengarnya terlalu jelas. Mereka bisik-bisik.

Tapi, masa setakut itu?

"Eunsang," panggil seseorang dari belakang.

"Sunghoon ya?"

Yang ditanya mengangguk begitu Eunsang berbalik badan menghadapnya. Sunghoon heran, kenapa semua orang yang belum pernah berbicara empat mata dengannya selalu bertanya namanya? Padahal sudah tahu karena dia cukup terkenal.

Masa iya orang-orang takut karena sifat dinginnya, padahal mah aslinya...

"Iya, Junho kemana?"

Sekarang gantian Eunsang yang heran. "Gak tau, emang kenapa cari Junho?"

"Gak apa-apa."

Eunsang tidak akan percaya semudah itu, Sunghoon bukanlah orang yang suka berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya jika tidak ada hal yang penting. Satu hal lagi, Eunsang anak Ravenclaw, otak cerdasnya tentu langsung sadar.

"Lo tau identitas gue?" Tanya Sunghoon tiba-tiba.

"Belum tau, tapi gue bakal cari tau," jawab Eunsang bersemangat.

Sunghoon tersenyum tipis. "Mau berbagi informasi? Gue tau identitas tiga orang yang belum lo tau."

"Kenapa lo bisa yakin gue belum tau?"

"Karena lo memang belum tau."

Skakmat, Eunsang langsung gelagapan, bingung harus membalas apa.

"Kenapa lo mau bagi informasi sama gue? Lo gak curiga gue dalangnya?" Tanya Eunsang tidak yakin.

"Karena lo cerdas, pintar jaga rahasia, dan lo dapat dipercaya. Dan terakhir, gue gak curiga."

Hmm, mencurigakan.

"Oke." Pada akhirnya, Eunsang setuju. "Tiga orang yang lo maksud itu siapa aja? Mereka itu apa?"

Sunghoon senyum lagi. "Samuel werewolf, Jake vampire, dan gue half-vampire. Bonus, lo harus tebak pertanyaan gue. Di antara kita, siapa yang ada di kubu musuh?"

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now