┆dix-sept┊

20.7K 6.3K 5K
                                    

Aku mau tanya, di antara kalian kalau bahas teori ada diskusi gitu sesama readers atau gak? Penasaran aja sih hehe.

Btw, siapa dalangnya? Yang jawab aku kutabok sendal, ga.














Jisung terkekeh melihat Jinsung mengendap-ngendap masuk ke dalam gudang sekolah untuk menemuinya. Dia yang menyuruh, bukan meminta. Ada hal penting yang harus dibahas, berdua saja.

"Dongpyo korbannya?"

Jinsung mengangguk, menunjukkan foto mayat Dongpyo yang dia ambil saat Junho pergi dari toilet menuju tempatnya Jay, Hyeongjun, dan Minhee.

"Dia beneran dibunuh sama ghoul asli? Bukan jadi-jadian?"

Jinsung mengangguk lagi. "Lo lupa ya, dia kan ghoul."

"Oh iya, gue lupa. Dongpyo dibunuh karena?"

"Bikin si ghoul marah."

Mendengar informasi baru itu, Jisung jadi bingung. Dia harus melakukan apa setelah ini, si ghoul itu benar-benar ya.

Ah, sekarang dia harus mengajak yang lain untuk berdiskusi agar permainan cepat selesai.

"Jinsung, lo cari Taehyun. Bilang ke dia untuk temuin gue di rooftop, ada yang mau gue omongin."

"Gak mau ah! Nanti gue dibunuh sama dia, mana dia serem banget. Lo aja sana," tolak Jinsung mentah-mentah.

"Gue beliin abu-abu queen sebanyak yang lo mau, gimana?"

"Call!"

































Hueningkai bersiul seiringan dengan langkah kakinya menuju ruang kepala sekolah. Dia sendirian, tapi dia tahu ada yang mengikutinya sambil sembunyi.

Tapi dia tak peduli, tujuannya adalah Pak Siwon.

Pintu ruangan ia buka. Dengan santai dia masuk ke dalam setelah menutup pintu menuju Pak Siwon yang duduk santai di kursinya, Pak Siwon terlihat heran karena kedatangannya.

"Kamu Hueningkai, murid kelas A?" Tanya Pak Siwon menerka-nerka.

Hueningkai menjentikkan jarinya. "Benar sekali, Anda pasti menghafal semua nama murid di sekolah," celetuknya.

Pak Siwon terkekeh, mempersilahkan Hueningkai untuk duduk di kursi kosong di sebrangnya. "Bisa aja kamu, kenapa kamu kemari? Tumben sekali murid kelas A datang ke ruangan saya."

Hueningkai mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya, berpura-pura berpikir. "Hmm, tadi saya mau apa ya? Barangkali Pak Siwon tahu."

Raut wajah Pak Siwon berubah kesal, ini murid sengaja datang untuk mengerjainya atau gimana. "Saya paling benci sama orang yang suka main-main dengan saya, dan saya paling tidak suka waktu saya terbuang percuma."

"Oh ya?" Hueningkai memasang ekspreksi kaget. "Saya juga gak suka loh sama orang yang main-main dengan saya. Tapi, sepertinya Anda belum sadar juga."







BRAK!






Pak Siwon menggebrak meja. "Maksud kamu apa?! Jadi maksud kamu saya yang main-main?! Murid gak sopan!"

Kemarahan Pak Siwon tak membuat Hueningkai takut, dia malah tertawa tanpa beranjak dari duduknya.

"Anda pikir Anda sudah sopan?" Balasnya pedas, membuat Pak Siwon semakin marah.

"Kamu benar-benar ya... kamu mau dikeluarkan dari sekolah?!"

"Wah, ancamannya sama sekali gak bikin saya takut," ucap Hueningkai tertawa lagi. "Anda seharusnya jaga sikap, saya ini bukan orang sembarangan. Ya... bisa dibilang saya bisa membuat hidup Anda berubah."

"Time traveller?"

Hueningkai terkekeh. "Gak penting saya siapa, saya tegaskan dari sekarang. Jangan main-main dengan saya, paham?"

"Kamu siapa berani menggertak saya seperti itu?"

Aura di sana berubah drastis, bersamaan dengan perubahan ekspreksi wajah si pemuda blasteran menjadi dingin.

"Anda siapa berani bertanya kepada saya seperti itu? Jangan pikir saya tidak tahu kalau Anda bukanlah Pak Siwon kepala sekolah SMA ini."















































































Sunghoon tersenyum miring, ternyata kebohongannya dapat dipercaya ya... padahal dia tidak bersungguh-sungguh kalau dia adalah seorang half-vampire.

Iya, dia berbohong, dia bukanlah seorang half-vampire.

Bahkan Jay dan Jake saja tertipu olehnya, sikap dingin dan cueknya membuat dirinya tidak dicurigai dan dirasa benar kalau dia adalah seorang half-vampire.

Saat ini, dia memantau situasi terkini sekolahnya yang sangat ramai akibat kematian Dongpyo dari rooftop, orang yang dibunuh oleh ghoul di toilet pria lantai dua.

"Sekolah lo bagus juga ya, kak," ucap pemuda yang baru tiba di rooftop.

Sunghoon membalikkan badannya, tersenyum tipis kepada orang itu. "Lo mau sekolah disini?"

"Boleh aja sih... nanti pas lulus smp gue mau sekolah disini ah. Sekolah ini sekolah favorit kan?"

"Dulunya sih gitu... tapi sejak permainan dimulai, sekolah ini gak bagus untuk digunain sebagai tempat belajar."

Pemuda itu terkekeh. "Gue malah pingin masuk permainan, kayaknya asik."

"Gila, cari mati namanya."

"Gue kan vampire, asal gak cium bau bawang putih atau kena racun gak masalah."

Heran, itu anak memang berbeda. Disaat orang lain berusaha menghindari masalah, dia malah ingin mendatangi masalah itu sendiri.

Emejing.

"Kak, mau sampai kapan lo bohong tentang identitas lo?" Tanya pemuda berwajah seperti rubah itu.

"Gue tunggu perintah, kalau disuruh ya gue bongkar identitas gue," jawab Sunghoon kembali melihat ke bawah. "Lagipula gak ada yang peduli, semua orang terlalu cuek."

"Kak Jake sama Kak Jay curiga sama lo, kalau mereka marah?"

"Mereka juga bakal tau alasan kenapa gue sembunyiin identitas gue, mereka pasti maklum."

"Oh, oke. Gue pulang dulu deh, laper hehe."

"Hmm."

Selepas kepergian pemuda itu, Sunghoon mengusak surai hitamnya. Dia merasa bersalah telah bohong kepada teman-temannya. Dia hanya mencegah kemungkinan buruk.

Karena dia adalah seorang vampire, vampire dari ras Origin alias vampire berdarah murni.

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now