Part 9 "Tatapan Arlan"

102K 10.2K 198
                                    

Flashback

Arlan turun dari mobil. Tatapan-tatapan dari beragam murid setiba ia di sekolah bukanlah susatu yang aneh lagi baginya. Ia mengunci mobil lalu melangkahkan kakinya keluar. Langkahnya teratur hingga ia manangkap kilat bayangan seseorang yang ia kenal.

Arlan memperpanjang pijakannya begitu merasakan seseorang berusaha mengejar langkahnya di belakang.

"Permisi."

Arlan kenal suara itu, suara yang memenuhi gendang telinganya semenjak dua hari yang lalu. Ia memilih untuk tak membalikkan badannya. Kakinya tak berhenti meski orang tersebut telah memanggilnya hingga dua kali. Bukankah menjadi jahil sehari menyenangkan, suara frustasinya terdengar menarik.

Arlan mengangkat satu alisnya setelah tak mendengar suara perempuan itu lagi. Yang ia dengar malah suara laki-laki lain. Arlan membelokkan langkahnya dan membiarkan dinding menutupi tubuh.

Diam-diam Arlan menatap dua insan yang saling bercakap tersebut, Syila dan Erga. Tak ada yang tahu apa yang terjadi ketika ekspresi Arlan berubah menjadi datar setelahnya.

...

"Syila ke kantin yuk." Ajak Rara menepuk bahu Syila dari belakang begitu guru di kelas keluar setelah bel istirahat berbunyi.

Kepala Syila tertoleh ke belakang. "Boleh."

Mereka ber-empat berjalan keluar kelas beriringan.

Begitu memasuki kantin banyak mata yang menyelidik ke arah mereka, tentu saja karena kehadiran Syila yang asing. Bahkan ada beberapa murid cowok yang menatap Syila genit.

"Yuk duduk disana." Seva menunjuk satu bangku kosong di tengah.

"Jadi gue harus nyoba apa ni?" Tanya Syila meminta rekomendasi. Sejujurnya bau berbagai hidangan lesat menyerbak di seluruh penjuru kantin.

"Mia ayam disini enak banget apalagi yang paket komplit, mau nggak?" Tawar Rara tidak hanya pada Syila. Matanya juga meminta jawaban dari Seva dan Ilma.

"Boleh." Jawab Seva dan Ilma bersamaan.

Syila mengangguk. "Yaudah gue itu juga."

"Minum?" Tanya Ilma.

Syila bersuara. "Gue air putih aja."

Seva mengacungkan telunjuknya. "Gue juga."

"Gue es teh deh." Sahut Rara berbeda.

Mata Ilma menelusuri kantin. "Yaudah kalo gitu gue sama Seva beli makanan. Ra lo beli minum ya, gue es jeruk." Mata Ilma berganti menatap Syila. "Lo jaga meja aja ya."

Tangan Syila terangkat membentuk tanda oke.

Selama menunggu Syila hanya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Beberapa kali ia membalas murid-murid yang tersenyum ramah padanya dengan senyuman balik.

"Hai." Sapa seseorang tiba-tiba dari samping.

Syila mendongak. "Erga."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang