Part 59 "Pertandingan"

45.2K 5.1K 276
                                    

Sebelum kalian mulai baca, jangan lupa follow ig @orchids.stories ya 🌸. Disana aku akan banyak membangun interaksi dengan kalian, contohnya ngasi spoiler 🤭

So, happy reading 💗

...

Dua hari kemudian...

Bulan belum kunjung menggelamkan diri, memberi kesempatan matahari untuk mengisi angkasa. Dengan nuansa kamar yang gelap, seorang laki-laki mengintip jam yang bertengger di dinding, panahnya menunjuk angka enam. Langkah kakinya pindah menuju lemari mengulurkan tangan mengambil baju basket. 

Hari ini adalah hari pertandingan yang selama ini telah dinanti-nanti. Arlan membawa dirinya berkaca memperhatikan penampilan. Untuk sementara ia akan menggunakan kaos terlebih dahulu sebelum sampai di tempat pertandingan. 

Tidak seperti biasanya, kali ini Arlan peduli dengan penampilan, ia merapikan rambutnya hingga terlihat sempurna. Jam tangan hitam favorit dipasangkannya di pergelangan tangan kiri. Setelah semua persiapan selesai termasuk sepatu, ia berjalan turun ke bawah. Tentu saja Arlan mengambil dispen untuk hari ini.

“Bi Indah?” Panggil Arlan ketika mendengar suara ribut di dapur. 

Laki-laki itu berjalan mendekat lalu mendudukkan diri di kursi makan. “Masak apa bi?” Tanyanya seraya menuangkan air ke gelas.

Tidak kunjung ada jawaban, bokongnya ia angkat dari kursi. Tunggu…siluet perempuan tersebut sedikit berbeda dengan bentuk tubuh Bi Indah. Seraya Arlan melangkah ke dapur, aroma makanan favoritnya masuk menyeruak ke indra penciuman.

“Syila?”

Tak disangka ternyata yang sedari tadi berada di dapur adalah Syila.

“Lo ngapain?”

Gadis itu tetap fokus dengan osengannya. “Masak.”

Arlan mengintip ke arah penggorengan dan benar saja ayam kecap terlihat sedikit lagi matang, siap disajikan. Seklebat memori melintas di otak Arlan ketika di malam hari pertamanya datang, Syila membawakan ayam kecap ke kamarnya. Sungguh sikapnya saat ini sangat terbalik dengan yang sekarang.

Sangat Sulit bagi Arlan untuk tidak mengulas senyum saat ini. Punggungnya ia senderkan di tembok dengan tangan bersilang di depan dada. “Syila.”

“Hmm?”

Gadis iu bahkan terlihat cantik dengan kaos putih dan celana kain panjang bermotif kelinci yang dilapisi apron rumahan.

“Kalo gue baper lo bisa tanggung jawab nggak?”

Ativitas Syia berhasil dihentikan karena kalimat yang dilontarkan Arlan. Ia menolehkan kepalanya ke samping, menatap lurus manik mata laki-laki itu. 

“Maksu..”

“Kalo gue minta tanggung jawab hari ini bisa?” Tanya Arlan memotong ucapan Syila. Satu alisnya ia angkat dengan kepala yang dijatuhkan ke kanan.

Untuk sepersekian detik Syila hanya diam kaku di tempat. Pertanyannya terlalu tiba dan otaknya terasa kosong untuk memberi jawaban. Laki-aki itu bahkan tak memasang ekspresi bercanda, Arlan terlihat serius. 

“Ekhmm..”

“Lo baper karena gue masakin?” Tanya Syila sembari kembali fokus dengan ayamnya. Masakan ini tidak boleh gagal atau semua usahanya jadi sia-sia. Paling tidak ia berharap ini bisa meningkatkan semangat Arlan untuk pertandingan nanti. Bahkan ia sudah berkordinasi dengan Bi Indah sejak kemarin malam untuk membiarkannya mengambil alih dapur.

Arlan melangkah ke depan, lebih dekat ke arah Syila. “Jadi bangun pagi-pagi gini demi masakin gue?”

“Ya iya.”

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now