Part 36 "Memerah"

60.2K 6.9K 353
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

Oh ya aku masih nunggu jawaban kalian dari pertanyaan di papan percakapan aku ya 😊
Jawaban kalian akan jadi pertimbangan aku untuk cerita ini dan akan sangat aku apresiasi, terimakasihh..
Selamat membaca 🥰

Tante Rita baru saja menutup pintu kamar Syila dengan Arlan yang berada di belakangnya. Ia memberikan Syila waktu untuk mengistirahatkan kembali badannya agar esok bisa kembali ke sekolah.

Tante Rita membalikkan badannya. "Arlan, mama mau ngomong sama kamu." Tukas Tante Rita lantas berjalan menuju kamarnya. Arlan dapat merasakan keseriusan dalam ucapan mamanya. Ia kemudian mengekori sang mama masuk ke dalam kamar.

"Sini duduk." Tante Rita menepuk sisi samping sofa yang kosong.

Arlan dengan segera mendaratkan bokongnya. "Kenapa ma?"

"Kamu tahu soal ayah Syila?" Tanya mamanya. Topik ini bukan sesuatu yang Arlan siap untuk dengar meski ia penasaran. Sampai saat ini ia Syila belum terbuka padanya mengenai sang ayah.

Arlan menggeleng sebagai jawaban. Mamanya mengeluarkan nafas pelan sebelum mulai menjelaskan. Dari prediksinya, Arlan yakin ini bukan hal yang baik.

"Syila sama ibunya ditinggalin ayahnya sejak kecil. Terus yang mama denger ayahnya udah nikah lagi dan punya anak. Ibunya juga pernah bilang sama mama kalo ayahnya Syila tinggal di kota ini juga."

Arlan seketiga menegang begitu mengetahui bahwa ada kemungkinan bagi Syila untuk bertemu ayahnya. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain penghianatan terhadap sebuah komitmen. Ditinggalkan secara tidak sengaja bagi Arlan begitu menyakitkan, namun Syila yang ditinggalkan dengan sengaja terasa lebih menyesakkan.

Tante Rita mengambil telapak tangan Arlan. "Itu juga alasan ibunya ngasi Syila kesini. Kalau emang takdir akan menguak semua yang terjadi di masa lalu maka mereka akan bertemu. Tapi kalau takdir mengatakan untuk melupakan maka Syila nggak akan bertemu ayahnya. Jadi mama minta kamu jangan nyakitin Syila dalam bentuk apapun, mama tahu kamu ada perasaan kan sama dia."

Arlan dibuat bungkam dengan kalimat terakhir mamanya. Sepertinya ia memang benar-benar memiliki sesuatu untuk Syila. Ia cemburu jika Syila berdekatan dengan cowok lain, ia khawatir Syila jatuh sakit, bukankah semua itu sudah cukup menjadi bukti.

"Arlan akan berusaha untuk nggak nyakitin Syila."

Tante Rita tanpa aba-aba langsung mendekap putra satu-satunya. "Itu baru anak mama."

Sudah jarang sejak mereka berpelukan dan berbicara secara pribadi seperti ini. Rasanya hangat karena mamanya adalah satu-satunya orang tua yang ia miliki, dan hal itu membuatnya sadar bahwa mamanya adalah yang paling berharga.

"Oh ya, mama tunggu kabar jadiannya ya." Tante Rita mengedipkan satu matanya, menggoda sang anak. Bayangkan betapa senangnya jika anak temannya menjadi pacar sang anak. Tante Rita bahkan tak perlu melakukan acara-acara perjodohan layaknya di novel-novel atau film.

...

Syila membuka pintu rumah pada tamu yang ia tahu kehadirannya. Terlihat di depannya seorang laki-laki menenteng parsel berisi beragam jenis buah-buahan dengan senyum hangat yang menghiasi wajahnya. Dengan senang hati Syila mempersilahkannya masuk.

"Gue nggak ganggu lo istirahat kan?" Tanya Erga takut-takut. Sebelumnya ia memang sudah mengabari Syila akan datang menjenguk di sore hari.

Syila dengan cepat menggeleng dan mempersilahkan Erga duduk di sofa ruang tamu.

"Ini buat lo biar cepet sembuh, sepi juga kalo sekolah nggak papasan sama lo." Erga meletakkan parsel buah-buahan tersebut di atas meja depan Syila.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now