Part 48 "Ibu"

51.2K 5.4K 75
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Mau ngomong apa?" Tanya Syila setelah diajak ke rooftop sekolah oleh Erga. Ia masih takut-takut setiap pandangan matanya bertabrakan dengan suadara tirinya itu. Orang yang tidak lain bahkan pernah menyatakan perasaan padanya.

Erga menghela nafas kasar. "Soal papa dan kita berdua."

"Oke

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oke." Jawab Syila setuju seraya menganggukkan kepala.

Erga menyisir ke belakang rambutnya dengan tangan. "Fakta bahwa lo adalah saudara gue berarti lo nggak mungkin bisa jadi pacar gue, meskipun gue masih ada rasa sama lo." Jelas Erga menerangkan fakta. Sebenarnya ia benar-benar kesulitan untuk terbiasa dengan fakta bahwa gadis yang disukainyai adalah sauadara tirinya sendiri. Sampai sekarang Erga masih berharap Syila dapat menyandang status sebagai pacarnya.

"Gue mau minta maaf, salah gue juga papa jadi nelantarin lo dan ibu lo. Maaf selama ini lo harus kehilangan kasih sayang seorang ayah." Tambah Erga lagi. Membayangkan betapa kuat sekaligus sulitnya hidup Syila dan ibunya bertahun-tahun lamanya.

Syila meneguk ludahnya kasar. "Gue nggak papa, itu bukan salah lo. Kita nggak bisa milih lahir dari keluarga dan latar belakang apa. Maaf juga karena perasaan lo nggak terbalas, karena bahkan sejak awal lo adalah teman buat gue." Akui Syila membalas lontaran-lontaran kalimat Erga dengan berat. Dan soal hidupnya itu murni kesalahan sang ayah, meski kehadiran Ergalah yang menjadi alasan ayahnya memilih keputusan yang menyakitkan itu.

"Lo bisa perlahan-lahan maafin ayah kan"? Tanya Erga begitu tulus.

Namun sayang Syila menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, lanjutin hidup kalian karena gue udah menerima dan bahagia dengan hidup gue yang sekarang."

"Tapi.."

Syila menggelengkan kepalanya. "Pilihannya nggak boleh sia-sia, keluarga lo harus bahagia."

Erga menatap Syila tak percaya, kedua alisnya menyatu. "Tapi itu nggak adil buat lo." Tegas Erga melangkah mendekat.

Syila melempar pandangannya ke objek lain. "Dari awal emang udah nggak adil buat gue Erga." Elaknya sesuai dengan realita kehidupannya selama ini.

Untuk apa membicarakan yang adil, ia bahkan tak akan kuasa melihat wajah laki-laki tua itu lagi. Semua yang terbayang adalah rasa sakitnya di masa lalu.

Erga mengambil kedua telapak tangan Syila. "Gue tahu, tapi tolong kasi ayah kesempatan. Gue yakin dia masih sayang sama lo." Pinta Erga begitu memohon. Tapi Erga dapat berbicara semudah itu karena posisi Syila tak pernah ia rasakan.

Syila ingat semasa SD ia selalu iri melihat anak-anak lain dijemput ayahnya, diambilkan rapot, diantar sekolah, dll. Sementara dirinya hanya dikelilingi satu orang yang bukan lain lagi adalah orang tersayangnya, ibu. Syila tak pernah mengeluh hanya memiliki ibu di sisinya, ia bangga lebih dari apapun di dunia ini.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now