Part 61 "Celebration"

47.8K 6K 633
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis

Aku tunggu komen² menarik kalian 😉

“Prettt….”

“Duar..”

Semua yang ditengah lapangan sontak menoleh ke sumber suara. Sekelompok panitia nyatanya ikut menyaksikan hal tadi dan menggunkan sisa terompet dan confetti untuk berpatisipasi memeriahkan.

“Congratsss..”

“Selamat..” Ucap mereka di pojok lapangan dengan senyum pepsodent dan tepukan tangan.

Syila sontak menundukkan wajah malu, menempelkan kepalanya di bahu Arlan. Sungguh untuk sejenak karena keseriusan Arlan tadi ia jadi lupa bahwa banyak pasang mata memperhatikan. 

“Aaaaaa…” Teriak Syila kecil tertahan lantaran tubuhnya dipeluk dan diangkat tinggi oleh Arlan. Kakinya tak lagi menapak tanah dengan tangan yang sontak melingkari leher Arlan. Tubuhnya diajak berputar dengan keadaan perut dan jantung yang tidak biasa. Sungguh rasanya sesuatu meledak di dalam sana, di dalam hatinya.

“Syila sekarang pacar gueee!!!”

Lingkaran orang-orang yang tadi diam ikut meloncat ke udara dengan menyunggingkan senyum, sama bahagia dengan pencapain Arlan. Jikasaja tadi tim SMA Cendrawasih tak berhasil memperolah kemenangan, entah apa yang terjadi sekarang. 

“Akhirnya udah jadi kekasih terkejar.” Ledek Rakil di samping.

“Nggak kayak lo ya.” Sindir Argan di sebelah dengan ekspresi sinis.

Rakil berdecak merasa diremehkan. “Besok gue nyusul ya.” Nyolotnya balik. Lagian kalo dapet pacar doing mah gampang, nggak kurang kali di kontak. Tapi ya kalo yang bener-bener make perasaan dan hati sih belum nemu, kali aja ada yang mau daftar? Tapi bahaya Rakil adalah tipe buaya yang sungguh menyebalkan.

Sepuluh menit berlalu, Arlan mengendarai motornya dengan Syila dalam boncengan. Dagu gadis itu bertengger di pundak Arlan, berbincang ria nan hangat bersama. Tangan Syila sendiri melingkar di perut laki-laki itu dengan erat. 

“Perut lo keras ya.” Celetuk Syila menatap ke samping, memperhatikan wajah pacarnya eh Arlan maksudnya, yang tengah serius menatap jalanan di depan.

“Kan udah pernah liat.”

Senyum jahil Syila terukir ke permukaan. “Emang masih sama kotaknya?”

Jujur saja bahkan Syila tak mampu mengingat lekuk perut Arlan, rasa malu membuatnya melupakan hal itu dengan cepat. Sungguh jika dibayangkan hanya membuat pipinya merah bersemu. 

“Mau liat lagi?” Tanya Arlan dari balik helm seraya mengulas smirknya.

Sial, Syila dibuat berpikir keras sekarang. “Boleh emang?”

“Bolehlah, kan punya pacar sendiri.” Jawab Arlan menyuarakan fakta. Tunggu, telinga dan hati Syila masih belum terbiasa dengan kata pacar. Rasanya pagi tadi mereka masih berstatus teman seatap. Sepertinya Syila bahkan tak akan berani berhadapan dengan Arlan besok.

“Arlann!!”

“Gue cuman bercanda, jangan ditawarin beneran dong.” Keluh Syila sembari mencebikkan bibir. Yakali ia terang-terangan minta melihat tubuh bagian atas Arlan. Bahkan itu terasa ilegal dan hanya legal bila terjadi karena suatu ketidaksengajaan.

Arlan terkekeh kecil seraya menggeleng-gelengkan kepala. “Iya-iya deh, liatin muka gue aja ya, unlimited buat lo.” 

Langit senja Jakarta menjadi peneman sore hari romantis Arlan dan Syila. Jalanan yang lancar membuat kecepatan motor imbang untuk mengikuti alur perasaan mereka. Burung-burung yang berterbangan dalam perkumpulan seolah menari membentuk pola kebahagiaan. 

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now