Part 6 "Ditinggal Arlan"

104K 11.1K 95
                                    

"Turun." Perintah Arlan.

Dengan segera Syila turun dari atas motor dan melepas helm di kepalanya. Di sekelilingnya berjejer bangunan-bangunan tua dengan banyak pedagang di sekitar juga pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak.

Syila yang semangat berjalan meninggalkan Arlan di belakang. Matanya berbinar memandangi bangunan dengan corak yang berbeda tersebut. Aroma beragam makanan mulai menggelitik hidungnya hingga ia berakhir menghentikan langkahnya di salah satu pedagang kerak telur.

"Pak, kerak telurnya satu ya." Pesan Syila ramah.

"Lo mau nggak?" Syila membalikkan badannya ke belakang menghadap Arlan.

Arlan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Well Syila tak ambil pusing, mungkin ia masih kenyang atau sedang tidak selera.

Setelah beberapa menit terlewati, pedagang tersebut menyodorkan kerak telur yang dipesan Syila.

Tangan Syila terulur membayar. "Ini pak, makasi."

"Yuk." Ajak Syila pada Arlan.

Arlan tidak menjawab tapi ia tetap mengikuti langkah-langkah kaki Syila dari belakang.

Syila perlahan melahap kerak telur tersebut dan jangan lupakan kebiasaan cewek yang bertepuk tangan begitu makanan yang masuk ke dalam mulut mereka terasa lezat.

Badan Syila otomatis berputar. "Enak banget, lo mau nggak?" Refleks Syila menyodorkan segigit kerak telur ke hadapan Arlan, ia terlihat seperti hendak menyuapi Arlan saat ini.

Kepala Arlan mundur ke belakang, memandang Syila aneh.

"Lo mau nyuapin gue?" Tanyanya.

Syila masih cengo hingga akhirnya ia tersadar dan menarik tangannya. "Nih lo ambil sendiri." Ia mengalihkan pandangannya, hell Syila malu demi apapun.

Arlan terkekeh. "Nggak usah, gue nggak laper." Tolaknya kemudian. Lucu juga...

"Ekhem...ekhem." Syila berusaha menetralkan perasaannya.

Keheningan yang ada di antara mereka berdua terhenti ketika terdengar suara dering ponsel dari balik saku celana Arlan.

"Kenapa?" Tanya Arlan pada orang yang menelponnya di seberang sana.

"Oke, sekarang gue kesana." Arlan mematikan telepon tersebut dan mengoceh sakunya yang lain untuk mencari kunci motor.

"Lo mau kemana?" Tanya Syila.

"Gue mau ke tempat tongkrongan, lo bisa sendiri kan?"

Syila tersenyum getir, entah kenapa ada sedikit kekecewaan terasa di dalam sana. "Iya, nggak papa lo pergi aja." Syila langsung membalikkan badannya dan melangkah menjauh.

Arlan terdiam sesaat sebelum kakinya melangkah ke arah yang berlawanan dengan gadis itu.

Syila sendiri sekarang, bingung entah apa yang harus ia lakukan di tengah keramaian ini. Di sebelah kiri, sebuah dagang souvernir akhirnya menarik perhatian.

Tak terasa mungkin satu jam telah berlalu, Syila saat ini hanya melangkah di sekitar bangunan tua, memperhatikan corak mereka yang tersinari lampu. Entahlah, sekarang ia malah merasa tenang dan damai dengan kesendiriannya.

Langit yang gelap tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh membuat Syila terkejut.

"Kayaknya mau hujan deh." Tebak Syila. Dan benar saja, tidak berselang lama rintik-rintik hujan mulai turun dan ia memilih berteduh di bawah atap suatu bangunan tua. Untung tempatnya berteduh masih tedapat beberapa orang di sekitarnya, itu membuat rasa takutnya sedikit berkurang.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang