13• Makam Bunda ☪︎

424 64 7
                                    

Seperti pagi-pagi sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti pagi-pagi sebelumnya. Naura kembali beraktifitas berjalan dan menunggu angkot.

Perutnya sedari tadi keroncongan, semalam ia belum makan dan tadi pun ia tak diperbolehkan untuk sarapan. Naura hanya tersenyum tipis, ia sadar bahwa dirinya tak diinginkan bahkan tak diharapkan untuk hadir ke bumi. Aah, dirinya rindu masa kecilnya melihat bulan bersama orang tuanya. Sangat menyenangkan.

Dipaksa dewasa sebelum waktunya. Itu lah Naura. Berusaha kuat walau tak lagi sanggup menahannya sendiri, dan berupaya tetap tersenyum walau rasanya ingin menangis sepuasnya.

Naura pun tak menginginkan hal ini. Dirinya pun juga ingin bahagia seperti teman-temannya yang lain, Naura juga ingin merasakan peluk hangat seorang Ayah. Namun keadaan kini berbanding balik dengan masa kecil nya.

Naura adalah ... gadis kecil yang dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Dirasa linangan air mata ingin lolos dari matanya, dengan cepat Naura menghapusnya agar tidak terlihat lemah dimata orang lain.

Ia masih berdiri depan toko boneka yang masih tutup. Kepalanya tak henti-hentinya menengok kekanan dan kiri untuk mengantisipasi datangnya kendaraan beroda empat yang ia tunggu.

Indra penglihatannya tak sengaja melihat anak kecil berusia lima tahun yang berlari di trotoar dengan dua orang paruh baya yang mengejarnya dan meneriaki nama gadis cilik itu.

Ia yakin bahwa dua orang itu adalah orang tua gadis itu. Gadis itu tampak tak perduli dengan raut wajah khawatir orang tua nya. Ia terus berlari dengan senang nya dan mengacuhkan teriakan kedua orang tuanya.

Mata gadis itu menyipit seiring mengembangkan senyuman, bibirnya tertarik keatas membentuk lengkungan indah, rambutnya berwarna coklat alami yang sedikit bergelombang dengan bando kelinci yang bertengger disana.

Naura terpaku sejenak. Gadis itu seperti masa kecil nya. Naura merasa dejavu ketika melihat gadis kecil itu berlari semakin dekat ke arahnya. Masa kecil yang bahagia dan selalu diwarnai oleh kasih sayang seorang Bunda dan Ayah.

Dalam sekali kedipan mata Naura tersentak saat gadis itu tersungkur didepannya. Naura membulatkan mata dan berjongkok untuk membantu gadis itu berdiri. Bukannya menangis, gadis itu malah tertawa senang.

Naura yang bingung pun mengeriyit kan dahinya bingung. Mengapa gadis itu tergelak?

Dua orang yang mengejarnya pun berhenti didepan keduanya sembari menopang tubuhnya di lutut dan mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal akibat mengejar anaknya.

"Syifa! Udah mama bilangin jangan lari-lari. Bahaya lari di trotoar itu. Nanti kalau kamu ketabrak lagi gimana?" Ucap sang mama sambil berkacak pinggang. Persis seperti bunda Naura dulu yang memarahi dirinya karena berlari-lari di taman.

Gadis yang dipanggil Syifa itu malah menunjukkan gigi kelincinya, "Hihi, maafin Syifa ya Ma? Jangan marah-marah ih. Mukanya serem tau" protes Syifa mengejek mamanya.

About NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang