06• Hukuman ☪︎

576 88 11
                                    

Ditengah panas nya sang Surya yang memancarkan cahaya panasnya pada bumi rahayu, terdapat tiga gadis yang berlari memutar lapangan yang luasnya naudzubillah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ditengah panas nya sang Surya yang memancarkan cahaya panasnya pada bumi rahayu, terdapat tiga gadis yang berlari memutar lapangan yang luasnya naudzubillah.

Bagaimana tidak? Lapangan yang biasa digunakan untuk tempat upacara dimulai pun harus mereka putari. Ditambah matahari yang kian membakar kulit mereka.

"Panas banget ya allah!" Keluh Dea disela hukumannya.

"Hoosshh...hoshh..parahhh tuhh guuruhh...ngasih hukuman hoossh gak ngotak banget" timpal Luna.

"Udah jangan kebanyakan ngomong kalian, hoshh..baru aja 2 putaran udah ngeluh" ucap Naura.

"Aishh. Belum laagihh kita hosshh...hormat ke bendera. Anjir banget hooshh...tuh guru"

3 putaran telah mereka lalui. Tinggal 2 putaran Lagi, lalu hormat ke bendera setelah itu sudah selesai deh hukuman mereka. Tapi, tenaga mereka sudah terkuras cukup banyak untuk berlari 3 putaran saja.

Lha Ini, tinggal 2 putaran lalu hormat bendera. Huh, untung guru.

Merasa dada nya sesak, Naura berhenti sejenak dan mengatur nafasnya. Seperti nya asma nya kembali kambuh.

Gadis itu tampak berjongkok sembari memegangi dadanya yang terasa sesak akibat hukuman yang tidak main main dari guru killer tersebut.

Menyadari bahwa Naura tidak lagi berlari, kedua sahabat Naura pun memutar lehernya ke belakang.

Segera, mereka langsung berlari menuju Naura yang berusaha mengatur nafasnya yang tersengal senggal.

"Naura, l-lo gak papa?"

"Tu-tunggu bentar, gue ambil in inhaller" kata Luna dan langsung berlari menuju bangku di pinggir lapangan.

"LUNA!! CEPETAN!" Teriak Dea. Gadis itu semakin kalut ketika melihat wajah Naura yang bertambah pucat.

Bruk!

"Naura!? Naura? Bangun Naura! Naura!" Berkali kali Dea menepuk nepuk pelan pipi Naura. Namun nihil, gadis itu masih setia memejamkan matanya.

"Eh anjir! Naura pingsan! Woe tolong!"

Plak!

Dea langsung menabok mulut Luna yang baru menyadari bahwa Naura pingsan ditengah lapangan. Salah siapa punya mulut seperti toa masjid.

"Gak usah teriak teriak ogeb!" Sembur Dea.

Tiba tiba awan menjadi mendung. Tidak Tidak, awan tidak mendung, namun ada laki laki yang menghalangi cahaya matahari menyinari mereka yang masih setia di tengah lapangan.

Segera laki laki jangkung itu berjongkok lalu menyelipkan tangan kanannya di tengkuk Naura dan menaruh tangan kiri nya dibawah lutut Naura.

Alhasil laki laki itu menggendong Naura ala bridal style yang membuat Dea dan Luna melongo dibuatnya.

About NauraWhere stories live. Discover now